tirto.id - Korea Utara kembali menguji coba peluru kendali namun gagal, Sabtu (29/4/2017) dari sebuah daerah di sebelah utara ibu kota Pyongyang, kata militer Korea Selatan. Uji coba peluru kendali ini merupakan pembangkangan Korea Utara terhadap tekanan AS dan Sekutu utama Korut yakni Cina. Cina dan Rusia pun mengingatkan bahwa pembangkangan Korea Utara dapat mempercepat sanksi baru AS terhadap negara tersebut.
Uji coba peluru kendali ini dilakukan setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa kegagalan menghentikan program nuklir dan peluru kendali balistik Korea Utara akan mengantarkan kepada konsekuensi kehancuran.
Para pejabat AS dan Korea Selatan menyimpulkan uji coba itu gagal sehingga untuk keempatkalinya Korea Utara melakukan uji coba peluru kendali yang gagal sejak Maret lalu. Para pejabat AS menyebut peluru kendali itu kemungkinan besar dari misil jarak menengah yang disebut dengan KN-17 dan tampaknya hancur beberapa menit setelah diluncurkan.
Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea yang dipicu oleh keprihatinan terhadap Korea Utara yang menguji coba peluru kendali jarak menengah atau senjata nuklir keenamnya sejak peringatan kelahiran pendiri bangsa itu pada 15 April. Pemilihan waktu uji coba senjata ini adalah pesan dari Korea Utara kepada dunia, kata Kim Dong-yub, pakar pada Institut Studi Timur Jauh, Universitas Kyungnam, Seoul.
"Uji coba itu dirancang pada waktu yang pelik sekitar akhir latihan gabungan AS-Korea Selatan, omongan AS mengenai opsi militer dan pengumuman kebijakan Korea Utara serta pertemuan di Dewan Keamanan PBB," kata Kim, seperti dikutip Antara.
Sementara itu, sebagai unjuk kekuatan, AS mengirimkan kapal induk USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea di mana di sana armada kapal perang ini akan bergabung dengan USS Michigan, kapal selam bertenaga nuklir yang melepas jangkar di Korea Selatan, Selasa (25/4/2017).
Sedangkan Cina maupun Rusia memperingatkan ancaman Washington kepada Korea Utara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB. Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menyatakan urusan Korea Utara tidak hanya menjadi urusan Cina. "Kunci mengatasi masalah nuklir di Semenanjung Korea tidak tergantung kepada tangan pihak Cina," kata Wang.
Pemerintahan Presiden Donald Trump bisa menjawab uji coba peluru kendali Korea Utara dengan mempercepat sanksi baru AS terhadap Pyongyang yang meliputi langkah-langkah spesifik terhadap entitas Korea Utara dan Cina secara khusus, kata seorang pejabat AS.
Pejabat ini menyatakan karena Korea Utara mengindahkan tekanan AS dan Cina yang menjadi sekutu utama Korea Utara, maka Washington akan menggelar lagi armada lautnya dan sekaligus menggelarkan kapal perang dan pesawat tempur dalam jumlah lebih banyak dari sekarang di Semenanjung Korea sebagai unjuk kekuatan.
"Mungkin ada hal yang dipercepat," kata sang pejabat yang meminta namanya tidak disebutkan, menyangkut sanksi unilateral terhadap Korea Utara. "Hal yang sudah siap ditempuh itu bisa dilakukan dalam paket dan ekspedisi yang lebih besar."
Dia menyebut peluncuran peluru kendali oleh Korea Utara itu adalah provokasi yang dilakukan menjelang pemilihan presiden Korea Selatan pada 9 Mei. Dan untuk itu Presiden Donald Trump bisa menggunakan uji coba peluncuran peluru kendali itu sebagai alasan untuk menekan lagi Cina untuk lebih keras lagi dalam menjinakkan Korea Utara.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora