Menuju konten utama

Konsep Girl Crush dan Jaminan Karier Idol Group di Industri K-Pop

Apakah konsep girl crush menjamin karier idol group di industri K-Pop?

Konsep Girl Crush dan Jaminan Karier Idol Group di Industri K-Pop
Blackpink. FOTO/Instagram/blackpinkofficial

tirto.id - Kehadiran BLACKPINK di industri hiburan Korea Selatan pada tahun 2016 dengan mengusung konsep girl crush dinilai telah mengangkat kembali ide girl power atau perempuan berdaya di industri hiburan Korea Selatan.

Dimulai dengan merilis lagu “Boombayah” dan “Whistle” pada tahun 2016 sebagai single debut, BLACKPINK selalu comeback dan hadir menggunakan konsep girl crush. Hingga comeback terakhir mereka di tahun 2018 lalu dengan lagu “DDU-DU DDU-DU”.

Dengan konsep girl crush serta style yang kuat, kehadiran BLACKPINK menjadi oasis bagi penggemar K-Pop yang menginginkan konsep berbeda dari idol group Korea Selatan.

Hasilnya, setiap comeback BLACKPINK selalu mendapat sambutan yang besar dari para penggemar. Bahkan, video musik “DDU-DU DDU-DU” hingga hari ini, Rabu (23/1/2019) masih menjadi video musik K-Pop Group yang paling banyak ditonton, yakni 620 juta kali penayangan di YouTube.

Popularitas mereka makin melonjak di dunia saat berkolaborasi dengan Dua Lipa dalam lagu “Kiss and Make Up.” Apalagi setelah itu, BLACKPINK juga telah dikonfirmasi akan hadir di salah satu festival musik terbesar di dunia “Coachella” pada April 2019 mendatang.

Sebenarnya, konsep girl crush telah ada sejak tahun 1990-an di industri hiburan Korea Selatan. Yang kemudian dilanjutkan oleh hadirnya K-Pop generasi kedua yang dimulai oleh 2NE1, 4Minute, Miss A, Brown Eyed Girls, dan f (x).

Lagu hit milik 2NE1 di tahun 2011, "I Am the Best" adalah salah satu konsep girl crush yang paling ikonik di berbagai tingkatan, dari gaya busana, gaya rambut, membuat grup ini besar dengan memiliki banyak penggemar perempuan.

Hingga kini, konsep girl crush yang sukses diusung kembali oleh BLACKPINK di tahun 2016 semakin banyak digunakan oleh girl group lainnya, seperti, (G)I-DLE yang debut dengan single “LATATA”.

Tidak sampai di situ, (G)I-DLE juga comeback melalui single “HANN (ALONE)” pada 14 Agustus 2018 lalu berhasil debut pada urutan ke 2 di chart Billboard dalam penjualan World Digital Song di minggu pertama.”HANN (ALONE)” juga menjadi lagu K-Pop paling laris di Amerika Serikat pada minggu pertama setelah dirilis.

Selain itu, MAMAMOO, CLC, Red Velvet dan sub unit dari grup-grup tertentu, seperti Girls’ Generation Oh!, Pristin V, dan lain sebagainya juga mulai memakai konsep ini.

Tetapi di luar dugaan, beberapa girl group yang biasanya tampil dengan konsep imut, baru-baru ini muncul dengan konsep girl crush, seperti A Pink, Oh My Girl, dan April.

Red Velvet adalah contoh idol group yang memiliki fleksibilitas konsep, mereka sering menggunakan konsep imut dan juga terkadang memakai konsep girl crush.

Seperti lagu “Bad Boy” yang dirilis pada awal tahun lalu dan “Really-Really Bad Boy (RBB)” yang rilis pada November 2018 lalu, merupakan konsep girl crush yang diperlihatkan Red Velvet dalam comeback mereka.

Lagu RBB bahkan menduduki peringkat 1 di chart Heatseekers Billboard dan menduduki peringkat 2 sebagai chart World Album Billboard setelah dirilis.

Akan tetapi, Red Velvet juga bisa berubah menjadi gadis yang imut, manis dan ceria dengan merilis lagu “Power Up”, “Happines”, atau “Russian Roulette”.

Untuk membuat Red Velvet seperti saat ini, SM Entertainment selaku agensi yang menanunginya tentu memiliki sistem marketing yang harus mereka lakukan untuk memikat hati para penggemar.

Selain Red Vlevet, SM juga memiliki girl group lain di bawah naungannya seperti Girls’ Generation, dan f(x), bahkan solois BoA.

“Target utama kami bukanlah laki-laki di usia belasan, dua puluhan, atau tiga puluhan. Penggemar laki-laki pasti akan mengikuti apa pun yang terjadi. Secara keseluruhan, target utama kami adalah perempuan di usia remaja dan dua puluhan. Untuk mendapatkan minat mereka, kami memberikan girl group kami citra yang percaya diri dan modern.” Ujar Min Hee Jin selaku Visual & Art Director SM Entertainment dalam acara SBS The Unanswered, seperti dikutip Billboard.

Penggemar perempuan menjadi target pemasaran dari girl group merupakan hal yang biasa, mengingat penggemar perempuan dianggap royal denga kekuatan belanja yang mereka miliki.

