Menuju konten utama
Seri Perempuan Katolik

Maria Magdalena adalah Korban Patriarki Penganut Kristen Awal

Cap pekerja seks, istri Yesus, dan pecandu seks disematkan pada Maria Magdalena agar pamor murid Yesus tidak dikalahkan oleh perempuan.

Maria Magdalena adalah Korban Patriarki Penganut Kristen Awal
Ilustrasi Maria Magdalena. tirto.id/Fuadi

tirto.id - Maria dari Magdala atau Maria Magdalena boleh jadi merupakan salah satu tokoh yang cukup memantik kontroversi sepanjang sejarah agama Kristen. Sempat menyandang label sebagai seorang pelacur yang disematkan gereja Barat, Maria Magdalena pada akhirnya diakui menjadi seorang santa yang dipuja-puji Gereja.

Empat Injil Kanonik Gereja di Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) mencatat nama Maria Magdalena di dalamnya. Hal ini, tentu saja, mengindikasikan bahwa Maria Magdalena memiliki peran penting dalam kisah keselamatan Yesus.

Dalam injilnya, Lukas mencatat Maria Magdalena sebagai seorang perempuan pendosa yang berlari dan bertekuk lutut di depan Yesus, menciumi kakinya, memohon pengampunan, dan membasuh air matanya yang menetes di kaki Yesus dengan rambut panjangnya.

Dilansir dari History, selain sebagai pendosa, ia juga dipandang sebagai perempuan yang dikelilingi tujuh setan. Yesus memulihkannya dan Maria Magdalena jadi pengikut juru selamat asal Nazaret itu setelah dibebaskan dari roh jahat.

Posisi penting Maria Magdalena dalam kisah keselamatan Yesus ini mengalami sejumlah distorsi sepanjang sejarah Gereja. Para elite gereja Kristen awal, misalnya, sempat menempatkan Maria Magdalena sebagai pelacur.

Hal ini tampak dari keputusan para pemimpin gereja awal yang menempatkan Maria Magdalena dengan sejumlah perempuan yang berprofesi sebagai pelacur yang di dalam Injil Lukas disebut sebagai pendosa yang membasuh kaki Yesus sembari berlinang air mata (Lukas 7:37-38). Pada tahun 591, Paus Gregorius Agung pernah memberikan pernyataan yang mendukung hal ini.

Robert Cargill, asisten profesor studi klasik dan religi di Universitas Iowa, menceritakan analisisnya soal penyebab Maria Magdalena dipandang sebagai pelacur. Menurutnya, para laki-laki yang menjadi pemimpin gereja awal tidak nyaman atau tidak terima bila perempuan ditempatkan dalam posisi penting seperti murid-murid Yesus yang laki-laki.

"Dengan mencitrakan Maria Magdalena sebagai pelacur, ia tidak akan dipandang sebagai sosok penting dan kisah tentangnya akan hilang dengan sendirinya. Dia juga tidak akan bisa jadi pemimpin karena profesinya sebagai pelacur," kata Cargill, masih dari History.

Kontroversi Maria Magdalena tidak berhenti di situ. Dalam Injil Filipus, satu dari sejumlah injil yang belum dikanonisasi utamanya oleh Gereja Katolik karena berbagai alasan, Maria Magdalena bahkan disebut sebagai pendamping Yesus dan Yesus mencintainya lebih dari murid-Nya yang lain.

Ide serupa diambil oleh penulis novel Dan Brown dalam novelnya The Da Vinci Code, hingga yang tak kalah kontroversial novel The Last Temptation of the Christ yang nantinya, seperti The Da Vinci Code, juga difilmkan.

Alkitab sendiri tidak memuat kisah mendalam tentang perjalanan hidup, kesaksian, dan pewartaan ajaran Kristen yang dilakukan Maria Magdalena. Padahal, ia bisa dikatakan punya posisi yang setara dengan 12 murid Yesus. Bahkan, dalam beberapa hal, lebih krusial dari mereka.

Ia mengikuti Yesus mengembara menyampaikan kabar keselamatan dari Kerajaan Allah. Ia terus mendampinginya hingga Yesus meninggal. Pada malam sebelum Yesus ditangkap, Maria Magdalena melakukan meditasi berdua dengan Yesus.

Maria Magdalena adalah orang pertama yang menyaksikan makam Yesus kosong dan tak lama kemudian ia "berjumpa" dengan Yesus yang berkata bahwa jasadnya tak hilang, melainkan terangkat ke surga.

"Jangan bergantung kepadaku. Aku ada di pikiranmu. Kabarkan pada para murid lain, soal hal ini," kata Yesus kepada orang yang disebut-sebut paling memahaminya itu. Karena itulah Maria Magdalena perlu menyampaikan kabar kebangkitan Yesus kepada para rasul dan menyampaikan kabar soal kerajaan Allah dan keselamatan kepada seluruh dunia.

Maria dari Magdala

Pada 2000 stasiun televisi A&E menayangkan film semidokumenter soal Maria Magdalena. Maria dikisahkan sebagai anak dari keluarga kaya yang tinggal di Magdala, Galilea, desa nelayan yang terletak di pemukiman Yudea—kini jadi bagian dari Palestina.

Pada masa itu penduduk Yudea menderita akibat tindakan sewenang-wenang pemerintahan Romawi. Pejabat kerajaan Romawi menetapkan tarif pajak yang sangat tinggi dan tak segan menghukum warga Yudea lewat tindak kekerasan bila mereka dinilai melanggar aturan.

