tirto.id - Suzuki Jimny generasi keempat akhirnya resmi dijual di Indonesia pada Juli 2019. Seketika model ini langsung mendapat sambutan luar biasa dari konsumen. Inden jadi hal wajib buat Anda yang ingin meminangnya.
Jimny terbaru membawa ciri khas yang sudah tertanam pada generasi pertama, yaitu model SJ10 alias Jimny Jangkrik. Paling kentara desain lampu depan bulat, bodi kotak, ukuran kompak, yang fungsional untuk menunjang performa off-road.
Chief Engineer Jimny dari Suzuki Motor Corporation, Hiroyuki Yonezawa menjelaskan konsep Jimny generasi keempat. Katanya secara keseluruhan rancangan model ini dibuat untuk memberikan pengalaman mengemudi yang andal di berbagai medan, baik untuk pengguna sehari-hari sampai pengendara off-road profesional.
“Jimny terbaru hadir dengan desain lebih eksklusif, tapi tetap membawa gaya khas yang dicintai oleh para penggemar Jimny lintas generasi,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Jimny terbaru memang telah mengusung mesin baru dan fitur-fitur terkini khas SUV modern. Namun, Yonezawa menegaskan, ciri khas Jimny lawas tetap dipertahankan, misalnya dengan sasis ladder frame, sistem 4WD dengan gigi rendah, serta rigid axle 3-link suspension yang diwariskan dari generasi sebelumnya.
Meski diklaim masih punya karakter yang sama, lupakan bantingan keras khas Jimny atau Katana yang menggunakan per daun di keempat roda, atau mesin 1.000 cc yang terasa kurang bertenaga. Menurut Yonezawa, Jimny terbaru ini telah dikembangkan menjadi lebih baik lagi dari segi performa, kenyamanan, dan keamanan saat dipakai berkendara.
Langsung Banyak Peminat
Gelagat konsumen yang sudah tak sabar membeli Jimny sudah tercium dari ajang GIIAS 2018. Padahal, ketika itu Suzuki baru sekadar memamerkan dan ingin melihat seperti apa tanggapan pengunjung pada pameran di ICE BSD City, Tangerang, Banten itu.
Namun, orang-orang yang datang rupanya sangat antusias dan penasaran dengan rupa terbaru Jimny. Maklum saja, secara global ia juga baru diluncurkan tahun 2018. Alhasil booth Suzuki waktu itu hampir penuh setiap hari, terutama karena pengunjung yang memadati Jimny model terbaru (JB74).
Suzuki Jimny memang fenomenal. Jika ditarik lagi ke belakang, sambutan antusias juga dirasakan model sebelumnya (JB43) yang hanya dijual sekitar 88 unit. Model yang juga disebut Jimny Wide ini langsung ludes terjual, bahkan harga bekasnya saat ini tak jarang lebih tinggi dari harga barunya.
Dalam presentasi saat peluncuran resmi Jimny (18/7), Suzuki mengatakan terakhir menjual model Katana tahun 2005. Suzuki kemudian vakum menjual model ini, hingga melepas Jimny Wide pada 2017. Pabrikan asal Jepang seperti menjawab kerinduan pecinta Jimny di Indonesia, terutama yang kangen berat dan ingin bernostalgia dengan mobil pertama yang sudah ada sejak 1979 atau 40 tahun yang lalu.
Jimny memang sudah mendapat tempat di hati konsumennya. Permintaan Jimny membludak tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain yang menjual jip Suzuki ini.
Donny Ismi Saputra, Direktur Marketing PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), mengatakan jika konsumen di seluruh dunia juga tengah berjibaku untuk mendapatkan Jimny. “Permintaan pasar dunia terhadap Suzuki Jimny sangat besar, hingga pabrik di Jepang kewalahan,” ujarnya di ajang GIIAS 2019.
Untuk diketahui, saat ini inden Suzuki Jimny sudah mencapai Juni 2020 atau tahun depan. Artinya, calon konsumen Jimny sudah harus siap gigit jari jika mobil yang diimpikan tak kunjung datang. Sebab, Dony berujar ,kuota Jimny dibatasi hanya 40 sampai 50 unit per bulan.
“Dengan jumlah tersebut, itu saja kami harus rebutan dengan negara lain. Jadi kuotanya kami bagi proporsional untuk masing-masing dealer,” tambah Donny.
Meski kuota dibatasi, Suzuki memastikan Jimny akan dijual terus di Indonesia. Artinya model ini tidak akan hadir terbatas, seperti halnya Jimny Wide pada 2017. “Yang penting kami mendapat kuota per bulan 50 unit. Jadi kami bisa menjual kontinu tidak seperti dua tahun lalu yang bersifat eksklusif,” kata Makmur, Direktur Pemasaran PT SIS, dalam kesempatan yang sama.
Peluang Dirakit Secara Lokal
Dengan harga jual Rp315,5 juta hingga Rp330 juta on the road Jakarta, dan permintaan yang cukup banyak seperti saat ini, Suzuki Jimny berpeluang menjadi volume maker baru. Apalagi jika harga jual bisa lebih ditekan, bukan tak mungkin bisa menyamai penjualan Suzuki Ertiga yang bermain di kelas Low MPV.
Namun ada syarat yang harus dilakukan, yakni dengan merakit lokal Jimny agar harga jualnya tak kena pajak impor maupun biaya kirim dari Jepang. Hal ini bisa dilakukan asalkan skala produksinya terpenuhi. Sebab memutuskan sebuah produk untuk dibuat di dalam negeri memang tak bisa main-main, butuh riset mendalam dan tentunya keyakinan agar bisa sukses di pasaran.
Seusai peluncuran Jimny, Soebronto Laras Presiden Komisaris Indomobil berbicara soal peluang mobil tersebut untuk diproduksi di dalam negeri. Menurut pria yang biasa disapa Broto ini, ada kemungkinan jika model 4x2 akan dipilih sebagai Jimny rakitan lokal.
Seperti diketahui, Suzuki Katana yang identik dengan model tersebut pernah menjadi produk yang sukses. Kombinasi mesin yang bandel dan irit BBM, serta mobil yang fungsional, membuat Katana dengan mudah mendapat tempat di masyarakat Indonesia.
Apalagi basis mesin 1.000 cc yang digunakan, sama dengan yang dipakai oleh Carry ataupun Karimun. Kedua model yang sama-sama menjadi volume maker Suzuki itu membuat onderdil ketiganya bisa saling subtitusi. Melimpahnya suku cadang bagi Katana secara otomatis menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumennya.
Hal serupa seperti ingin diulang kembali oleh Suzuki hari ini. Sebab kini Jimny, New Ertiga, dan New Carry sama-sama mengusung mesin K15 1.500 cc yang satu basis. Meski dengan sedikit perbedaan pada karakter mesin, dari segi komponen disebut bisa saling tukar menukar.
Broto pun mengatakan, Suzuki Indonesia sebetulnya telah siap memproduksi Jimny generasi keempat secara lokal. Terutama karena dua pabrik perakitan di Tambun yang berkapasitas 120 ribu unit dan di Bekasi sebanyak 140 ribu unit per tahun dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas produksi.
Walau demikian lagi-lagi ia mengatakan memproduksi mobil secara lokal butuh banyak pertimbangan. Apalagi jika permintaan per bulan masih di bawah 3.000 unit [bila berpatok pada Ertiga], akan sulit mencapat nilai ekonomis.
Larisnya Jimny saat ini dikhawatirkan masih dalam tahap sindrom mobil baru yang biasa terjadi saat awal kemunculan. Bisa jadi konsumen Jimny saat ini cuma orang-orang yang ingin bernostalgia dengan mobil pertamanya. Hal ini juga yang ingin masih dilihat perkembangannya oleh Suzuki.
Oleh karena itu jumlah permintaan Jimny paling tidak harus stabil sampai setahun ke depan agar keyakinan dapat terbentuk. “Kalau kita bikin cuma 500 unit [per bulan] atau 1.000 unit [per bulan] ini rasanya tidak ekonomis buat kami. Ya, kalau bicara 1.000 unit mungkin masih bisa sanggup kita, artinya kan 12.000 per tahun. Itu kita akan sanggupi,” ucap Broto di GIIAS 2019.
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti