tirto.id - Kualitas udara di Ibu Kota DKI Jakarta pada Minggu (4/8/2019) pagi berstatus tidak sehat, demikian sebagaimana dipantau dari situs AirVisual.com, Minggu pagi.
Kualitas udara di wilayah sekitar Rawamangun, Jakarta Timur tercatat paling buruk dengan AQI US 165 dan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 83,2 ug/m3.
Wilayah berikutnya yang mencatatkan kualitas udara terburuk kedua di Jakarta adalah wilayah Pegadungan, Jakarta Barat, dengan catatan angka AQI US sebesar 158 dan konsentrasi PM2.5 68,2 ug/m3.
Selanjutnya, wilayah di Pejaten Barat, Jakarta Selatan yang berada di peringkat ketiga sebagai wilayah dengan kualitas tidak baik di DKI, mencatatkan angka AQI sebesar 155, sementara konsentrasi PM 2,5 di wilayah itu adalah 62,3 ug/m3.
Sedangkan wilayah di Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta Selatan, kualitas udaranya tergolong tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan indeks 144 dan konsentrasi PM2,5 sebesar 53 ug/m3.
Sementara itu, kualitas udara di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, kualitas udara di sana juga tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan indeks AQI US pada angka 129 dan PM2,5 sebesar 47 ug/m3.
Sementara wilayah di sekitar Mangga Dua Selatan mencatatkan angka AQI US 129 dengan konsentrasi PM2,5 46,8 ug/m3.
Sedangkan wilayah Kedutaan AS, Jakarta Pusat juga masih mencatatkan kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif, dengan angka AQI US sebesar 119 dan konsentrasi PM2,5 sebesar 43 ug/m3.
Wilayah di sekitar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)-Gelora Bung Karno (GBK) tercatat memiliki kualitas udara paling baik di antara wilayah lain di Jakarta dengan AQI US 112 dan konsentrasi PM2,5 sebesar 40 ug/m3.
Jakarta tetap menempati posisi kedua sebagai kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia dengan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara di angka 152 atau setara parameter PM2.5 dengan konsentrasi polutan 57.5 µg/m³.
Posisi pertama untuk kualitas udara terburuk di dunia diisi oleh Dubai yang terletak di Uni Emirat Arab dengan indeks kualitas udara 158 dengan status udara tidak sehat setara dengan parameter PM 2.5 69.5 µg/m³.
Kolkata di India dan Lahore di Pakistan secara berturut-turut menempati posisi ketiga dan keempat untuk kualitas udara terburuk di dunia dengan status tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan AQI 149 dan 134.
Terakhir untuk kualitas udara terburuk di dunia pada posisi kelima diisi oleh Astana di Kazakhstan dengan nilai indeks kualitas udara 122 atau setara PM2.5 dengan konsentrasi polutan 41 µg/m³.
AirVisual.com menyarankan bagi masyarakat yang akan melakukan pekerjaan di luar ruangan untuk menggunakan masker atau penutup wajah agar tidak terpapar secara langsung oleh kualitas udara buruk di Ibu Kota.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor dan tidak membuka ventilasi udara secara langsung.
Kualitas udara yang buruk di Ibu Kota menjadi sorotan hingga berujung pada tuntutan oleh 32 orang baik organisasi dan individu kepada tujuh lembaga pemerintah.
Kelompok ini menganggap para tergugat telah abai terhadap hak warga negara untuk menghirup udara yang sehat dan berkualitas baik di Ibu Kota Jakarta.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Maya Saputri