Menuju konten utama

KRL di DKI Dinilai Belum Ramah untuk Penyandang Disabilitas

Fasilitas umum di DKI Jakarta seperti KRL Commuter Line dianggap masih belum ramah kepada difabel.

KRL di DKI Dinilai Belum Ramah untuk Penyandang Disabilitas
Warga melakukan eksperimen sosial menjadi warga disabilitas untuk mencoba fasilitas publik di kawasan Dukuh Atas, Jakarta. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Fasilitas umum di DKI Jakarta, khususnya KRL Commuter Line dinilai masih belum ramah terhadap penyandang disabilitas.

Faisal Rusdi, salah seorang pengguna kursi roda mengatakan, saat ini dirinya masih sulit untuk mengakses KRL Commuter Line.

"Kalau dilihat dari KRL sendiri, masih belum ramah ya, soalnya dari infrastruktur stasiun, terutama Tanah Abang itu tidak difasilitasi," kata Faisal yang merupakan anggota komunitas Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT) kepada Tirto, Selasa (19/2/2019).

Penilaian Faisal tersebut berdasarkan pengalamannya saat mencoba untuk bepergian menggunakan transportasi KRL dari Tanah Abang menuju Palmerah, pada Sabtu (16/2/2019) lalu.

Dalam perjalanan KRL di Tanah Abang, Faisal mengalami kesulitan, khususnya soal akses. Di stasiun Tanah Abang, kata dia, hanya terdapat tangga atau eskalator yang justru menjadi hambatan bagi penyandang difabel.

"Jadi eskalator sangat membahayakan untuk pengguna kursi roda," ucap Faisal.

Meski begitu, Faisal mengapresiasi keberadaan portable ramps yang dapat membantu pengguna kursi roda memasuki kereta. Namun, portable ramps tersebut masih memiliki masalah, karena ukurannya yang terlalu pendek, sehingga jalur pengguna kursi roda untuk naik atau turun dari KRL masih terlalu terjal.

"Tapi kemarin portable ramps yang disediakan itu kurang panjang dan seharusnya bisa dilandaikan," jelasnya.

Selain itu, Faisal juga menilai guiding block yang ada, baik di KRL, maupun di jalan umum di Palmerah, juga belum ramah dan memadai.

"Mentok di tiang listrik itu didiamkan saja, begitu juga dengan galian-galian," kata dia.

Faisal menilai, salah satu penyebab masih bermasalahnya fasilitas publik karena kurangnya pelibatan penyandang disabilitas dalam pembangunan infrastruktur, sehingga tidak mewakili "kacamata" penyandang disabilitas.

"Salah satu mungkin hambatan atau kendala pembangunan bagi difabel adalah belum terpenuhi atau belum sesuai, bisa jadi tidak ada keterlibatan difabel dalam pembangunan infrastruktur. Seharusnya lebih dilibatkan," terangnya.

Dengan itu, Faisal meminta pemerintah bisa lebih peka dalam pembangunan infrastruktur agar dapat diakses oleh penyandang disabilitas.

"Fasilitas publik memang belum ramah dan accessible untuk difabel. Kami meminta agar fasilitas publik dapat segera diperbaiki agar lebih ramah," tukasnya.

Baca juga artikel terkait DIFABEL atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno