tirto.id - Serangan siber diprediksi dapat terjadi melalui akses internet nirkabel seperti wifi di ruang publik. Masyarakat pun agar tidak mudah terjebak saat menemukan akses wifi tanpa kata sandi dan bisa diakses gratis, terutama jika tidak diketahui pihak mana yang menyediakannya.
Hal tersebut dikatakan oleh praktisi keamanan siber, Yohanes Syailendra Kotualubun. Tidak hanya di ruang publik, akses wifi yang disediakan oleh restoran maupun kafe terkenal pun, menurut Yohanes, juga perlu diwaspadai. Terlebih jika disertai dengan ciri berduplikat dan memiliki nama yang sama.
Yohanes menyarankan kepada masyarakat untuk tidak menggunakan jaringan internet di ruang publik untuk keperluan pribadi, misalnya untuk penggunaan aplikasi transaksi perbankan secara online.
“Jangan connect ke jaringan itu. Pasti lagi di-tapping (mengakses perangkat elektronik tanpa izin),” pesan Yohanes dalam diskusi bertajuk “Darurat Ancaman Siber” di D'Consulate Lounge, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/2/2019).
“Kalau lagi connect ke wifi publik jangan pernah transaksi apapun lewat handphone. Pastikan koneksi sendiri,” lanjutnya.
Yohanes pun memberi tips bila masyarakat telah terlanjur terkoneksi dengan akses wifi publik, risiko jaringan tersebut dapat diketahui ketika membuka browser seperti misalnya Google Chrome. Ia menunjuk pada simbol gembok yang dapat berubah warna seiring kondisi keamanan jaringan.
Warna yang aman, kata Yohanes, adalah hijau. Ini perlu diperhatikan bila ingin memastikan keamanan jaringan saat menggunakan wifi di ruang publik terlebih yang terbuka aksesnya.
“Kalau itu [warna] merah jangan coba-coba transaksi. Artinya, jaringannya lagi di-tapping,” tegas Yohanes.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Iswara N Raditya