tirto.id - Serangan udara terbaru Israel menyasar sebuah gedung di kawasan pemukiman padat penduduk sekaligus dekat RS (Rumah Sakit) di Rafah, Palestina.
Sepuluh warga meninggal dalam kejadian tersebut. Sedangkan korban tewas secara keseluruhan sudah mendekati angka 20.000.
Dilaporkan Al-Jazeera pada hari Rabu, 20 Desember 2023, waktu setempat, serangan udara Israel terjadi ketika seorang wartawannya, Hani Mahmoud, sedang melangsungkan siaran live di tengah jalan.
Seketika, suara dentuman keras terdengar diikuti ledakan. Sebuah bom menghantam bangunan yang berada tidak jauh di belakangnya.
Lokasi yang menjadi sasaran berada dekat dengan Rumah Sakit di Rafah. Bahkan, serangan bom kembali datang beberapa kali ketika Hani Mahmoud sedang melaporkan siaran live.
"Itu rumah sakit. Itu rumah sakit. Itu rumah sakit," ucap koresponden Al Jazeera itu.
"Seperti yang sudah kita bicarakan, tidak ada tempat yang aman di Gaza," sambungnya.
Menurut data PBB melalui UNRWA (United Nations Relief & Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) atau Badan PBB Urusan Pengungsi Palestina, sebanyak 19.453 warga Palestina di Gaza menjadi korban meninggal akibat serangan Israel sejak 7 Oktober hingga 18 Desember 2023.
Mereka melaporkan 70 persen dari korban merupakan perempuan dan anak-anak. Tak hanya itu, perang juga melukai setidaknya 52.286 orang lainnya.
Di Tepi Barat, berdasarkan data OCHA (United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), korban tewas mencapai 291 warga selama periode yang sama.
Rinciannya 281 orang Palestina dibunuh pasukan ISF (Israeli Security Forces), 8 warga dibunuh pemukim Israel, dan 2 lainnya tewas di tangan ISF atau para pemukim.
Israel-Hamas Gencatan Senjata Lagi?
AS dilaporkan sedang mengupayakan gencatan senjata yang terbaru antara Israel dan Hamas di Gaza.
Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, menyebutkan pihaknya kini secara serius akan membicarakan rencana tersebut.
"Diskusi dan negosiasi ini sangat serius dan kami berharap mereka bisa mengarah ke suatu tempat," tutur Kirby.
Seperti diberitakan Reuters, Kamis, 21 Desember 2023, Ismail Haniyeh, petinggi Hamas, dilaporkan sedang mengunjungi Mesir sehari sebelumnya.
Kunjungan itu untuk membicarakan upaya mediasi gencatan senjata yang dimediasi sejumlah pejabat Mesir.
Salah satu yang dibicarakan adalah terkait sandera yang masih ditahan militan Islamis Palestina dan yang bisa dibebaskan selama gencatan senjata terbaru.
Menurut Taher Al-Nono, penasihat media Ismail Haniyeh, Hamas sebenarnya tidak ingin membahas pembebasan sandera lebih banyak lagi hingga Israel mengakhiri perang militer di Gaza serta peningkatan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil Palestina.
"Tawanan bisa dinegosiasikan jika 2 hal ini disepakati. Kita tidak bisa membicarakan negosiasi, sementara Israel melanjutkan agresi. Proposal apapun yang berkaitan dengan tawanan harus dilakukan setelah penghentian agresi," ucap Al-Nono.
Di tengah upaya pembebasan sandera yang dimediasi Mesir, militer Israel mengklaim telah menemukan pusat komando utama Hamas di kota Gaza.
Mengutip AP News, Kamis, 21 Desember 2023, pihak militer Israel turut membawa para wartawan negaranya menuju Palestine Square demi menunjukkan pusat jaringan terowongan Hamas.
Mereka menyatakan telah menemukan kantor, terowongan, dan lift yang digunakan pemimpin tertinggi Hamas. Selain itu, juga ditampilkan kursi roda Mohammed Deif, komandan militer Hamas yang belum pernah muncul selama ini.
"Mereka menggunakan infrastruktur ini secara rutin, selama keadaan darurat dan juga pada awal perang pada 7 Oktober," tegas Daniel Hagari, juru bicara pasukan militer Israel.
Masih berdasarkan keterangan Hagari, terowongan Hamas membentang dan melintasi Gaza, hingga memiliki jaringan menuju sejumlah rumah sakit besar.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra