tirto.id - Kongres Sungai Indonesia IV (KSI 4.0) telah berlangsung selama 3 hari di Bumi Perkemahan dan Wisata Cibubur, Jakarta Timur, pada 21-24 Maret 2019.
Sebanyak 1000 peserta secara serius telah bertukar pikiran pengalaman dan menggali ide-ide baru untuk memajukan upaya-upaya perbaikan sungai-sungai di Indonesia agar dapat kembali menjadi pusat peradaban bagi kemajuan manusia.
Dalam pidato penutupan yang disampaikan oleh Kepala BNPB, sekaligus Anggota Dewan Penasehat Kongres Sungai Indonesia, Doni Monardo, ditekankan pentingnya unsur manusia sebagai penentu semua usaha perbaikan sungai.
Cita-cita mewujudkan sungai yang bersih akan dapat terwujud bila ada usaha kuat dalam benak manusia. Kebersihan dan pencemaran sungai dan lingkungan penentunya adalah perilaku manusia.
“Maka wujudkan lah kesadaran manusia tentang pentingnya air dalam kehidupan kita, dan sungai adalah sumber utama ketersediaan air. Tidak ada gunanya konsep yang bagus kalau tidak bisa mengubah sikap manusianya,” kata Doni Monardo dalam rilis yang diterima Tirto, Senin (25/3/2019).
Dia menambahkan, lewat Kongres Sungai Indonesia prinsip gotong royong mengelola sungai dapat diterapkan dengan memberi peran aktif kepada para pihak mulai dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, komunitas dan media.
“Saya bangga karena KSI akan terus berjalan atas prinsip gotong royong,” ujarnya di depan peserta KSI 4.0 yang berkumpul di auditorium Pusat Pendidikan dan Pelatihan BNPB, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sebuah maklumat dan rekomendasi telah dihasilkan selama perhelatan tahunan selama empat hari itu.
Pada intinya, maklumat dan rekomendasi bertujuan untuk meningkatkan peran para pihak dalam upaya mewujudkan prinsip Air Hidupku Sungai Nadiku Maritim budayaku.
Maklumat KSI 4.0 terdiri atas 5 poin yang diawali dengan penegasan bahwa KSI merupakan gerakan masyarakat untuk mewujudkan sungai sebagai pusat peradaban bagi peningkatan kualitas manusia.
“Unsur kepemimpinan menjadi salah satu kunci dalam mewujudkan cita-cita KSI,” ujar Sunaryo, salah seorang anggota Presidium Kongres Sungai Indonesia.
Kepemimpinan yang kuat dibutuhkan untuk menata ulang pola-pola pemanfaatan sungai saat ini yang mengakibatkan ketidakseimbangan.
Ide-ide kreatif yang dihasilkan dalam KSI 4.0 hanya akan tumbuh apabila ada keberanian pemimpin untuk memberi jalan bagi para pegiat sungai.
Beberapa peserta dalam forum-forum KSI 4.0 mengeluhkan sikap lemah pemimpin daerah. Alih-alih memberikan dukungan, para pemimpin itu kerap tidak akomodatif bahkan mengubah pengertian gotong royong yang jadi prinsip dasar.
Syarat adanya kepemimpinan kuat menjadi mutlak karena adanya tugas berat untuk mewujudkan cita-cita KSI yang berporoskan ayat 3 Pasal 33 UUD 1945 di mana bumi air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai negara untuk kemakmuran rakyat.
Editor: Agung DH