Menuju konten utama

Lahan Terbakar 64 Hektar di Aceh Masih Berusaha Dipadamkan

Kebakaran hutan dan lahan seluas 64 hektar terjadi di Kabupaten Aceh Besar menimbulkan asap dan mengganggu kesehatan masyarakat.

Lahan Terbakar 64 Hektar di Aceh Masih Berusaha Dipadamkan
Helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana jenis Sikorsky berusaha memadamkan api dalam simulasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan wilayah Provinsi Riau, Riau, Jumat (21/7). ANTARA FOTO/Rony Muharrman

tirto.id - Kebakaran hutan dan lahan seluas 64 hektar terjadi di Kabupaten Aceh Besar menimbulkan asap dan mengganggu kesehatan masyarakat. Hal itu dikatakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui rilis, Selasa (25/7/2017).

“Cuaca kering yang melanda wilayah Aceh telah menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Lahan seluas 64 hektar di Kabupaten Aceh Besar terbakar menimbulkan asap dan mengganggu kesehatan masyarakat,” jelas Sutopo dalam rilisnya.

Tiga warga di Kabupaten Aceh Barat terpaksa harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Minggu (23/7/17) malam karena mengalami gangguan pernafasan. Sejumlah penyakit termasuk gangguan pernafasan tersebut akibat kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran lahan yang tersebar di lima Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat.

Sutopo menjelaskan kebakaran lahan melanda lima kecamatan di Aceh Besar yaitu di Kecamatan Woyla lahan seluas sekitar 5 ha terbakar di Desa Darul Huda dan Desa Gle Siblah, di Kecamatan Meureubo seluas sekitar 15 ha di Desa Peunanga Cut Ujong, Kecamatan Sama Tiga seluas sekitar 10 hektar di Desa Cot Simeureng dan Desa Suak Pante Breh, Kecamatan Johan Pahlawan seluas sekitar 19 ha di Desa Suak Raya, Desa Suak Nie, Desa Leuhan dan Desa Gampa, kemudian di Kecamatan Arongan Lambalek lahan terbakar seluas 15 Ha di Desa Seuneubok Teungoh.

“Kebakaran lahan disebabkan masyarakat membersihkan lahan dengan cara membakar, sehingga api menyebar ke lahan lain,” kata Sutopo.

Kebakaran terjadi sejak Selasa (18/7/2017) dan sampai saat ini di beberapa titik masih terbakar pada lahan gambut dan lahan mineral.

"Upaya pemadaman terus dilakukan oleh BPBD Aceh Barat, BPBA, TNI, Polri, Basarnas, RAPI, Damkar, relawan dan masyarakat. Mobil pemadam kebakaran, tangki air, mobil water canon Polres Aceh Besar, pompa air dikerahkan untuk memadamkan api. BPBD telah membagikan masker dan makanan siap saji kepada masyarakat," jelas Sutopo.

Kendala pemadaman kebakaran adalah tidak adanya akses jalan ke lokasi kebakaran, terbatasnya fasilitas mobil pemadam kebakaran dan mobil tangki air, terbatasnya sumber air dari lokasi kebakaran, dan terbatasnya peralatan. Penanganan dilakukan secara manual.

Sementara itu, pantauan satelit Aqua, Terra, dan SNNP dari LAPAN menunjukkan adanya 170 titik panas (hotpsot) untuk kategori sedang (dengan tingkat kepercayaan 30-79%) dan tinggi (tingkat kepercayaan lebih 80%) di wilayah Indonesia pada Senin (24/7/2017) malam.

Terdeteksi 35 hotspot di Aceh yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Besar, dan Gayo Lues.

Ancaman kebakaran hutan dan lahan akan terus meningkat seiring dengan normalnya musim kemarau. Puncak musim kemarau diprediksikan pada Agustus dan September sehingga ancaman kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan akan meningkat. Pemerintah dan Pemda terus meningkatkan sosialisasi, patroli dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan pemadaman kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri