tirto.id - Empat anak ditemukan meninggal di sebuah kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (6/12/2023). Hingga saat ini, masih belum diketahui apa penyebab tewasnya keempat anak tersebut.
Ayah dari keempat anak itu, P, ditemukan dalam kondisi tak sadarkan diri di toilet kontrakan tersebut. Sementara, ibu keempat anak itu berinisial D sedang dirawat di rumah sakit. D menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh P.
Pantauan Tirto pada Kamis (7/12/2023), rumah kontrakan tersebut masuk ke dalam gang yang bisa dilalui satu mobil. Tak begitu jauh dari jalan raya, kontrakan itu terletak di kiri jalan.
Ada garis polisi berwarna kuning yang melintang dari sisi kiri hingga sisi kanan rumah kontrakan. Bagian wajah rumah kontrakan itu berwarna putih yang sudah menguning. Sementara, dinding kiri rumah kontrakan berwarna abu-abu.
Ada satu pintu berwarna hitam, dua jendela berukuran kecil dan dua jendela berukuran besar di wajah rumah kontrakan tersebut.
Bagian teras rumah kontrakan itu dipenuhi sejumlah barang. Misalnya, gantungan jemuran, sejumlah sepatu, sapu, dan mobil mainan berwarna ungu.
Kemudian, ada juga dua mobil mainan lain yang menggantung di atas teras rumah kontrakan. Ada juga dua sangkar burung yang menggantung di atas teras rumah kontrakan tersebut. Lalu, ada sebuah pintu dan ventilasi jendela di dinding kiri rumah itu.
Tim Tirto sesekali mencium bau bangkai ketika berada di dekat kontrakan tersebut. Bau bangkai tercium ketika tim Tirto mendekati bagian depan rumah tersebut. Bau bangkai ini juga menyeruak ketika angin berembus di sekitar rumah kontrakan.
Di satu sisi, warga setempat ada yang mengungsi usai ditemukannya empat jenazah bocah tersebut. Sesekali warga setempat berkunjung ke rumah mereka untuk mengambil barang.
Ada juga anak-anak kecil yang bermain di sekitar rumah kontrakan. Sebagian anak kecil sempat memainkan garis polisi. Namun, sejumlah orang tua meminta anak kecil yang ada agar tidak mendekat rumah kontrakan tersebut.
Anak-anak kecil dari lingkungan sekitar kemudian menjauhi rumah kontrakan itu. Mereka lantas bermain di tempat lain.
Karena ada penemuan jenazah ini, bahkan ada warga dari gang lain yang menyempatkan diri melihat rumah kontrakan tersebut. Mereka datang sekedar mengabadikan foto atau video rumah kontrakan itu.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Ade Ary Syam Indradi, mengatakan penemuan jenazah empat bocah itu bermula saat warga menghubungi polisi soal bau menyengat dari salah satu rumah sekitar pukul 14.00 WIB. Kepolisian lalu mengecek rumah yang dimaksud.
"Setelah dilakukan olah TKP awal oleh Kapolsek dan jajaran Reskrim Polsek, ditemukan seorang laki-laki saudara P, pemilik rumah, dalam keadaan terlentang, ada luka di tangan," kata dia kepada awak media.
Kepolisian lalu mengecek bagian lain dari rumah tersebut. Aparat lantas menemukan jenazah 4 anak kecil di bagian kamar tidur.
"Pengecekan ke dalam kamar ditemukan 4 mayat anak-anak. Keempat anak ini adalah anak-anak dari saudara P dan istrinya saudari D, ditemukan berjejer di tempat tidur dalam kondisi meninggal dunia," tutur dia.
Ade menyebutkan, kepolisan masih menyelidiki penyebab kematian dari keempat anak kecil itu. Di satu sisi, P sempat diinterogasi. Namun, karena mengalami luka-luka, P masih harus dirawat.
Kepolisian masih belum mengungkapkan hasil interogasi kepada P. Polisi juga masih mendalami apakah P berupaya bunuh diri.
Sementara itu, D juga sedang dirawat di RS. D disebut menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya. Di satu sisi, D telah menjalani visum. Kepolisian masih mendalami hasil visum D.
Ade menambahkan, P sempat meninggalkan sebuah tulisan sebelum diduga berupaya bunuh diri. Tulisan yang ditinggalkan berbunyi 'Puas Bunda, Tx For All'.
Tulisan ini berwarna merah, dituliskan di lantai kediaman P. Polisi masih memastikan tulisan itu ditulis menggunakan bahan apa.
-------
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Maya Saputri