Setiap hari orang-orang Yudea berdoa di padang gurun dan berpuasa agar dapat bertemu seorang penyelamat yang mampu membebaskan umat dari penindasan orang Romawi. Maria Magdalena adalah salah satu orang yang mengharapkan hal itu terjadi.

Sampai saat ini tidak ada catatan detail soal kronologi perjumpaannya dengan Yesus. Tapi perjumpaan itu membuat hatinya jadi tenang dan terbebas.

Katherine L. Jansen, asisten profesor sejarah di Catholic University, AS, berkata kepada A&E bahwa Yesus berhasil mentransformasi dan menyembuhkan luka batin Maria Magdalena. Dari situlah Maria Magdalena yakin bahwa Yesus adalah mesias yang diharapkan orang-orang Yudea.

Jansen mengaitkan pemulihan Maria Magdalena dengan sebuah pernyataan dari masa itu bahwa ia "dikelilingi tujuh setan". Menurut Jansen, istilah setan pada masa itu merujuk pada segala kondisi fisik dan psikis yang negatif yang tidak diketahui penyebabnya dan tidak bisa dijelaskan orang-orang.

Contohnya adalah berbagai jenis gangguan mental yang meliputi adiksi, sikap obsesif kompulsif, psikosis, dan maniak. Contoh dari sisi fisik adalah penyakit epilepsi.

Tidak ada catatan yang jelas soal sindrom mana yang diderita Maria Magdalena. Yang jelas perjumpaan dengan Yesus membuat hatinya merasa tenang dan bebas.

Infografik Maria Magdalena

Infografik Maria Magdalena. tirto.id/Fuadi

Evangelis yang Tersingkirkan

Setelah Yesus meninggal, masih menurut film semidokumenter A&E, Maria Magdalena berkelana ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Perancis, untuk menyebarkan kabar soal keselamatan dengan cara mengikuti ajaran Kristus.

Ia dikabarkan mampu mengajak kaum pagan menjadi Nasrani dan membuat Raja Perancis dan para penduduknya memeluk Kristen. Konon Maria Magdalena membuat mukjizat terhadap Raja Perancis yang kala itu sangat berharap dikaruniai anak. Setelah didoakan Maria Magdalena, sang ratu mengandung. Raja kemudian jadi percaya dengan ajaran-ajaran Kritus yang disampaikan Maria Magdalena.

Ketika merasa cukup menyebarkan ajaran Kristus, Maria Magdalena hidup mengasingkan diri selama 30 tahun. Jansen berkata bahwa Maria Magdalena memilih hidup minimalis yakni dengan tidak mengenakan busana dan aksesori apapun. Tubuhnya hanya ditutupi rambut panjangnya.

Di pengujung usia, ia hanya keluar dari “pengasingan” pada hari terakhir hidupnya. Hari itu ia datang ke gereja, meminta bertemu dan didoakan pastor di gereja tersebut dan pergi untuk selamanya.

Peran penting Maria Magdalena juga muncul dalam Injil Maria. Injil Maria ditemukan pada 1896 di Kairo oleh diplomat asal Jerman Carl Reinhardt. Injil tersebut ditulis dalam bahasa Yunani kuno dan kondisinya sudah tidak utuh saat ditemukan.

Pada 2007, Christopher Tuckett melansir buku The Gospel of Mary yang dalam salah satu bagiannya mengartikan tulisan Injil Maria ke dalam bahasa Inggris. Dari dokumen yang berhasil diselamatkan dan diterjemahkan, injil itu memuat perkataan Yesus tentang keselamatan. Seperti:

“Jangan menangis atau bersedih dan janganlah ragu karena kemuliaan dan anugerah Allah akan dilimpahkan kepadamu dan akan melindungimu. Sebaliknya, baiklah kita berterima kasih atas kebesaran-Nya karena ia telah mempersatukan kita dan menjadikan kita manusia.”

“Ia menyapa setiap orang dan berkata kepada mereka ‘Damai bersamamu’. Lihatlah ke segala penjuru bahwa anak manusia ada pada dirimu. Ikuti Dia. Siapa yang mencari Dia akan menemukan-Nya. Pergilah dan wartakanlah Injil dan kerajaan Allah.”

Sayangnya, Injil Maria ini, seperti halnya Injil Filipus tidak dimasukkan ke dalam Alkitab. Dikutip BBC, isi dari injil-injil tersebut tidak sesuai dengan doktrin Kristen dan kebenarannya diragukan (apokrifa). Kendati demikian, temuan sejumlah Injil ini, menurut para ahli, tetap merupakan penemuan yang penting sebab teks-teks tersebut mampu menunjukkan perspektif baru terkait sejarah agama Kristen.

Maria Magdalena ditahbiskan sebagai orang suci atau santa oleh Gereja Katolik, Luteran, Ortodoks Timur, dan Anglikan dengan hari perayaan setiap tanggal 22 Juli.

==========

Menyambut Hari Raya Natal 2019, kami menayangkan serial khusus tentang para perempuan di dunia Katolik. Serial ini ditayangkan setiap hari dari 23 Desember hingga 26 Desember 2019.

Artikel ini telah mengalami sejumlah perubahan karena informasi yang ditulis sebelumnya tidak akurat dan menimbulkan interpretasi yang menyesatkan. Redaksi memohon maaf kepada pihak-pihak yang dirugikan atas kesalahan ini.

Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara

Baca juga artikel terkait NATAL 2019 atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Humaniora
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Ivan Aulia Ahsan