Menuju konten utama

Kronologi Penularan Corona Seminari Bethel & Mengapa Jadi Isu SARA

Kasus terkonfirmasi COVID-19 gelombang pertama dan kedua di Seminari Bethel Jakarta belum diketahui riwayat kontaknya.

Kronologi Penularan Corona Seminari Bethel & Mengapa Jadi Isu SARA
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) menyemprotkan cairan disinfektan di asrama Sekolah Tinggi Teknologi Bethel, Jakarta, Jumat (17/4/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pras.

tirto.id - DKI Jakarta menjadi episentrum penyebaran virus SARS-CoV-2 sejak laporan pertama pemerintah Indonesia pada 2 Maret 2020.

Hingga 17 April 2020, ada 2.823 kasus terkonfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta; di antaranya ada 250 kasus meninggal dan 203 sembuh.

Salah satu kelurahan dengan kasus tertinggi adalah Petamburan di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ada 47 kasus terkonfirmasi dengan 1 orang meninggal.

Tingginya kasus terkonfirmasi di kelurahan tersebut tak terlepas dari penularan di Seminari Bethel Jakarta; disebut Kluster Bethel, untuk mengelompokkan persebaran COVID-19. Total ada 42 kasus terkonfirmasi positif dari Kluster Bethel.

Seminari Bethel Jakarta punya tiga unit pendidikan, yakni Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bethel Indonesia, Sekolah Menengah Teologi Kristen, dan Sekolah Penginjil.

Juru bicara Seminari Bethel Jakarta, Yada Putra Gratia mengatakan sebelum ada kasus terkonfirmasi, sejak 11 Maret ada seorang mahasiswa terkena demam.

"Ia sempat dirawat empat hari di RS Mintoharjo. Setelah sembuh, ia diizinkan pulang tanpa ada informasi tambahan apa pun dari rumah sakit. Orangtuanya menjemputnya dari rumah sakit dan membawanya ke rumah," katanya kepada Tirto, Jumat (17/4/2020).

Kejadian sama berulang; 12 Maret, ada 1 mahasiswa pada 12 Maret dengan gejala demam. Hasil tes negatif; 26 Maret, kepala asrama dan ibu asrama menunjukkan gejala sesak napas dan demam. Kini keduanya pada 18 April kondisi kesehatan membaik.

Gelombang pertama COVID-19 di Seminari Bethel Jakarta bermula pada 1 April. Saat itu, ada enam mahasiswa menjalani rapid test dengan hasil negatif di Puskemas Tanah Abang setelah mereka demam. Lima hari kemudian, enam mahasiswa menjalani rapid test kedua, hasilnya positif. Mereka melanjutkan swab test pada 7 April. Hasilnya keluar pada 9 April, keenam mahasiswa terkonfirmasi COVID-19.

Menurut Yada, enam mahasiswa itu tidak terpapar karena mengantarkan kepala asrama ke RSUD Cengkareng. Kondisi kesehatan keenam mahasiswa pada 18 April dilaporkan telah membaik.

Gelombang kedua terjadi tanpa diketahui pasti riwayat kontaknya seperti halnya kasus gelombang pertama.

Ada 134 mahasiswa dan staf yang menjalani tes cepat dan swab test pada 12 April. Empat hari kemudian, hasil swab test menunjukkan ada 36 orang terkonfirmasi positif. Pada hari yang sama, ke-36 orang itu dirujuk ke RSD Wisma Atlet untuk isolasi.

Pada dua gelombang, total 42 kasus terkonfirmasi di Kluster Bethel; menjadikan salah satu kluster COVID-19 terbesar di DKI Jakarta.

Seminari Jalankan Protokol Kesehatan

Setelah muncul Kluster Bethel, Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Pusat mulai menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh asrama, Jumat kemarin. Legislator daerah dan nasional menyuarakan agar ada penghuni dievakuasi dari asrama dan perlunya pelacakan riwayat kontak untuk mencegah penularan, seperti dikutip dari Antara.

Menurut Yada, saat ini total ada 98 orang terdiri dari mahasiswa dan staf seminari menjalankan isolasi mandiri di asrama. Mereka sebelumnya punya riwayat tinggal di lingkungan asrama selama 14 hari terakhir.

Mereka diharuskan mengikuti protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan diri. Mereka inilah yang rencananya menjalani tes COVID-19 pada Sabtu hari ini.

Tenaga kesehatan dari Puskesmas Tanah Abang, kata Yada, telah mengetes 98 orang itu dengan metode rapid test, hasilnya negatif. Pada Jumat, 17 April sore, mereka juga menjalani swab test. Kata Yuda, hingga 18 April, hasil tes belum keluar.

“Dari awal ketika mulai ada kebijakan dari pemerintah, kami langsung mematuhi dengan tidak melakukan kegiatan apa pun di Seminari Bethel Jakarta. Semua dosen bekerja dari rumah. Kuliah dilakukan secara daring [sejak 16 Maret], melakukan perilaku hidup bersih sehat, dan protokol penanganan kesehatan COVID-19,” kata Yada.

Muncul Ujaran Kebencian

Di tengah upaya pemeriksaan COVID-19, Yada dikejutkan oleh munculnya ujaran kebencian dan kabar bohong di medium pesan singkat yang menyerang Seminari Bethel Jakarta.

Di antara ujaran kebencian itu berisi pesan: ada mahasiswa positif yang melarikan diri dari asrama; ada mahasiswa positif yang meninggal; mahasiswa mencoba bunuh diri karena corona; dan isu sensitif berisi provokasi pembakaran gereja dan asrama mahasiswa dengan tuduhan seminari telah menjadikan Petamburan sebagai zona merah COVID-19.

Yada berkata sudah mengetahuinya dan membantah semua kabar tersebut. Ia juga telah melaporkan provokasi dan ujaran kebencian ke polisi dengan melampirkan bukti-bukti agar ada tindakan tegas.

“Kami sebagai masyarakat saat ini sama-sama berjuang membantu pemerintah dalam mengatasi pandemi harus melihat hal ini bukan aib. Wabah ini bencana yang harus dihadapi dengan semangat gotong-royong. Siapa pun kita, pasti tidak ada yang mau terkena virus,” ungkapnya.

Ia meminta agar sekat-sekat sosial berujung provokasi SARA dihentikan. “Kita adalah manusia yang bermartabat, bermoral, dan beragama. Tentunya akan menjunjung tinggi solidaritas dalam kebhinekaan,” lanjutnya.

------------------

Adendum: Berita ini mengalami pembaruan data pada 18 April 2020 terkait kronologi penularan COVID-19.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Zakki Amali
Editor: Dieqy Hasbi Widhana