tirto.id - Lia Candrasari, seorang pengusaha tambang, masih ingat betul kejutan yang ia dapat pada 2013.
Waktu itu pesanan trunk (kotak penyimpanan) Louis Vuitton yang ditunggu-tunggu selama dua tahun akhirnya jadi. Kotak itu dipesan bukan tanpa alasan. Lia adalah seorang penggemar jam tangan. Baginya, benda itu lebih berharga ketimbang aksesori lain seperti tas, baju, atau bahkan perhiasan berlian. Lia merasa perlu menempatkan benda favoritnya itu di dalam tempat yang layak.
Tanpa ragu ia memesan khusus tempat penyimpanan jam itu. Permintaan spesialnya ialah agar kotak dilengkapi sistem pengisi daya bagi jam tangan tanpa baterai. Kotak penyimpanan jam tangan itu dibuat setinggi kurang lebih 100 centimeter. Ia dilengkapi puluhan laci yang bisa memuat lebih dari tiga jam tangan; kaca; dan meja guna memilih ragam jam.
Benda yang disebut watch trunk itu diantar oleh sejumlah pria berseragam rapi. Ada seorang anak kecil yang hari itu bertugas memberi Lia bunga. Dan tim Louis Vuitton lain memberi makanan dan minuman.
“Mereka paling tahu cara memperlakukan kustomer,” kata Lia kepada Tirto.
Ia menyimpan kotak penyimpanan itu di ruang koleksi pribadi yang menyimpan seluruh koleksi Louis Vuitton (LV) miliknya. Selain mengoleksi jam, Lia turut mengoleksi ragam produk Louis Vuitton sejak 2008. Sampai hari ini ia konsisten membeli rilisan LV yang dilansir setiap musim.
“Saya merasa hanya LV brand yang berangkat dari sejarah yang kuat. Saya suka kisah tentang sejarah karena itu saya tertambat pada brand ini,” lanjutnya.
Beberapa waktu lalu, Lia kembali mendapatkan kejutan: kedatangan tim LV Heritage dari Paris. Mereka datang untuk mengecek kondisi watch trunk miliknya dan membawa benda tersebut untuk dipamerkan dalam LV Time Capsule, sebuah pameran yang diselenggarakan untuk memperingati 160 tahun Louis Vuitton dan 30 tahun berdirinya gerai LV di Jakarta.
“Mereka sampai memakai selimut untuk menjaga kondisi trunk. Kecepatan mobil box juga diatur,” tutur Lia dengan nada takjub.
Ruang pameran ini dibangun di area seluas 700 meter persegi yang ada di lantai dasar mal Senayan City. Watch trunk milik Lia diletakkan di ujung ruang pamer. Petugas penjaga pameran membuat tiap pengunjung terpukau dengan kalimat, “Watch trunk dengan model seperti ini adalah satu-satunya di dunia. Pemiliknya ialah kolektor kami asal Indonesia.”
Sesungguhnya demikianlah cara Louis Vuitton memperlakukan trunk sejak tahun 1853. Mereka tidak memproduksi kotak penyimpanan secara massal, melainkan membuat kotak kemasan sesuai permintaan klien. Awalnya ia membuat kotak kemasan untuk Eugenie de Montijo, istri Napoleon Bonaparte. Saat itu Eugenie hendak bepergian dan ia meminta Vuitton merancang kotak penyimpanan untuk busana.
Setahun setelahnya, Vuitton membuka toko dan mempromosikan diri sebagai spesialis pembuat kotak kemasan untuk busana dan aksesori. Ia turut membuat kotak dari material kanvas agar lebih bisa tahan air. Pada masa tersebut, profesi pembuat kotak kemasan dianggap populer. Pada zaman itu juga kaum elite Eropa banyak melakukan perjalanan. Keterampilan Louis Vuitton pun terus teruji dan tetap diminati.
Time Capsule menunjukkan bukti bahwa ide-ide Vuitton melampaui keinginan awalnya sebagai perajin kemasan busana. Wujud pemikiran unik tersebut salah satunya ditunjukkan dengan menampilkan bed trunk yang dibuat pada 1905. Produk tersebut dibuat untuk Pierre Savorgnan Brazza , seorang penjelajah asal Italia. Sampai saat ini pengunjung bisa melihat bagaimana tempat tidur itu dibangun dari dalam sebuah koper. Benda yang muncul pada masa di mana desain produk multifungsi belum menjadi tren.
Sekitar setahun belakangan, tim Louis Vuitton menyelenggarakan pameran Time Capsule di beberapa tempat seperti Hong Kong, Bangkok, Berlin, Singapura, Dubai, Shanghai, Melbourne, Madrid, dan Los Angeles. Di lokasi-lokasi tersebut, LVMH membuat instalasi yang sama. Lini asal Prancis ini seolah tak ingin membuat orang lain lupa dengan hakikatnya sebagai pembuat kotak penyimpanan.
Para pengunjung terheran-heran melihat koleksi LV yang beragam jenis. Ada beberapa pengunjung pameran iseng menanyakan harga. Benda-benda di pameran ini tentu saja tidak dijual. Sebagian dibeli ulang dari pembeli untuk disimpan sebagai koleksi. Dalam pameran ini, para penjaga seolah tak mengizinkan pengunjung terlampau lama di satu ruangan. Mereka meminta para tamu untuk berpindah ke ruang lain untuk mendengar penjelasan berbagai jenis produk lain.
Ruang lain itu di antaranya menyimpan ragam trunk ciptaan Vuitton yang disesuaikan dengan moda transportasi. Untuk transportasi kereta misalnya, Vuitton menciptakan expandable trunk, alias kotak penyimpanan yang bisa dilipat dan dilebarkan. Lagi-lagi, benda multifungsi. Bagi konsumer yang kerap bepergian menggunakan kapal laut, ia menciptakan steamer bag, alias tas untuk menaruh baju kotor. Steamer bag ini adalah tas pertama yang dibuat Vuitton dari material yang cukup lentur. Lambat laun, bentuk steamer bag tersebut jadi inspirasi koleksi tas ransel untuk pria dan wanita koleksi Vuitton.
Niat awal Vuitton untuk mengkhususkan diri untuk membuat kotak penyimpanan busana akhirnya berkembang pula jadi produsen kotak pembuatan perlengkapan rias wanita hingga kotak cerutu yang menyimpan kartu bagi para pria.
Editor: Nuran Wibisono