tirto.id - Kunjungan terakhir Presiden Cina ke Korea Utara terjadi pada tahun 2005. Usai lebih dari 14 tahun, pada Kamis (20/6/2019), kunjungan Presiden Xi Jinping merupakan kunjungan pertama presiden Cina ke Korea utara sejak 14 tahun lalu.
Kunjungan dua hari, presiden Xi Jinping ke Korea Utara merupakan kunjungan pertamanya setelah resmi dilantik sebagai presiden Cina pada tahun 2012 lalu.
Dilansir dari BBC, kunjungan Xi kali ini untuk membahas permasalahan ekonomi dan program nuklir Korea Utara.
Kunjungan Jinping ke Korea Utara hanya satu minggu sebelum KTT G20 di Jepang. Dalam pertemuan tersebut ia akan bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump.
Kunjungan ke Korea Utara menjadi pertemuan lanjutan Xi dengan Kim setelah pertemuan Kim-Trump di Hanoi pada Februari 2019.
Analis mengatakan Xi ingin menggali informasi mengenai pembahasan soal denuklirisasi yang gagal antara Kim dan Trump. Informasi tersebut bakal dibahas Xi bersama Trump saat KTT G20.
Meski kunjungan Xi ke Korut baru di Konfirmasi minggu ini, Jenny Town, redaktur pelaksana situs analisis berbasis di AS, mengatakan pertemuan ini bukan kejutan besar, menurutnya kunjungan ini sekaligus untuk merayakan hubungan diplomatik 70 tahun Cina-Korut.
Town juga mengatakan mungkin ada beberapa “nilai simbolik” dalam kunjungan yang bertepatan sebelum KTT G20. Namun menurutnya hal ini merupakan suatu kebetulan dibanding menjadi suatu faktor penentu.
Dilansir dari South China Morning Post, Juru Bicara Kepresidenan Korea Selatan, Ko Min-jung mengatakan harapannya dalam kunjungan ini, Xi akan membantu untuk membuka jalan “dimulainya kembali perundingan” tentang denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea.
Namun, para pengamat mengatakan kunjungan ini tidak akan menghasilkan kemajuan yang signifikan terhadap denuklirisasi dan perdamaian.
Dua negara pemimpin ini memang sekutu lama. Namun, hubungan Cina dan Korut memang menjadi tegang selama dekade terakhir karena ambisi nuklir Pyongyang, dan Beijing yang memandang kritis ambisi ini.
Surat kabar China Daily mengatakan kunjungan ini adalah agenda politik untuk menyepakati beberapa proyek kerjasama.
Namun, surat kabar Korea Utara, Rodong Simun pada halaman depannya mengatakan kunjungan Xi ke Korea utara adalah untuk mendukung penuh program nuklir di Korut. Berita utama surat kabar ini adalah “Cina dukung Korea Utara untuk mempertahankan program nuklir dalam menyelesaikan masalah Korea secara politis.”
Menurut Town dalam pertemuan ini Korea Utara ingin menjaga hubungannya agar tetap dekat, meskipun tidak banyak kepercayaan, dan niat baik yang diberi.
Cina adalah mitra dagang terbesarnya, mengingat Ekonomi Utara yang sedang krisis karena sanksi internasional yang ditanggungya. Sehingga, Korea utara sangat bergantung dengan Cina.
“Cina terbukti menjadi tujuan utama sebagian besar ekspor Korea Utara, termasuk mineral, ikan, tekstil, dan juga perkerja,” ungkap analis Korea Utara, Peterward kepada BBC.
Beijing merupakan importir utama barang-barang industri dan rumah tangga Korea Utara. Namun, dibawah sanksi internasional , banyak perdangan di Korea Utara yang terhenti.
Mengingat bahwa sanksi internasional Korut yang tidak mungkin dicabut, Cina ingin meringankan beban ekonomi Korut.
“Cina ingin meringankan Korea Utara dari sanksi PBB,” ujar Ward. “ia ingin memastikan bahwa ekonomi Korea Utara tumbuh dengan kecepatan yang adil, serta Korea Utara merasa tidak perlu untuk menguji rudal balistik, dan senjata nuklir lagi,” tambahnya.
Namun, menurut Kim Hyun-wook, professor Akademi Diplomatik Nasional Korea, mengungkapkan dukungan ekonomi yang diberikan Cina, malah akan menciptakan “lubang” , yang berarti dengan adanya kerjasama ini memungkinkan Kim untuk tidak harus bernegosiasi dengan AS soal program nuklirnya.
Cina yang menawarkan untuk meringankan sanksi internasional Korea Utara dalam kunjugan tersebut, memungkinkan Kim untuk menunjukan kepada AS bahwa ia masih memiliki dukungan Cina.
Editor: Agung DH