Menuju konten utama

KPU: Ancaman dari Medsos Lebih Berbahaya di Pilkada

Medsos dianggap menjadi salah satu medium yang bisa menimbulkan konflik.

KPU: Ancaman dari Medsos Lebih Berbahaya di Pilkada
Ilustrasi mencari berita. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) menganggap ancaman dari media sosial (medsos) di Pilkada lebih berbahaya dibanding dunia nyata. Pandangan itu muncul karena politisasi medsos dapat menjangkau semua wilayah dan unsur masyarakat.

"Aspek kerawanan di medsos menjangkau semuanya. Kalau aspek keamanan bisa diidentifikasi," ujar Komisioner KPU RI Wahyu Setiawan di Kampus Pascasarjana Universitas Paramadina, Jakarta, Sabtu (3/3/2018).

Medsos dianggap menjadi salah satu medium yang bisa menimbulkan konflik, dan dimanfaatkan kepentingan politik tertentu. Wahyu berkata, pemanfaatan medsos telah terbukti dari tertangkapnya beberapa pengelola kelompok penyebar hoaks dan ujaran kebencian bernama Muslim Cyber Army (MCA).

Ada 14 orang yang ditangkap karena diduga terkait dengan MCA pada medio 2017-2018. Nama MCA sempat mencuat pada Pilkada Jakarta 2017. Kala itu, MCA mengklaim sebagai kelompok yang memperjuangkan kepentingan umat Islam dan berupaya menjegal pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

"Itu menunjukkan politisasi media bukan isapan jempol," kata Wahyu.

Medsos juga dianggap masih menjadi sarana efektif untuk mempengaruhi orang dalam pilkada atau pemilu. Namun, penggunaan dunia maya sebagai sarana kampanye dianggap dapat berdampak negatif.

Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Putut Widjanarko berkata, pengguna medsos biasanya impulsif. Sifat itu membuat banyak tayangan di medsos yang tak terkontrol atau bohong.

"Makanya kenapa meski sudah selesai pemilihan tapi tetap jalan terus (pembelahan di masyarakat). Itu karena ada buktinya di medsos sehingga cenderung kita tidak berubah dan mengeras," ujar Putut.

Menurut penggiat medsos Shafiq Pontoh, maraknya pembahasan isu-isu tertentu di dunia maya tak tentu diikuti dengan perbincangan di dunia nyata. Sebabnya, medsos dianggap sering menimbulkan ilusi.

Gambaran palsu tercipta karena, belum tentu topik yang ramai dibicarakan di suatu komunitas juga menjadi bahan obrolan di tempat lain.

"Gorengan isu itu bisa jadi hanya ilusi, mereka saja yang panik tapi kita belum tentu," kata Shafiq.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Yantina Debora