Penggemar perempuan merupakan target pasar yang paling memungkinkan, dan menjadi elemen penting mengapa sebuah perusahaan akhirnya membuat konsep girl crush untuk idol group mereka.

"Kami tahu secara umum bahwa perempuan lebih cenderung menghabiskan uang untuk budaya pop daripada laki-laki," kata Aja Romano, ahli budaya fandom dan seorang penulis di majalah Vox.

"Perempuan memiliki uang yang kemudian dikeluarkan benar-benar untuk hal yang mereka sukai,” lanjutnya.

Berbeda dengan fandom untuk boy group, terlepas dari konsep apa yang mereka gunakan, penggemar perempuan akan tetap mengikuti mereka.

“Fandom untuk boy group terlihat sangat homogen jika dibandingkan dengan girl grup, karena boy group berkembang pada jumlah penggemar cewek heteroseksual yang berdedikasi,” kata Kim Young Suk, penulis K-pop Live: Fans, Idols, and Multimedia Performance, sekaligus seorang Profesor di University of California, Los Angeles, seperti dikutip Billboard.

“Penggemar perempuan cenderung mengerti dari awal bahwa masa depan idola mereka benar-benar tergantung pada bagaimana mereka menjadi pelanggan untuk idola tersebut.” Sambungya lagi.

Sedangkan untuk girl group, di sisi lain, mereka harus bisa mengambil hati masyarakat luas termasuk penggemar perempuan. Itulah mengapa banyak girl group yang akhirnya mencoba semua jenis konsep musik, dari yang seksi, lucu, polos, hingga girl crush.

Tentu saja, boy group juga melakukan perubahan konsep pada musik mereka, tetapi perubahan tersebut tidak begitu jauh berbeda dengan konsep mereka yang sebelumnya.

Akan tetapi girl group cenderung berganti konsep dengan cepat dan mengalami perombakan total serta transformatif dalam video musik mereka dibandingkan boy group.

Jika kembali melihat bagaimana kesuksesan BLACKPINK, (G)I-DLE, hingga Red Velvet dalam membawakan konsep girl crush, apakah ada jaminan bagi semua girl group akan menuai kesuskesan yang sama jika mereka memakai konsep serupa?

Mungkin, ada sedikit korelasi antara konsep girl crush dengan capaian di tangga musik dunia seperti Billboard. CLC yang comeback dengan lagu “Hobglobin” dan “Black Dress” dengan menggunakan konsep gril crush berhasil sukses pada chart penjualan musik World Digital Billboard.

Akan tetapi, hal tersebut tidak dicapai oleh beberapa girl group lain yang di saat bersamaan juga melakukan comeback dengan konsep serupa.

Sedangkan, girl group yang mengusung konsep imut seperti TWICE justru memuncaki tangga lagu di Korea Selatan, bahkan tangga lagu Billboard melalui beberapa lagu hits mereka seperti “Likey”dan “Yes or Yes”, bahkan di Jepang, penggemar perempuan TWICE dinilai lebih banyak yaitu 66 persen dibanding penggemar laki-laki yang hanya 34 persen menurut LINE Korea, seperti dikutip Billboard.

Sehingga, kemungkinan konsep girl crush akan lebih mendapatkan respons positif dari penggemar di Barat karena mereka tidak begitu familiar dengan konsep imut atau polos. Ditambah, penonton Barat cenderung lebih menerima konsep mengenai pemberdayaan perempaun dengan lagu-lagu yang dinilai berani dan modern.

Banyaknya pembubaran yang dilakukan terhadap beberapa idol group seperti, 2NE1, bahkan 4Minutes adalah tanda bahkan grup-grup yang besar sekalipun memiliki masalah terhadap keberlangsungan grup.

Sehinggga, sulit menyimpulkan kesuksesan sebuah konsep girl crush tanpa pertumbuhan penggemar perempuan dan fandom yang sudah bertahan hingga lama.

Intinya, konsep girl crush hanyalah permainan dari dinamika gender antara hubungan idola dan penggemar. Konsep ini mungkin cocok digunakan BLACKPINK, (G)I-DLE dan bahkan Red Velvet. Tetapi keberhasilan TWICE yang tak terkendali juga membuktikan bahwa konsep yang imut, polos dan ceria dapat membuat masyarakat umum berada di pihak mereka.

“Saya tidak berpikir bahwa girl group harus memiliki konsep girl crush untuk menarik perhatian penggemar perempuan,” ujar Stephanie Choi, seorang kandidat doktor dalam Etnomusikologi di University of California, Santa Barbara, seperti dilansir Billboard.

"Konsep girl crush bisa menjadi salah satu cara untuk menarik penggemar perempuan, tapi keterampilan komunikasi dan fan service dari para idol tersebut harus benar-benar membangun persaudaraan antara si idol dan penggemanya," tutupnya.

Sehingga, salah satu upaya untuk meraih kesuksesan sebuah idol group adalah dengan menentukan konsep grup, akan tetapi tingkat komunikasi dan fan service ditambah promosi yang baik merupakan poin penting yang harus dilakukan untuk membentuk fandom yang kuat dan solid guna menunjang keberlangsungan grup ke depannya.

Baca juga artikel terkait K-POP atau tulisan lainnya

tirto.id - Musik
Editor: Yulaika Ramadhani