tirto.id - Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2018 mengalami peningkatan sebesar 0,01 persen, dari 4,94 persen pada triwulan I-2017 menjadi 4,95 persen.
Peningkatan ini ditunjang oleh beberapa komponen, meliputi konsumsi pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan yang naik dari 3,29 persen pada periode yang sama 2017 menjadi 5,09 persen.
Kemudian, perumahan dan perlengkapan rumah tangga naik dari 4,06 persen menjadi 4,57 persen. Komponen restoran dan hotel juga naik dari 5,40 persen menjadi 5,56 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto menyampaikan, indikator pendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini adalah impor barang konsumsi, yang tumbuh kuat sebesar 21,37 persen dan penjualan sepeda motor tumbuh sebesar 3,99 persen.
Penjualan eceran untuk sandang juga tumbuh, yaitu sebesar 8,83 persen pada triwulan I-2018. Sebelumnya pada periode yang sama 2017 sebesar 5,68 persen.
Lalu rata-rata tingkat penghunian kamar hotel (TPKH) tumbuh sebesar 4,62 persen, lebih tinggi dari triwulan I-2017 yang tumbuh hanya 2,31 persen. Nilai transaksi kartu debit dan kredit juga tumbuh 11,70 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2017 yang tumbuh 9,25 persen.
Menurut Suhariyanto, peningkatan bantuan sosial tunai pemerintah juga mempengaruhi peningkatan konsumsi rumah tangga. Bantuan sosial pemerintah pada triwulan I-2017 sebesar 2,86 persen, sementara pada triwulan I-2018 menjadi 87,61 persen.
"Jadi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini terjadi di seluruh lapisan masyarakat, baik kalangan atas dan menengah, serta kalangan masyarakat ekonomi bawah," ungkap Kecuk panggilan akrab Suhariyanto di kantor BPS Jakarta, Senin (7/5/2018).
Kecuk melanjutkan, pemerataan konsumsi rumah tangga di semua lapisan masyarakat juga dapat dipengaruhi dari peningkatan rata-rata upah buru tani sebesar Rp1.761.849 per bulan per orang. Angka itu meningkat dari periode yang sama 2017 yang sebesar Rp1.751.549 per bulan per orang.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto