tirto.id - Dian Wardana (21), salah satu mahasiswa aktif di perguruan tinggi di Bandung, menyampaikan bahwa ia bersama setidaknya 31 kawannya, melangsungkan bentuk protes karena diusir dari asrama Wyata Guna.
Wyata Guna berada di bawah Kementerian Sosial. Mereka diusir akibat perubahan fungsi tempat tersebut, yang semula menjadi panti bagi para disabilitas netra, menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN).
“Ini adalah bentuk aksi dan unjuk rasa kecewa kami atas regulasi yang berlaku secara sepihak tanpa pelibatan kami serta secara langsung mencabut hak-hak kami,” tegas Dian saat dihubungi reporter Tirto pada Rabu (15/1/2020).
“Kami masuk ke sini secara legal, sementara sekarang kami dikeluarkan secara tidak manusiawi, dengan mengeluarkan barang secara paksa,” lanjutnya.
Dian pun menjelaskan kronologis dari pengusiran tersebut. Pengusiran awalnya dilakukan pada Kamis (9/1/2020). Pengusiran dilakukan karena adanya perubahan kebijakan dan fungsi dari tempat tinggal mereka.
Saat itu, pengusiran baru dilakukan sebagian, asrama putri pun belum terdampak pengusiran tersebut.
Dengan itu, mereka pun melangsungkan negosiasi. Negosiasi tersebut menghasilkan putusan bahwa mereka diberikan waktu dua minggu untuk persiapan keluar. Namun, keputusan berubah secara sepihak, bahwa para mahasiswa yang tinggal di sana perlu untuk keluar maksimal kemarin (14/1/2020). Alhasil, sekitar 41 mahasiswa yang tinggal di sana terusir kemarin.
“Setelah ada pengusiran dan semacamnya terpaksa teman-teman ada yang mengungsikan barang-barang yang sudah ngekos. Ada pula yang sampai meminjam uang untuk ngekos, ada pula yang gak tahu harus bagaimana kemudian dicarikan solusi bersama, seperti barang-barangnya dititipkan ke teman-teman yang sudah bisa memiliki kosan,” jelas Dian.
Dian pun menyampaikan sebagian dari mereka menuntut kebijakan yang dibuat secara sepihak, serta merebut hak tempat untuk mereka tinggal selama di Bandung. Tuntutan dilakukan dengan tinggal di trotoar tepat depan balai tersebut, di Jalan Padjadjaran, Bandung.
“Posisi saya di trotoar sejak tadi malam, sekitar jam 9 atau 10. Teman-teman memutuskan sebagai bentuk protes dan bentuk ekspresi rasa kekecewaan kami jadi kami menginap di trotoar hingga saat ini masih berlangsung,” tegas Dian.
“Harapan saya sebenarnya mengembalikan posisi balai menjadi panti, seperti semula, yang sekarang telah diubah. Lalu, harapan selanjutnya, hak-hak saya dan teman-teman saya dapat terpenuhi tanpa adanya regulasi yang merugikan atau membuat hak-hak kami tercabut,” pungkasnya.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Maya Saputri