Menuju konten utama

Libra, Uang Kripto Facebook yang Mengkhianati Fondasinya

Legislatif AS berencana menghalau Libra, uang Kripto bikinan Facebook.

Libra, Uang Kripto Facebook yang Mengkhianati Fondasinya
Facebook dan Bitcoin. FOTO/iStockphoto

tirto.id - “Saya bukan penggemar Bitcoin atau uang kripto lainnya,” kata Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui akun Twitternya.

Masih dalam kicauannya, Trump mengatakan Bitcoin dan uang kripto lainnya “bukan uang, dan nilai (Bitcoin) sangat mudah menguap karena didasarkan pada (kepercayaan) yang setipis udara.”

Presiden dari Partai Republikan ini mengkhawatirkan jika uang kripto “dapat dimanfaatkan untuk (mempermudah) transaksi kejahatan, seperti perdagangan narkoba hingga aktivitas ilegal lainnya.”

Kicauan Trump muncul bukan hanya karena nilai Bitcoin yang begitu fluktuatif atau kepopulerannya di dunia kriminal. Trump sedang menyasar Facebook yang tak lama lagi akan meluncurkan uang kripto bernama Libra.

“Jika Facebook dan perusahaan (teknologi) lain ingin menjadi bank, mereka harus mencari Piagam Perbankan (banking charter) baru dan wajib tunduk pada semua peraturan perbankan seperti bank-bank konvensional lainnya," cuitnya.

Bukan cuma Trump yang menyerang Facebook, tapi juga lembaga legislatif House of Representatives. Rencananya, dalam kongres ke-116 yang diadakan Juli ini, House of Representatives akan mengadakan diskusi rancangan undang-undang bertajuk "Menghalau Perusahaan Teknologi Besar (Big Tech) dari Institusi Keuangan".

Dalam RUU yang bocor ke publik itu termuat kalimat yang menegaskan bahwa pemerintah “harus melarang perusahaan teknologi besar menjadi lembaga keuangan atau berafiliasi dengan sosok dari institusi keuangan untuk tujuan lain.”

Secara lebih terperinci, RUU yang akan didiskusikan tersebut menyatakan bahwa utilitas platform besar tidak boleh membangun, memelihara, atau mengoperasikan aset digital yang dimaksudkan untuk digunakan secara luas sebagai media pertukaran, unit akun, penyimpan nilai, atau fungsi serupa lainnya, seperti yang didefinisikan oleh Dewan Gubernur Federal Reserve System.

Jika melanggar, mereka terancam denda “tak lebih dari $1.000.000 per hari.”

Kekhawatiran Trump dan wakil rakyat AS beralasan. Elizabeth Lopatto, dalam tulisannya yang dimuat di The Verge, menuturkan alasan itu. Pertama, orang-orang khawatir pada Libra karena ia lahir dari Facebook, sebuah perusahaan yang “telah kehilangan kepercayaan [publik]” karena telah berkali-kali melakukan pelanggaran privasi.

Terakhir, kesangsian publik pada Libra muncul karena mata uang kripto ini tidak menjalankan satu bagian fundamental uang kripto berbasis blockchain: desentralisasi.

Uang Kripto: Uang Komunitas

Dalam bertransaksi, ada perbedaan fundamental antara bertransaksi secara fisik dan digital. Katakanlah, Anda memiliki lima buah permen dan memberikan dua di antaranya ke orang lain. Dalam genggaman Anda, tersisa tiga buah permen.

Transaksi seperti itu tak berlaku di dunia digital. Ketika Anda memiliki lima lagu berformat MP3 dan kemudian memberikan tiga lagu di antaranya ke kawan Anda—baik melalui surel, bluetooth, atau kabel—lima lagu Anda tak berkurang.

Karena itulah buku besar, alias catatan yang menuliskan secara rinci tiap transaksi yang terjadi, sangat penting keberadaannya.

Sayangnya, pada sistem keuangan konvensional, buku besar hanya dipegang oleh institusi keuangan. Pemerintah, melalui bank sentral, menjadi penjaganya.

Dalam model transaksi berbasis dolar, misalnya, pemerintah dan institusi keuangan yang menjaga sistem transaksi sering mengecewakan masyarakat. Dan Bitcoin, sebagaimana dijelaskan penemunya (PDF) lahir dari kekecewaan tersebut, tepatnya selepas badai krisis ekonomi global pada 2008 lalu.

Kala itu, BNP Paribas menyatakan ketidaksanggupan untuk mencairkan sekuritas subprime mortgage asal AS. Subprime mortgage merupakan istilah bagi kredit perumahan yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki rekam jejak kredit yang buruk atau belum pernah memiliki kredit. Kredit ini dianggap berisiko. Ada sangat banyak dana yang terkuras untuk kredit ini. Pada 2002, penyaluran subprime mortgage di AS mencapai $200 miliar, lalu meningkat hingga $500 miliar pada 2005.

Kredit macet di AS tersebut mengawali krisis keuangan global. Pasalnya, AS adalah negeri pemilik dan pengatur dolar. Ketika sistem keuangan AS kacau, negeri-negeri yang berhubungan dagang via dolar ikut terkena imbas. Krisis di AS telah menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi dari 2,7 persen pada 2007 ke satu persen setahun kemudian.

Bitcoin ingin menghindari mimpi buruk itu. Selain mengkonversi tiap transaksi ke dalam bentuk kriptografi, pendiri Bitcoin Satoshi Nakamoto (yang hingga kini masih misterius) juga menciptakan blockchain untuk mendesentralisasikan buku besar transaksi Bitcoin pada 10 ribu node, komputer atau server yang ikut serta melakukan pencatatan buku besar Bitcoin.

Dalam sistem Bitcoin yang terdesentralisasi, semua orang dapat ikut serta menjadi node. Syaratnya, Anda harus menyumbangkan komputer atau server yang memiliki media penyimpanan tak kurang dari 200 gigabyte dan terhubung ke internet secara terus-menerus.

Libra yang digagas Facebook tak melakukan hal ini.

Alih-alih mendayagunakan 1,5 miliar pengguna aktif harian Facebook yang mau menyumbangkan komputernya untuk menjadi node, Libra hanya mendistribusikan buku besar pada para anggota konsorsium Libra, Calibra. Beberapa anggota konsorsium itu adalah Mastercard, Visa, PayPal, eBay, Uber, hingga Spotify.

Sederhananya, node hanya akan berasal dari perusahaan-perusahaan terkait. Pada dasarnya hal ini nampak tidak berbeda dengan sistem keuangan konvensional.

Dalam catatannya di Facebook yang disukai Mark Zuckerberg, pimpinan Calibra David Marcus mengatakan bahwa Libra adalah bagian dari mata uang kripto berbasis blockchain. Namun, ia mengakui bahwa “Libra tak seterbuka ... Bitcoin, yang memungkinkan tiap orang berpartisipasi dalam konsensus yang disokong algoritma.”

“Libra, tentu saja, dirancang untuk terbuka. Yang saya maksud, dengan memanfaatkan Libra, tiap orang dapat menciptakan layanan digital seperti dompet digital atau sistem pembayaran transaksi,” tulis Marcus dalam akun Facebook-nya.

Dengan perbedaan kerja antara Libra dan uang kripto lain, Libra nampaknya bukan mata uang yang diberdayakan oleh komunitas alih-alih oleh kartel teknologi yang digawangi Facebook.

Baca juga artikel terkait MATA UANG KRIPTO atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Windu Jusuf