tirto.id - Menyusul penangkapan 14 terduga teroris sejak dua pekan lalu, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri kembali melakukan penggerebekan terduga teroris di Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, pada Rabu (21/12/2016). Dari penggerebekan itu polisi menemukan sebuah bom aktif.
Hingga saat ini, aparat kepolisian masih mengamankan lokasi penggerebekan, dan warga tidak bisa mendekati tempat kejadian.
"Dalam penanganan Densus 88," kata Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan, AKBP Ayi Supardan kepada Antara.
Polisi belum menyampaikan keterangan resmi mengenai penggerebekan dan penemuan bom itu, masih memeriksa sebuah rumah tempat tinggal terduga teroris.
Sejauh ini Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri mengaku sudah menangkap 14 orang terduga teroris. Keempat belas orang tersebut disinyalir satu jaringan dengan kelompok MNS yang bersumpah setia kepada ISIS melalui Bahrun Naim--petempur ISIS asal Indonesia.
"Ada 14 orang yang diamankan, mereka teridentifikasi satu jaringan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jakarta, Senin (19/12).
Pada Sabtu (10/12), polisi menangkap terduga teroris MNS dan AS di jalan layang Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat, serta DYN di sebuah rumah kontrakan di Jalan Bintara Jaya 8 Bekasi.
MNS (26) berperan sebagai pemimpin jaringan, perekrut DYN, AS, Sy, dan KF serta menerima transfer dana dari petempur ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim.
AS (36) menyewa mobil untuk mengantar bom ke Bekasi dan bersama MNS menerima bom dari Sy di Karanganyar dan mengantarkannya ke Bekasi.
DYN (27) adalah ibu rumah tangga yang diproyeksikan menjadi calon "pengantin" aksi bom bunuh diri.
Polisi menangkap Sy (40) di daerah Sabrang Kulon Matesih, Kabupaten Karanganyar, Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/12) malam.
Petani itu menyediakan rumahnya sebagai tempat merakit bom, lalu mengantar bom yang dibuat di rumahnya ke pom bensin dekat waduk di Karanganyar untuk diserahkan ke MNS dan AS.
Pada Minggu (11/12), polisi menangkap tiga orang lagi yang diduga merupakan bagian dari jaringan MNS. Polisi menangkap KF (22) di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur; APM (25) di Solo, Jawa Tengah, dan WP (24) di Klaten, Jawa Tengah.
KF adalah mahasiswa yang membuat peledak TATP di rumahnya di Ngawi berdasarkan panduan dari Bahrun Naim lewat Internet dan merakit bom bersama MNS di rumah Sy.
"KF sering berkomunikasi dengan Bahrun Naim," kata Martinus.
Sementara APM (25) adalah ibu rumah tangga yang mengetahui rencana pembuatan bom dan menerima dana untuk membuat bom dan WP (24), yang bekerja sebagai buruh bangunan, menyimpan bahan peledak atas perintah MNS.
Sumber: Antara