tirto.id - Kanker masih menjadi penyakit yang mengerikan, dengan tingkat kematian yang cukup tinggi. Kanker serviks atau kanker rahim termasuk salah satunya. Jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks termasuk yang tinggi di Indonesia.
Rumah Sakit Kanker Dharmais misalnya, pernah merilis pada periode 2010-2013 ada 1.295 jiwa meninggal akibat penyakit kanker serviks. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperkirakan penderita kanker Indonesia akan meningkat tujuh kali lipat pada 2030.
Ganasnya penyakit ini membuat pemerintah mulai sadar untuk melakukan pencegahan sejak dini. Oktober lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melakukan program percontohan pemberian vaksin kanker serviks Human Papillomavirus (HPV) kepada siswi kelas lima SD di Jakarta secara cuma-cuma.
"Kita sudah memberikan vaksin kanker serviks (HPV) kepada 75 ribu siswi kelas lima SD bertepatan dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto kepada tirto.id, Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Pencegahan sejak dini, sangat beralasan karena berdasarkan laporan WHO pada 2010, penyakit kanker serviks menyerang generasi muda Indonesia pada usia 21-22 tahun. Penyakit ini juga bisa menyerang remaja perempuan dengan usia di bawah 20 tahun.
Penelitian WHO juga menyingkap kurangnya tindakan deteksi dini dan diagnosis yang terlambat terhadap penyakit kanker di Indonesia memengaruhi jumlah kematian akibat kanker serviks di Indonesia. Berdasarkann rekomendasi WHO, kanker serviks yang disebabkan oleh HPV dapat dicegah dengan tindakan primer, yaitu pemberian vaksin HPV antara lain vaksin Cervarix dan Gardasil. Bagaimana dengan efektivitasnya?
Vaksin kanker serviks pertama kali diberikan di Australia 10 tahun lalu. Sejak itu, vaksin HPV diberikan di 130 negara dan terbukti berhasil mengurangi setengah jumlah kasus kanker serviks baru. Vaksin ini juga melindungi manusia dari kanker leher dan mulut pada pria dan wanita.
Profesor Ian Frazer, pimpinan Translational Research Institute mengatakan, vaksin akan dapat membasmi kanker yang disebabkan HPV dalam 40 tahun. "Hal ini membantu bukan hanya kontrol terhadap kanker serviks saja tetapi juga kanker oropharyngeal, kanker di dalam mulut yang disebabkan virus ini," kata Frazer seperti dikutip dari bbc.
Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Teknologi Kesehatah dan Farmasi, Howard Zucker menambahkan Vaksin HPV di negara-negara berkembang telah menyelamatkan ratusan ribu nyawa jika diberikan secara efektif.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DKI Jakarta Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) mengatakan, vaksin kanker serviks pertama kali diberikan pada usia remaja, sebagai persiapan menuju masa dewasa dan kehamilan. Vaksin HPV diberikan sejak anak usia 10-26 tahun untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Imunisasi HPV merupakan pencegahan primer kankers serviks di mana keberhasilannya dalam pencegahan kanker mencapai 100 persen jika diberikan sebanyak dua kali pada anak usia 9-13 tahun.
"Pemberian vaksin HPV untuk anak kecil sudah lama kita anjurkan kepada pemerintah. Vaksin itu cukup efektif mengurangi risiko terjadinya kanker serviks di Indonesia, apalagi diberikan secara dini kepada masyarakat," kata Rini kepada tirto.id, Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Sayangnya, selama ini vaksin HPV hanya dilakukan rumah sakit swasta saja. Artinya, penetrasinya masih sangat terbatas. Untuk itu, upaya melakukan vaksinasi secara nasional sangat penting.
Penyebab terbatasnya upaya vaksin kanker serviks yang lebih luas dikarenakan persoalan harga. Harga vaksin yang berkisar antara Rp170 ribu, belum bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Program bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) bisa menjadi sarana pencegahan kanker serviks secara nasional.
"Kegiatan pemberian imunisasi HPV melalui program BIAS tahun ini, dimulai di seluruh wilayah di DKI Jakarta pada bulan Oktober 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun depan di dua Kabupaten di Provinsi DIY yaitu kabupaten Kulonprogo dan Gunung Kidul," kata Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek dalam laman depkes.go.id, Jakarta, Rabu (4/11/2016).
Secara umum, program BIAS merupakan upaya pencegahan primer terhadap penyakit-penyakit berbahaya, diantaranya Tuberkulosis, Hepatitis B, Polio, Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus, Campak, serta Meningitis (radang selaput otak) dan Pneumonia (radang paru). Selain penyakit-penyakit tersebut, dengan masuknya imunisasi HPV dalam program BIAS sebuah kabar baik bagi masyarakat. Kita tunggu realisasinya.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Suhendra