tirto.id - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebutkan di tengah pandemi COVID-19, salah satu UMKM Indonesia, CV Sarana Multi Jaya, masih melakukan ekspor rumput laut ke Korea Selatan.
“Meski COVID-19 melanda dunia, termasuk di Korea Selatan dan Indonesia, kondisi ini tidak menyurutkan Indonesia meningkatkan ekspor komoditas rumput laut," jelas Agus, Minggu (26/4/2020).
Target ekspor rumput laut jenis cottonii sp dari CV Sarana Multi Jaya terus dikejar sebagai tindak lanjut penandatanganan kontrak dengan buyer asal Korea Selatan pada kegiatan misi gagang Indonesia di Busan pada 27 November 2019 lalu. Ekspor tetap dilakukan karena tingginya permintaan produk makanan di tengah kondisi COVID-19.
Secara rinci soal transaksi, Plt Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kasan menjelaskan total transaksi awal dari CV Sarana Multi Jaya sebagai eksportir dilakukan dengan pengiriman rumput laut sebanyak 1 kontainer 20 feet rumput laut kering senilai 17.000 dolar AS.
“Eksportir ini merupakan UMKM perdagangan khusus hasil kelautan dan baru pertama kali melakukan ekspor sehingga dilakukan pendampingan oleh ITPC Busan dari pemasaran, pengapalan, sampai teknis pembayaran," kata dia.
Kasan menjelaskan, kontrak dan purchase order antara kedua belah pihak ditandatangani pada 20 Maret 2020. Produknya kemudian dikapalkan dari Pelabuhan Samarinda pada 30 Maret 2020 dan tiba di Pelabuhan Busan pada 18 April 2020. Adapun unloading kontainer dilakukan pada 23 April 2020 yang juga didampingi ITPC Busan.
"Lokasi unloading adalah pabrik buyer di daerah Yangsan, yang jaraknya satu jam perjalanan dari Busan," ujar dia.
Diharapkan, buyer akan tetap melakukan importasi bahan baku dari Indonesia, sepanjang Indonesia dapat menjamin kualitas produk rumput lautnya tetap berkualitas prima.
“Pihak buyer merasa tidak khawatir terhadap wabah pandemi COVID-19, sehingga transaksi kegiatan ekspor rumput laut asal Indonesia ke Korsel tidak terpengaruh," jelas dia.
Kepala ITPC Busan, Ni Made Kusuma Dewi mengungkapkan, ekspor tersebut merupakan trial buying sebelum buyer memutuskan apakah akan melanjutkan pada PO berikutnya atau tidak.
Keputusan ini didasarkan pada hasil laboratorium mereka terhadap produk tersebut. Dewi mengatakan, pihak buyer juga menyampaikan terbantu atas produksi rumput laut yang masih berjalan di Indonesia. Ketika saat ini pandemi COVID-19 masih mewabah.
"Karena adanya bahan baku rumput laut dari Indonesia, maka produksi industri perusahaan mereka tetap berjalan dengan lancar," kata dia.
Mengingat hasil diproduksi buyer Korea Selatan tersebut merupakan produk makanan yang dibutuhkan di Korea Selatan dan juga menjadi bagian dari produk makanan jadi yang diekspor Korea Selatan ke mancanegara, termasuk Indonesia.
Buyer Korea Selatan yang mengimpor bahan baku rumput laut kering jenis cottoni, spinosum, dan gracilaria dari Indonesia tersebut menjual produk hasil olahannya dalam bentuk carrageenan dan agar-agar ke industri makanan jadi.
Menilik data dari Korea International Trade Association (KITA) pada Maret 2020, terjadi penurunan ekspor Indonesia ke Korsel (YoY) sebesar 14,6 persen atau senilai 2,11 miliar dolar AS dibandingkan Maret 2019 yang mencapai 2,47 miliar dolar AS.
Namun, di tengah pandemi COVID-19, ekspor sepanjang Maret 2020 naik 1,4 persen (MoM) menjadi 756,38 juta dolar AS dari 745,96 juta dolar AS. Kenaikan tersebut akibat peningkatan ekspor migas (MoM) sebesar 54,25 persen.
Sementara ekspor nonmigas menurun sebesar 3,62 persen. Meskipun terjadi penurunan ekspor nonmigas, sambung Dewi, beberapa produk ekspor Indonesia ke Korea Selatan seperti produk kelautan justru mengalami sedikit peningkatan seperti rumput laut atau seaweed (HS 1212).
Pada Januari-Maret 2020, ekspor produk ini mencapai 3,51 juta dolar AS atau
meningkat sebesar 11,6 persen (YoY). Khusus pada Maret, meningkat 56,5 persen (MoM) yang mencapai 910 ribu dolar AS.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri