tirto.id -
Pramono menjelaskan KPU telah mengundang lembaga penyelenggara pemilu dari 33 negara, serta perwakilan kedutaan 33 negara sahabat dan 11 lembaga pemantau internasional.
Menurut Pramono, mereka akan mulai berkumpul pada 15-18 April 2019. Para pemantau asing ini akan diberikan penjelasan tentang sistem dan masalah-masalah penting dalam Pemilu Indonesia.
Selanjutnya mereka diperkenankan untuk melakukan pemantauan ke berbagai Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 17 hingga 18 April 2019.
"Kalau acara seremonialnya, tanggal 15-18. Ada seminar berisi penjelasan sistem dan masalah-masalah penting dalam pemilu Indonesia. Ada pemantauan ke TPS-TPS, dan ada catatan dan masukan dari lembaga-lembaga itu tentang hasil pemantauan TPS," ujar Pramono saat dihubungi, Senin (25/3/2019).
Pramono memastikan pemantau lokal juga akan diikut sertakan untuk melakukan pemantauan di 809.500 TPS yang ada di seluruh Indonesia.
"Yang diundang dalam acara itu bukan hanya yang asing-asing saja. Tapi juga LSM/pemantau domestik serta wakil-wakil perguruan tinggi di Indonesia," ucap Pramono.
Desakan untuk menghadirkan pemantau asing sebelumnya ramai di media sosial twitter dengan tanda pagar #INAelectionobserverSOS sejak Minggu (24/3/2019) malam kemarin.
Tagar tersebut diisi berbagai cuitan warganet yang meminta hadirnya pemantau internasional ikut memantau Pemilu 2019.
Keinginan mereka ini didasari karena penyelenggara pemilu saat ini yang dinilai tidak independen, serta khawatir Pemilu 2019 berlangsung tidak adil dan tidak jujur.
Desakan ini juga disuarakan juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean. Ia mengatakan bahwa pihaknya mengundang secara terbuka beberapa pengamat dan pengawas internasional untuk memantau berjalannya Pilpres 2019 yang dinilai memiliki banyak kecurangan dan ketidakadilan.
Ia menilai cara tersebut bukan hanya untuk debat keempat yang salah satu temanya membahas hubungan internasional, tapi untuk keseluruhan Pilpres 2019 hingga pencoblosan dan penetapan pemenangan nanti.
Ferdinand sendiri mengaku sudah mengundang beberapa tokoh internasional lewat akun media sosialnya, termasuk Jimmy Carter yang diklaim aktif di isu demokrasi dan pemilu, hingga Barrack Obama.
"Terserah mereka mau melihat atau tidak tetapi menarik perhatian dunia internasional untuk datang menyaksikan kondisi pemilu kita kali ini yang memang terlihat sudah tidak fair, sudah tergiring curang, dan kita ingin dunia internasional datang dan mengawasinya. Karena ke Bawaslu pun kita sangat pesimis sekarang," katanya saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (20/3/2019).
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Nur Hidayah Perwitasari