Menuju konten utama

Kombatan ISIS Serang Markas MIliter Libya, 3 Orang Tewas

Pasukan ISIS menangkap 4 tentara dalam serangan di Kota Zillah, yang berjarak 750 km dari ibukota Libya, Tripoli.

Kombatan ISIS Serang Markas MIliter Libya, 3 Orang Tewas
Ilustrasi orang bersenjata api. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kombatan ISIS melakukan serangan ke markas keamanan di Sebelah Selatan Libya dan menewaskan setidaknya 3 orang tentara pada Sabtu (18/5/2019), Aljazeera melaporkan.

Tentara Nasional Libya (LNA) mengatakan pasukan ISIS menangkap 4 tentara dalam serangan di Kota Zillah, yang berjarak 750 km dari ibu kota Libya, Tripoli.

LNA yang dipimpin Komandan Khalifa Haftar mengatakan, 4 tentara yang ditangkap telah berhasil dibebaskan.

Pasukan ISIS mendatangi pintu masuk menuju ladang minyak Zillah. Para pekerja mengatakan mereka baik-baik saja dan keadaan cenderung aman paska penyerangan pasukan ISIS.

Menanggapi serangan yang terjadi di Zillah, Kepala Korporasi Minyak Nasional Libya, Mustafa Sanalla memperingatkan ketidakstabilan keadaan akan menyebabkan Libya kehilangan sebagian besar produksi minyaknya.

“Sayangnya, jika keadaan berlanjut seperti ini saya khawatir 95 persen produksi minyak mungkin akan lenyap,” kata Sanalla di Jedah, saat akan menghadiri temu panel para petinggi OPEC dan non-OPEC yang akan diadakan Minggu (19/5/2019).

Serangan di Zillah ini menjadi serangan ISIS yang ketiga kalinya melawan pasukan Haftar dalam beberapa minggu ini. Pada 4 Mei lalu, ISIS menyerang kamp pelatihan milik tentara Libya bagian Timur, Khalifa Haftar di kota Sebha dan membunuh 9 tentara, sebagaimana diwartakan Arab News.

ISIL atau Daesh mengklaim diri bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang melukai 16 orang serta membebaskan beberapa tahanan dari penjara setempat. Lima hari kemudian, orang-orang dengan senjata api membunuh 2 warga sipil di Ghodwa, selatan Libya.

Sejak Januari, LNA melakukan operasi pemberantasan kelompok teroris dan kriminal di selatan Libya. Setelah mendapat dukungan dari suku-suku lokal, mereka berhasil merebut beberapa kota.

ABC News melansir, kelompok-kelompok ekstremis berkembang pesat di Libya sejak tahun 2011 setelah massa berdemo menggulingkan lalu membunuh Muammar Khadafi.

Sejak peristiwa terbunuhnya Khadafi tersebut, Libya terus menerus mengalami gejolak politik dan pemerintahan.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengimbau seluruh negara untuk menerapkan persenjataan melawan Libya, untuk menghindari penyebaran persenjataan di negara tersebut.

Langkah ini, menurutnya, demi menjaga keamanan dan stabilitas dalam negeri. Akan tetapi kabar tentang operasi militer yang lemah akhir-akhir ini membuat transfer senjata ke negara tersebut sedikit longgar, termasuk melalui jalur laut.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra