tirto.id - Penelitian kesehatan terbaru menunjukkan bahwa racun maskulinitas tidak hanya buruk bagi perempuan tapi juga laki-laki.
Laki-laki yang melihat dirinya memiliki kedudukan di atas perempuan lebih berkemungkinan terkena masalah psikologis dibandingkan mereka yang tidak terlalu mementingkan norma gender. Mereka juga dianggap lebih sulit untuk mencari bantuan, menurut studi terbaru dari Asosiasi Psikologi Amerika (APA).
Meta-analisa berskala besar yang dipublikasikan pada Senin dalam Jurnal Konseling Psikologi, meneliti kesesuaian norma maskulin dengan hasil kesehatan mental dalam 78 sampel penelitian yang melibatkan hampir 20.000 laki-laki. Para peserta didominasi laki-laki kulit putih, dengan beberapa orang Afrika-Amerika dan Asia-Amerika.
Para peneliti mengevaluasi peserta menggunakan pengukuran 11 norma yang dipercaya psikolog dapat mencerminkan harapan masyarakat terhadap maskulinitas. Kemudian hasilnya mereka hubungkan dengan kesehatan mental positif, negatif, dan perilaku dalam mencari bantuan.
Dua dari sebelas norma tersebut, yaitu kekuasaan terhadap perempuan, dan perilaku seksual, paling diasosiakan kepada perilaku seksis.
Secara keseluruhan, laki-laki yang setuju terhadap norma maskulin cenderung memiliki kesehatan mental yang buruk, seperti stress, depresi, cemas, isu kekerasan dan citra tubuh negatif.
“Temuan kami tentang hubungan yang tidak menguntungkan antara konformitas norma maskulin dan kekuasaan atas perempuan sungguh mencengangkan. Seksisme merupakan ketidakadilan sosial yang dapat merugikan semua orang, termasuk pelaku kejahatan seksisme itu sendiri,” ujar pemimpin studi psikolog Universitas Bloomington, Dr. Y. Joel Wong seperti dikutip dari The Huffington Post, Kamis (24/11/2016).
Lebih parahnya, Joel Wong menegaskan bahwa laki-laki yang menyetujui norma seksis juga cenderung untuk tidak mencari bantuan tentang masalah psikologisnya.
Meski begitu, tidak semua ciri maskulin beresiko pada kesehatan mental. Norma keutamaan kerja misalnya, tidak dihubungkan dengan kesehatan mental positif atau negatif. Sedangkan perilaku mengambil resiko dikorelasikan kepada keduanya.
Kesebelas norma tersebut, antara lain: keinginan untuk menang, kebutuhan untuk kontrol emosi, pengambilan resiko, kekerasan, kekuasaan, perilaku seksual, kemandirian, keutamaan kerja, kekuasaan terhadap perempuan, penghinaan terhadap homoseksual, dan pencarian status.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh