tirto.id - Mantan Presiden Gambia Yahya Jammeh menyatakan mundur dari kursi kepresidenan setelah sebelumnya menolak untuk menyerahkan kekuasaan pada Presiden terpilih Adama Barrow.
Dalam pernyataannya di stasiun televisi pemerintah, ia mengatakan “tidak perlu ada pertumpahan darah sedikit pun”, seperti dikutip dari BBC.
Pernyataan itu keluar setelah beberapa jam perundingan antara Jammeh dengan mediator Afrika Barat.
Pernyataan mundur itu juga disampaikan presiden baru Gambia Adama Barrow melalui akun twitternya pada Jumat (20/1/2017).
"Saya ingin mengabarkan bahwa Yahya Jammeh sudah setuju untuk mundur. Dia dijadwalkan meninggalkan Gambia hari ini," cuit Barrow di Twitter dan mengakhiri pernyataannya itu dengan tagar #NewGambia, seperti diberitakan Antara.
Pada Jumat siang, para presiden dari Mauritania dan Guinea tiba di Banjul untuk "terakhir kali menengahi" masalah terkait penolakan Jammeh menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Barrow.
Upaya kedua negara itu dilakukan sebelum akhirnya intervensi militer ke Gambia dilaksanakan oleh Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS), dengan dipimpin oleh oleh pasukan Senegal dan Nigeria.
Para prajurit ECOWAS pada Kamis malam berhenti bergerak di Gambia untuk memberikan kesempatan terakhir bagi pemimpin yang sudah lama berkuasa itu, Yahya Jammeh, mundur secara damai.
"Perintah sudah diberikan kepada pasukan agar mereka berhenti bergerak dan mereka sudah berhenti, karena ECOWAS memberikan kesempatan bagi prakarsa untuk berdialog dan menjalankan diplomasi," kata Presiden Komisi ECOWAS, Marcel Alain Da Souza.
Pasukan Senegal, yang didukung oleh tentara dari negara-negara Afrika Barat lainnya, memasuki Gambia pada Kamis sore dalam suatu operasi militer.
Operasi itu ditujukan untuk memaksa Jammeh menyerahkan kekuasaan kepada Barrow, yang dilantik pada hari yang sama di Dakar sebagai presiden Gambia yang baru.
Sejauh ini, belum ada informasi mengenai tempat yang sedang dituju Jammeh setelah ia menyatakan bersedia meninggalkan Gambia.
Namun, Maroko, Nigeria, Mauritania dan Guinea telah menawarkan diri untuk menerima kedatangan Jammeh.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri