tirto.id - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menyampaikan hasil investigasi terkait dugaan pengeroyokan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah. Dari investigasi tersebut diperoleh fakta bahwa adanya pengeroyokan kepada pihak yang berusaha melindungi korban.
Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi menjelaskan, kesimpulan dari investigasi adalah peristiwa dipicu oleh penggunaan knalpot tidak standar. Kendaraan itu dimiliki tiga korban relawan Ganjar-Mahfud.
Kemudian, serangan terjadi pada perorangan bukan pada grup/konvoi kendaraan bermotor.
“Serangan meluas termasuk kepada mereka yang berusaha melindungi korban dan diduga merekam peristiwa,” ujarnya sebagaimana paparan yang diterima Tirto, Kamis (11/1/2024).
Dijelaskan Edwin, dari kesimpulan tersebut LPSK memberikan sejumlah rekomendasi, yakni proses hukum harus berjalan secara transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Selain itu, LPSK meminta agar semua pihak berfokus menghadirkan keadilan bagi korban dengan tidak mengembangkan isu yang tidak perlu.
“Lebih baik berfokus pada upaya mempertanggungjawabkan perbuatan pelaku, bukan mencari kesalahan korban,” tutur Edwin.
Di sisi lain, Edwin menyampaikan agar Polri melakukan tindakan preventif dan penertiban terhadap penggunaan knalpot tidak standar. Sementara kepada TNI, direkomendasikan adanya reformasi kultural.
Temuan LPSK mengenai adanya serangan kepada pihak yang ingin melindungi korban dan mengambil gambar itu berbanding terbalik dengan kronologi dari pihak TNI.
Brigjen TNI Kristomei Sianturi menuturkan, adanya bentrok antara relawan Ganjar-Mahfud sebelum peristiwa pengeroyokan oleh oknum prajurit TNI di Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Bentrok itu terjadi dengan warga sekitar jalan yang dilewati relawan tersebut.
“Tapi yang harus diingat bahwa peristiwa ini sendiri dipicu oleh karena bentrokan antar warga awalnya," kata Kristomei di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).
Menurut Kristomei, bentrok tersebut dipicu akibat relawan Ganjar-Mahfud yang melintas menutupi jalur. Sehingga, jalur tidak bisa dilewati oleh warga akan melintas.
“Karena warga tidak terima yang awalnya jalan harusnya bisa digunakan dua jalur, kemudian ditutup, apalagi dia menggunakan knalpot brong, akhirnya warga setempat juga marah dan kesal," tutur Kristomei.
Kristomei menjelaskan, mulanya para prajurit TNI hendak melerai warga yang bentrok dengan relawan Ganjar-Mahfud. Namun, ada provokasi yang terjadi hingga menyulut emosi para prajurit.
“Kami menyayangkan prajurit yang terprovokasi, jelas dari kasus tersebut ya. Kita tidak bisa benarkan dalam hal tersebut," ucap dia.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Dwi Ayuningtyas