tirto.id - Laga terakhir di Grup D Piala Dunia 2018 antara Kroasia melawan Islandia di Stadion Rostov-on-Don pada Rabu, 27/6/2018, berakhir dengan kemenangan Kroasia dengan skor 2-1.
Dengan kemenangan ini, Kroasia menduduki puncak klasemen Grup D Piala Dunia 2018. Dugaan yang bisa dimunculkan dari catatan sempurna itu adalah bahwa Kroasia bisa saja melangkah jauh di edisi kali ini.
Setidaknya, laga ini menyajikan fakta menarik, yaitu bahwa pemain lapis kedua Kroasia yang diturunkan oleh pelatih Zlatko Dalic bisa mengatasi tekanan dan bahkan bisa menang.
Sepanjang 45 menit babak pertama, para pemain lapis kedua Kroasia bisa menahan Islandia 0-0. Padahal, Islandia punya misi harus menang jika tidak ingin tersisih dari Grup D Piala Dunia.
Di babak kedua, para pemain yang jadi pilihan kedua itu kembali membuktikan bahwa mereka layak menduduki bangku cadangan Kroasia. Milan Badelj menciptakan gol pada menit 53 memanfaatkan kekacauan di depan gawang Islandia.
Islandia sempat menyeimbangkan kedudukan melalui titik putih pada menit 71, tetapi Ivan Perisic menutup pintu bagi Islandia dengan mencetak gol di menit 90.
Hanya dua pemain yang menjadi starter di pertandingan terakhir itu yang juga bermain di laga impresif saat Kroasia menaklukkan Argentina dengan skor 3-0, yaitu pengatur serangan Luka Modric dan Ivan Perisic.
Kemenangan 2-1 atas Islandia mengisyaratkan adanya kedalaman di skuat timnas Kroasia. Bukan tidak mungkin negeri Balkan yang baru merdeka pada tahun 1991 itu bisa melangkah lebih jauh di Rusia 2018.
Lawan mereka berikutnya adalah Denmark sebagai runner up Grup C Piala Dunia 2018.
Fase gugur selalu merupakan fase yang penuh dengan pertarungan sengit sehingga naif jika dikatakan bahwa Kroasia akan melenggang ke perempat final dengan mudah. Dan Denmark jelas bukan tim kemarin sore.
Namun, melihat performa tim inti maupun lapis kedua Kroasia sejauh ini, Zlatko Dalic memiliki banyak pilihan yang bisa diracik menjadi formula yang manjur untuk menyisihkan Christian Eriksen dan kawan-kawan.
Selain bekal skuat yang relatif seimbang, Kroasia juga punya bekal kepercayaan diri dan motivasi. Mereka punya sejarah manis di Piala Dunia, yaitu saat Davor Suker dan generasi emas Kroasia keluar sebagai juara ketiga di edisi 1998.
Kepercayaan diri juga muncul karena sejatinya Kroasia punya tradisi sepakbola yang sudah tua.
Kroasia pernah tergabung dalam Kerajaan Yugoslavia yang berpartisipasi dalam Piala Dunia pertama pada tahun 1930. Kendati saat itu para pemain Yugoslavia lebih banyak yang berasal dari Serbia, namun Kroasia secara formal merupakan bagian dari Yugoslavia saat itu.
Setelah Yugoslavia pecah pada dekade 1990-an dan Kroasia menjadi negara merdeka, Kroasia terlalu sibuk dengan perang sehingga tak sempat berpartisipasi dalam Piala Dunia 1994.
Sebagai negara merdeka, Kroasia pertama kali mengikuti Piala Dunia 1998 di Perancis, saat mereka menjadi juara ketiga setelah menaklukkan Belanda dengan skor 2-1.
Prestasi indah para pendahulu 20 tahun silam itu memberikan motivasi berlebih kepada Dejan Lovren dan kawan-kawan: jika para pendahulu bisa merengkuh juara tiga, tentu mereka pun bisa melakukannya.
Kekuatan Kroasia di atas lapangan juga didukung oleh materi pemain yang berpengalaman di klub-klub besar Eropa. Modric adalah nyawa di Real Madrid, Dejan Lovren bek rutin di Liverpool, Rakitic menjaga ritme di Barcelona.
Hampir sama dengan 20 tahun silam: Davor Suker saat itu adalah pemain Arsenal, Zvonimir Boban mengawal AC Milan, Alen Boksic setahun kemudian membantu Lazio menjuarai Serie A.
Tradisi, kepercayaan diri, dan motivasi dimiliki Kroasia. Minggu depan dunia akan menyaksikan efeknya pada perjalanan Kroasia di Piala Dunia 2018. Idemo dalje, Hrvatska (Lanjutkan, Kroasia)!
Editor: An Ismanto