tirto.id - Sejak awal Februari 2019, Mariska (29) mengeluhkan kondisi kesehatannya yang kerap terserang flu. Perempuan yang berprofesi sebagai pegawai di bank milik pemerintah itu mengaku, flu bisa dengan mudah menyerang setelah ia lembur.
“Capek dikit langsung nge-drop,” ujar Mariska.
Selain faktor lembur, Mariska juga menceritakan bahwa virus itu ia dapat dari teman-teman di kantornya. “Rasanya kayak giliran,” kata Mariska.
Flu memang nampak seperti penyakit ringan, tapi penyakit ini sering mengganggu performa kerja. Masalahnya, mata rantai flu di kantor seakan sukar diputus.
Seperti ditulis Healthline, kantor bisa menjadi tempat pertumbuhan kuman selama musim flu. Pernyataan itu merujuk penelitian yang dilakukan The University of Arizona yang menyatakan bahwa kuman akan lebih mudah berpindah di lingkungan kantor ketika ada seorang yang sakit.
Kelly Reynolds, seorang profesor kesehatan masyarakat dari University of Arizona yang juga peneliti utama pada penelitian tersebut, memaparkan sebuah studi yang ia lakukan terhadap 80 orang pada sebuah kantor di kampus University of Arizona. Reynolds menemukan bahwa pada hari kerja, seseorang tanpa sadar bisa menerima tetesan yang mengandung virus penyebab flu, pilek, dan sakit perut.
Yang mencengangkan, persebaran kuman itu bisa terjadi melalui permukaan yang biasa disentuh di kantor, yakni gagang pintu, tombol mesin fotokopi, kulkas, pegangan teko, telepon, maupun permukaan meja.
“Kami sebenarnya cukup terkejut dengan seberapa efektif semuanya menyebar,” ungkap Kelly, seperti dikutip situs resmi University of Arizona.
Peneliti lainnya, Charles Gerba, seorang profesor ilmu tanah, air, dan lingkungan dari kampus yang sama, bahkan merasa bahwa persebaran kuman melalui tangan lebih cepat dibandingkan bersin.
Mereka pun menemukan bahwa para pekerja tersebut berisiko terinfeksi virus dengan kemungkinan 40 hingga 90 persen kemungkinan infeksi satu dari tiga virus yang mungkin, yakni virus yang menyebabkan flu, pilek, dan sakit perut.
Setelah menemukan penelitian tersebut, mereka pun memberlakukan sistem tempat kerja sehat dengan menyediakan tisu gratis, tisu desinfektan, dan sebotol pembersih tangan kepada para karyawan. Pekerja pun juga diminta untuk mencuci tangan sebelum makan siang dan setelah bertemu dengan sejumlah orang.
Rupanya, intervensi sederhana itu membuahkan hasil. Risiko infeksi turun menjadi di bawah 10 persen. Selain itu, Gerba juga menganjurkan kepada karyawan-karyawan tersebut agar tetap di rumah ketika penyakit menyerang.
Dalam penelitian tersebut, 80 persen responden tetap bekerja meskipun sedang sakit. Padahal, ketika mereka bekerja, mereka tak hanya menyebarkan kuman, tetapi juga membuat perusahaan kehilangan produktivitasnya.
Cara Menghentikan Persebaran Flu
Seperti diinformasikan Business Insider, musim flu di Amerika Serikat tahun 2018 telah membawa dampak ekonomi yang cukup parah bagi pengusaha. Berita itu ditulis berdasarkan laporan dari sebuah firma bernama Challenger, Gray & Christmas, Inc. yang menyarankan agar karyawan yang sakit tidak berada di kantor untuk mengurangi persebaran infeksi.
Mereka pun memberi hasil perhitungan mereka: jika 11 juta pekerja membutuhkan empat hari saja untuk pulih dari flu, para pengusaha di Amerika Serikat bisa kehilangan produktivitasnya hingga total USD 9 miliar. Padahal, penyakit tersebut bisa memakan waktu hingga tujuh hari hingga pulih.
Tak heran jika Ceters for Disease Control and Prevention (CDC) juga menyarankan hal serupa: jangan ngantor kalau kena flu. Selain itu, mereka pun juga mendorong kepada para pengusaha untuk mendidik karyawannya agar memahami gejala influenza, serta melaksanakan praktik kebersihan tangan dan pernapasan yang benar.
Healthline menuliskan beberapa gejala dari flu, yakni batuk, sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, pegal-pegal, sakit kepala, panas dingin, kelelahan, demam, hingga diare dan muntah.
Dokter spesialis penyakit dalam, alergi dan imunologi, Dr. dr. Iris Rengganis, Sp. PD-KAI menyampaikan bahwa jalan terbaik untuk memutus rantai flu di kantor adalah dengan vaksinasi.
“Enggak ada jalan lain, karena dia kan primary prevention, perlindungan primer. Biasanya kan kita sudah sakit baru dikasih obat. Nah ini kita belum sakit udah punya perlindungan,” tutur Iris kepada Tirto.id.
Iris menyayangkan, saat ini belum banyak masyarakat yang memiliki kesadaran untuk melakukan vaksin flu. Padahal, menurutnya, perlindungan dari vaksin ini bisa mencapai 90 persen, asalkan setiap orang melakukan vaksin setiap tahun.
“Akan lebih baik lagi kalau HRD kantor memikirkan hal itu,” ujar Iris.
Meski begitu, Iris tak menampik bahwa dengan vaksin flu, seseorang tetap bisa terserang virus tersebut. Namun, dampak dari persebaran tersebut tak separah pada pasien yang belum divaksin. Menurut Iris, vaksin di Indonesia bisa dilakukan sewaktu-waktu, karena penularan virus flu bisa terjadi sepanjang tahun.
Iris juga mengungkapkan bahwa virus flu tak bisa dihentikan persebarannya hanya dengan melakukan desinfeksi lingkungan kerja, sebab flu menular lewat udara.
“Kita ngobrol saja bisa kena. Jadi, [kalaupun] ruangan disterilkan kalau ada yang sakit, [mereka] tetap bisa menulari banyak orang,” ungkap Iris.
Editor: Maulida Sri Handayani