Menuju konten utama

Lirik Lagu Buruh Tani: Dibuat Safii Kemamang, Dipopulerkan Marjinal

Lirik lagu "Buruh Tani" kembali berkumandang dalam demo Omnibus Law UU Cipta Kerja, berikut sejarahnya.

Lirik Lagu Buruh Tani: Dibuat Safii Kemamang, Dipopulerkan Marjinal
Ratusan buruh dan mahasiswa melakukan aksi blokir jalan nasional Bandung-Garut-Tasikmalaya menuju Gerbang Tol Cileunyi di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/10/2020). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nz

tirto.id - "Buruh, tani, mahasiswa, kaum miskin kota. Bersatu padu rebut demokrasi. Gegap gempita dalam satu suara. Demi tugas suci yang mulia."

Begitu teriak lantang para buruh dalam demonstrasi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja pada 6 Oktober saat menyanyikan lagu "Buruh Tani" (versi aslinya berjudul "Pembebasan"), yang diciptakan Safi'i Kemamang dan dipopulerkan oleh band punk Marjinal. Lagu itu turut membakar semangat ribuan peserta demo.

Tidak hanya buruh, lagu "Pembebasan" juga bergema saat dilantangkan kembali oleh para mahasiswa yang menentang disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja oleh Pemerintahan Jokowi dan DPR pada 7 Oktober 2020 lalu.

Secara sekilas, lirik lagu itu membicarakan tentang segenap harapan buruh, petani, mahasiswa serta kaum miskin kota yang menginginkan adanya sistem demokrasi di Indonesia. Di mana mereka bisa bebas menyampaikan gagasan dan kritik tanpa adanya intimidasi, bahkan penangkapan.

Kala itu, tepat di saat lagu ini dibuat pada pertengahan 1990-an, Indonesia memang masih tabu terhadap kebebasan berekpresi, bahkan berada dalam masa-masa gelap "pembungkaman" atas ketidakadilan yang dilakukan Orde Baru.

Soeharto, sebagaimana ikon serta pemimpin rezim Orde Baru, memang telah lengser sekitar 22 tahun lalu. Tapi, dengan bergemanya kembali lagu "Pembebasan", ditambah sikap mahasiswa dan berbagai kalangan masyarakat yang memilih turun ke jalan untuk menolak disahkannya Omnibus Law UU Cipta Kerja pada 5 Oktober 2020 lalu, menandakan sebuah sinyal bahwa keadaan memang sedang tidak baik-baik saja.

"Pembebasan" adalah lagu protes yang secara organik lahir dari sistem ketidakadilan penguasa. Sebagaimana diutarakan oleh Jamie Atkins, penulis musik yang berbasis di London mengatakan, lagu-lagu protes terbaik tidak hanya berbicara tentang masalah di zaman mereka, tetapi melampaui apa yang terjadi di eranya, bahkan menjadi ekspresi politik yang abadi. Itulah alasan mengapa lagu protes selalu bergema dari zaman ke zaman, meski sudah dibikin beberapa dekade sebelumnya.

Dalam sejarahnya, lagu "Pembebasan" memang benar-benar lahir dari sebuah kejadian yang dialami sendiri oleh penciptanya. Tak heran jika lagu ini tidak lekang oleh zaman. Dan suaranya terus bergerak sampai jauh, bahkan mampu ditangkap oleh generasi-generasi yang jauh setelahnya.

Ia tidak hanya berfungsi sebagai penggerak dasar nurani untuk melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan, tetapi juga sebagai potret zaman. Pendengar seolah diajak ke zaman pergolakan di mana bangsa ini pernah menjadi saksi bahwa demokrasi tidak hanya diperoleh atas kebaikan orang lain, melainkan harus direbut kembali oleh rakyat.

Infografik Lagu Pembebasan

Infografik Lagu Pembebasan. tirto.id/Fuadi

Bagaimana Sejarah Lagu "Pembebasan"?

Tari Adinda, dalam tulisannya yang dimuat Berdikari Online tahun 2017, menyatakan, lagu itu sebenarnya bukan berjudul "Buruh Tani", tetapi "Pembebasan". Lagu ini aslinya diciptakan oleh Safi'i Kemamang, yang dibuat saat ia bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) di wilayah Jawa Timur, tetapi masih bergerak secara bawah tanah.

Saat rezim Orde Baru tengah ganas-ganasnya, Safi'i dan kawan-kawannya menyadari bahwa perjuangan mereka butuh penyemangat. Sebab, menurut dia, perjuangan politik tanpa musik akan terasa sangat kering.

Selain itu, Safi'i pun sadar bahwa perlu ada persatuan antara buruh, tani, mahasiswa dan kaum miskin perkotaan dalam melawan Orde Baru. Sebab, kaum inilah yang paling merasakan dan menjadi korban dari segala kebijakan.

Untuk itu, ia berpikir, salah satu instrumen untuk menjaga garis penghubung semangat perlawan mereka adalah syair dan musik. Singkat cerita, terciptalah lagu "Pembebasan" pada tahun 1996 di Surabaya.

Lirik Lagu Pembebasan

Buruh, tani, mahasiswa, kaum miskin kota

Bersatu padu rebut demokrasi

Gegap gempita dalam satu suara

Demi tugas suci yang mulia

Hari-hari esok adalah milik kita

Terbebasnya massa rakyat pekerja

Terciptanya tatanan masyarakat

Demokrasi sepenuhnya

Marilah kawan mari kita kabarkan

Di tangan kita tergenggam arah bangsa

Marilah kawan mari kita nyanyikan

Sebuah lagu tentang pembebasan

Baca juga artikel terkait DEMO TOLAK OMNIBUS LAW atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Musik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Agung DH