Menuju konten utama

Wapres Sebut Indonesia Punya Sumber Daya yang Dibutuhkan Cina

Wapres Sebut Indonesia Punya Sumber Daya yang Dibutuhkan Cina

tirto.id -

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan Indonesia memiliki dua sumber daya yang dibutuhkan oleh negara industri seperti Cina, potensi pasar dan sumber daya yang besar. Hal tersebut disampaikan usai melakukan pertemuan dengan investor Cina di Kota Sanya, Provinsi Hainan, China, Rabu, (23/3/2016).

"Semua negara industri, khususnya China, butuh pasar yang lebih luas dan basis produksi lebih murah dibandingkan negara asalnya, serta pula memerlukan sumber daya besar. Kita, Indonesia, punya keduanya itu," kata Wapres Kalla.

Indonesia memiliki pasar yang luas dan pintu masuk bagi Cina untuk mengembangkan investasinya ke negara-negara ASEAN.

"Selain pasar yang luas, masuknya industri ke Indonesia menjadi lebih efisien karena banyaknya sumber daya khususnya tenaga kerja," tambah Kalla.

Ia menjelaskan, yang diperlukan Indonesia saat ini adalah membuat peraturan secara efisien untuk mempermudah investasi asing beroperasi di Indonesia.

Untuk mengalirkan investasi asing yang lebih besar ke Indonesia, Kalla mengatakan Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan mempersingkat proses layanan izin menjadi hitungan jam.

"Karena itulah nanti di BKPM pengurusan izin awal bisa tiga jam, lalu pelaksanaan umumnya di daerah. Pemerintah memastikan bahwa peraturan itu bisa dibuat lebih sederhana dan bisa berjalan," katanya.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan investor dari China seringkali mendapatkan mitra kerja yang salah di Indonesia, sehingga rencana pembangunan tersebut menjadi terhambat. Oleh karena itu, Franky menjelaskan kepada para investor China bahwa BPKM akan memberikan informasi mengenai investasi di Indonesia.

"BKPM menyiapkan 'China Desk' dengan dua sampai tiga orang yang mampu berbahasa Mandarin, sehingga dapat mengkomunikasikan informasi kepada investor China," ujar Franky. (ANT)

Baca juga artikel terkait BKPM atau tulisan lainnya

Reporter: Yantina Debora