tirto.id - Direktur Eksekutif Maarif Insitute Abdullah Darraz menilai Amien Rais menunjukkan sikap tidak percaya diri atas pilihan politiknya saat secara terbuka mendesak Muhammadiyah menentukan keberpihakan Ormas Islam itu di Pilpres 2019.
"Ini kan memperlihatkan seorang politisi sekaliber AR [Amien Rais] tidak confidence [percaya diri] dengan calon yang diusungnya, sehingga ia ingin menarik-narik gerbong muhamadiyah," kata Darraz kepada Tirto, pada Rabu (21/11/2018), di aula Maarif Institute, Tebet, Jakarta.
Darraz mengungkapkan hal ini saat mengkritik pernyataan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut yang mengancam akan menjewer Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Amien melontarkan ucapan itu karena tidak setuju dengan sikap Haedar yang menyerahkan pilihan di Pilpres ke masing-masing kader organisasinya.
Darraz mengatakan, sikap Amien tersebut menunjukkan gelagat politikus yang memang mencari konstituen untuk mendukung calon yang ia sendiri menganggapnya tidak dalam posisi unggul.
Sebagai catatan, PAN telah menyatakan bergabung dalam koalisi partai pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Darraz juga menganggap pernyataan Amien tidak etis sebab ia tidak lagi berada dalam posisi struktural organisasi Muhammadiyah. "Tidak ada haknya seorang tokoh elit politik meskipun dia dari kultur Muhammadiyah," kata dia.
Apalagi, kata Darraz, selama ini Muhammadiyah dikenal independen dan memang tidak bergerak di bidang politik praktis.
"Muhammadiyah ini kan gerakan ormas Islam kultural," ujarnya
Ia menilai, upaya Amien untuk menggeret "gerbong" Muhammadiyah ke politik praktis sebagai hal yang bermasalah.
"Di dalam Muhammadiyah itu sendiri mereka punya ragam pilihan, afiliasi politiknya masing-masing yang itu tidak bisa dibatasi," kata Darraz.
Dia menambahkan warga Muhammadiyah terdiversifikasi ke berbagai partai politik, baik yang sekuler maupun yang berbasiskan agama. Karena itu, Darraz berpendapat ucapan Amien berpotensi memecah belah internal Muhammadiyah.
"Ini memecah belah kekuatan yang ada di Muhammadiyah itu sendiri dan secara hubungan sosiologis di Muhammadiyah menjadi tidak nyaman," kata Darraz.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Addi M Idhom