tirto.id - Per 8 Januari 2019, dua maskapai penerbangan komersial Indonesia, Lion Air dan Wings Air, resmi menghapus ketentuan bagasi terdaftar gratis. Penumpang hanya diperbolehkan membawa barang maksimal seberat 7 kg ke dalam bagasi kabin, selebihnya akan dikenakan tarif tambahan. Aturan bagasi berbayar semacam ini telah banyak digunakan berbagai maskapai di seluruh dunia.
Sebelumnya, Lion memberlakukan bagasi gratis seberat 20 kg dan Wings Air 10 kg. Kini, penumpang hanya diperkenankan membawa barang maksimum dimensi 40x30x20 cm dan satu barang pribadi seperti tas laptop, tas jinjing, atau binokular. Penumpang dapat membeli voucer bagasi tambahan melalui agen perjalanan, laman, dan kantor penjualan tiket Lion Air Group, atau menghitung kelebihan bagasi sesuai tarif yang berlaku saat itu.
Kompas menyebut penumpang harus mengeluarkan biaya tambahan Rp155 ribu untuk bagasi sebesar 5 kg, Rp310 ribu untuk 10 kg bagasi, Rp465 ribu untuk 15 kg, Rp620 ribu untuk 20 kg, Rp755 ribu untuk 25 kg, dan Rp930 ribu untuk 30 kg bagasi. Artinya, dengan asumsi bagasi gratis sebelumnya, Lion Group bisa mendapatkan keuntungan tambahan seharga satu tiket perjalanan, bahkan lebih.
Meski banyak penumpang yang memprotes, tetapi kebijakan ini tertuang dalam Pasal 22 Peraturan Menteri No 108 Tahun 2015. Ketentuan itu menyebut pelayanan penerbangan full service dapat menyediakan bagasi gratis maksimum 20 kg. Pada kelompok mediumservice maksimum sebesar 15 kg, sementara pada jenis penerbangan low-cost carrier (LCC) tak perlu menggratiskan kabin terdaftar.
Maskapai di Amerika Serikat telah menerapkan aturan serupa sejak tahun 2005. Penumpang hanya diperkenankan membawa satu tas. Itu pun tak boleh melebihi ukuran ruang di bawah tempat duduk. Mereka akan dikenakan biaya tambahan berkisar $25-30 atas kelebihan kabin. Aturan tersebut berhasil memangkas berbagai biaya operasional maskapai dan membawa keuntungan tambahan atas penjualan kargo.
“Kargo dijual dengan harga lebih tinggi dibanding bagasi terdaftar, potensi pendapatannya sangat signifikan,” ungkap Ulrich Ogiermann, ketua Asosiasi Kargo Udara Internasional kepada New York Times (NYT).
Apakah Harga yang Dibayar?
Bagasi penumpang berpengaruh pada tekanan pesawat, sementara tekanan pesawat berbanding lurus dengan biaya operasional. Semakin sedikit tekanannya, biaya perawatan yang dikeluarkan maskapai juga semakin murah.
Analisis dari Detroit Free Press seperti diwartakan Time, menyebut maskapai harus mengeluarkan biaya $2 untuk rata-rata harga bahan bakar per koper. Biaya tersebut belum termasuk gaji pekerja bagasi yang memeriksa dan memindahkan barang bawaan penumpang.
Aturan bagasi berbayar akan mendorong penumpang membawa tas lebih sedikit. Artinya, maskapai bisa menghemat bahan bakar, meminimalkan risiko kehilangan barang, serta memangkas jumlah pekerja atau risiko terkait cuti dan kompensasi kesehatan karena beban membawa bagasi penumpang.
Survei yang dilakukan Association of Flight Attendants seperti dilaporkan NYT menyatakan 80 persen pramugari terkena tarikan otot dan keseleo, sementara 30 persen dari mereka pernah tertimpa tas saat menata bagasi kabin.
“Biaya bagasi dan biaya kursi khusus merupakan salah satu cara maskapai menutup biaya operasional yang tinggi,” ringkas Time.
Keuntungan Penumpang
Meski menjengkelkan, secara tak langsung aturan bagasi berbayar membikin penumpang semakin efisien. Penumpang dipaksa berkemas secara ringkas, hanya memilih barang-barang penting, dan tak perlu menyeret koper yang berat sepanjang perjalanan. Di Amerika Serikat, penumpang bahkan diganjar dengan harga tiket pesawat yang lebih murah.
“Kompensasinya mencapai 12 persen sehingga tingkat kepuasan justru naik signifikan,” ungkap survei J.D. Power and Associates, dilansir Time.
Sebuah perusahaan teknologi informasi penerbangan di Geneva, SITA mempelajari tren bagasi penumpang di seluruh dunia. Pada 2010, menurunnya jumlah bagasi penumpang berakibat pada 24 persen penurunan kesalahan penanganan tas di seluruh dunia, termasuk tas yang rusak dan hilang. Kondisi tersebut, dilaporkan NYT, efisiensi sebesar $94 juta pada industri penerbangan Amerika.
Joseph Pascarella, seorang pekerja penangan bagasi di Tampa, Florida kepada NYT menyebut sebelum ada aturan bagasi berbayar ia biasa menangani hingga 250 tas dalam sekali penerbangan. Namun, ketika aturan tersebut diberlakukan, penumpang jadi berpikir dua kali untuk mengambil bagasi tambahan. Kini, ia hanya menangani 150-175 tas sekali jalan.
Pengurangan massa bagasi juga membantu memangkas waktu naik dan turun, karena seringkali penumpang harus menunggu barang-barang selesai dipindah dan disusun dalam ruang terbatas bagasi. Dengan membawa lebih sedikit tentengan, penumpang telah berkontribusi mencegah kepadatan bagasi berlebihan dan meningkatkan keamanan penerbangan.
Editor: Maulida Sri Handayani