tirto.id - Bagi orang-orang yang alergi terhadap bulu kucing, berdekatan dengan binatang peliharaan yang satu ini tentu adalah sebuah masalah.
Gejala alergi yang muncul seperti seperti bersin-bersin, mata berair, atau hidung gatal. Jika gejala tersebut muncul Anda perlu menjauhkan diri dari kucing.
Baru-baru ini ada sebuah penelitian menunjukkan bahwa, memberikan antibodi pada makanan yang dikonsumsi kucing dapat mengurangi dampak alergi pada manusia. Tentunya hal ini menjadi kabar baik bagi para pecinta kucing tapi memiliki alergi.
Penyebab alergi pada kucing
Dilansir dari Webmd, penyebab utama alergi pada kucing adalah protein yang banyak terkandung di rambut kucing. Protein penyebab alergi tersebut disebut dengan Fel d1.
Protein inilah yang bertanggungjawab atas 95 persen reaksi alergi manusia terhadap bulu kucing. Protein ini sebenarnya dibawa oleh kelenjar ludah kucing yang berpindah melalui jilatan dan urin.
Namun, tidak semua orang bereaksi alergi pada Fel d1. Biasanya alergi hanya terjadi pada orang-orang dengan imunitas yang sangat sensitif.
Pada orang-orang yang imunitasnya sensitif, tubuhnya mengalami mengenali protein ini sebagai benda yang berbahaya seperti bakteri atau virus.
Uji coba dengan antibodi
Dilansir dari Science News, para ilmuan dari Nestlé Purina lalu melakukan penelitian untuk menemukan bagaimana cara mengurangi kandungan Fel d1 dalam tubuh kucing.
Dalam penelitian ini mengujicoba 105 kucing yang makanannya ditambahkan antibodi selama 10 minggu. Dari sini tercatat jumlah protein Fel d1 aktif yang ada pada rambut kucing rata-rata turun sebanyak 47 persen.
Penelitian lalu berlanjut ke sebuah eksperimen kecil pada 11 orang yang memiliki alergi terhadap kucing.
Gejala alergi mereka hanya muncul sedikit ketika terpapar di ruang uji berisi rambut dari kucing yang diberi asupan antibodi.
Hal berlawanan terjadi ketika mereka berada di ruangan uji coba dengan rambut kucing yang tidak diberi antibodi.
Ini bisa terjadi karena ketika antibodi berikan kepada kucing, protein Fel d1 tidak bisa dikenali oleh sistem kekebalan manusia. Dampak tidak dikenalinya Fel d1 ini membuat berkurangnya respons terhadap alergi.
"Pada kucing, antibodi terhadap Fel d1 memiliki efek di mulut, menetralkan protein dalam air liur," kata Ebenezer Satyaraj, ketua tim penelitian alergi kucing di Purina.
Antibodi tidak membahayakan kucing
Sejauh ini, uji keamanan tidak menemukan kelainan pada kucing yang diberi antibodi, mengingat peran Fel d1 dalam fisiologi kucing belum diketahui.
Para ilmuan berharap bahwa temuan baru ini dapat membantu orang dengan alergi kucing ringan. Meskipun Purina belum menawarkan produk yang mengandung antibodi tetapi penelitian ini akan dilaksanakan lebih lanjut untuk menentukan efektivitasnya dalam mengurangi alergi terhadap kucing.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yandri Daniel Damaledo