tirto.id - Korea Utara pada Kamis (27/6/2019) mengatakan, Korea Selatan harus berhenti berusaha mencampuri urusan antara Korut dan AS.
Hal itu mereka sampaikan ketika Korut tengah meningkatkan tekanannya pada AS untuk menyusun proposal baru mengenai pembicaraan program nuklirnya yang buntu.
Melansir AP News, pernyataan Korea Utara itu merupakan kelanjutan dari kekecewaannya terhadap Korsel dan AS atas diplomasi yang macet.
Meskipun begitu, belum ada tanda yang menunjukkan Korut akan meninggalkan perundingan tersebut.
Hingga kini belum ada pertemuan lagi antara AS dan Korut sejak gagalnya KTT kedua pada Februari lalu.
Runtuhnya KTT tersebut menjadi pukulan bagi Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang telah memfasilitasi pembicaraan kedua negara tersebut untuk membantu menemukan penyelesaian diplomatik mengenai program nuklir Korea Utara.
Namun baru-baru ini, Trump dan Kim dikabarkan bertukar surat pribadi dan kedua negara tengah mengatur untuk pertemuan ketiga kedua pemimpin tersebut.
Moon juga mengatakan pembicaraan antara Korsel dan Korut telah dilakukan melalui berbagai cara.
Pada Kamis (27/6/2019), Kepala Departemen Urusan AS Kemenlu Korea Utara, Kwon Jong Gun, membantah adanya berbagai pertukaran dan pembicaraan antara kedua negara Korea tersebut.
Kwon juga mengatakan bahwa Korut tidak akan lagi mengikutsertakan Korsel dalam urusannya dengan AS, sebagaimana diwartakan Al Jazeera.
“Lebih baik pejabat Korea Selatan untuk mengurus urusan negara mereka sendiri,” kata Kwon.
Pernyataan Kwon muncul setelah Presiden Cina, Xi Jinping, bertemu dengan Kim Jong-un pekan lalu.
Beberapa pakar mengatakan perjalanan Xi ke Korut telah mengisyaratkan bahwa Cina akan memiliki peran besar sebagai mediator dalam masalah nuklir ini.
Kwon juga menegaskan kembali permintaan Kim sebelumnya yakni AS akan membuat kesepakatan nuklir yang dapat diterima pada akhir Desember.
Dia juga mengatakan, saat ini hubungan kedua negara masih berjalan dalam hubungan persahabatan antar negara.
“Pembicaraan tidak akan dilakukan sepihak jika AS masih memberikan omong kosong tanpa memikirkan proposal realistis yang menguntungkan kedua belah pihak,” kata Kwon.