tirto.id - Untuk pertama kali dalam sejarah, Asia mengirimkan lima wakil ke Piala Dunia. Iran, Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Arab Saudi menjadi wakil Asia di Piala Dunia 2018.
Dari lima wakil tersebut, empat tim sudah bertanding dengan hasil yang kurang memuaskan. Sementara Arab Saudi, Australia, dan Korea Selatan tak berdaya di laga pertama, hanya Iran yang berhasil meraih kemenangan. Anak asuh Carlos Quieroz tersebut berhasil mengalahkan Maroko 1-0.
Sebagai tim yang selalu lolos ke Piala Dunia sejak Piala 1998, Jepang diharapkan publik sepakbola Asia bisa mengikuti langkah Iran di pertandingan pertama. Lebih jauh lagi, mereka diharapkan mampu berbuat banyak di Rusia. Dibandingkan kontestan Asia lain, pesaing Jepang di Grup H relatif masih terjangkau. Jika pun Jepang masih di bawah tiga pesaingnya, perbedaannya tidak sampai dua apalagi tiga tingkat.
Di Grup H, Samurai Biru hanya bersaing dengan Polandia, Senegal, serta Kolombia. Bandingkan dengan Iran yang harus bersaing dengan Portugal dan Spanyol, juga Korea Selatan yang harus bersaing dengan sang juara bertahan Jerman.
Meski begitu, pada pertandingan pembuka, Jepang akan langsung menghadapi Kolombia. Negara ini bukan hanya perempat finalis di Piala Dunia 2014, tapi juga sedang dalam tren sangat baik.
Di atas kertas, kualitas Kolombia masih di atas Jepang. Lolos ke Piala Dunia dengan menempati peringkat empat babak kualifikasi zona Amerika Selatan, Kolombia berhasil menang empat kali (termasuk mengalahkan tuan rumah Perancis 2-3) dan hanya sekali mengalami kekalahan dalam masa persiapan. Kekalahan yang dialami anak asuh Jose Pekerman itu sudah terjadi jauh-jauh hari, yakni saat kalah dari Ceko pada November 2017.
Sementara Jepang babak belur pada masa persiapan. Dalam lima pertandingan terakhir, mereka hanya menang sekali, imbang sekali, dan kalah tiga kali. Dengan kondisi seperti itu, tak salah jika sang pelatih, Akira Nishiro, mengatakan Jepang butuh sedikit keajaiban untuk mengalahkan Kolombia.
Misi Nishino Mengembalikan Karakter Permainan Jepang
Sebelum mengganti Valid Halilhodzick pada April 2018, Akira Nishino pernah menangani Jepang dalam gelaran Olimpiade 1996. Meski gagal menjadi juara, saat itu Nishino berhasil membuat cerita yang tak akan dilupakan oleh penggemar sepakbola di Jepang: dalam pertandingan penyisihan grup, Jepang menang 1-0 atas Brasil yang diperkuat oleh Dida, Roberto Carlos, Rivaldo, Bebeto, Juninho Paulista, serta Ronaldo. Pertandingan itu oleh publik Jepang dikenal sebagai "Keajaiban di Miami".
Di balik pertandingan bersejarah itu, Nishino merancang timnya bertahan total. Ia menerapkan man-to-man marking ketat yang didasari kedisiplinan para pemain. Brasil yang mengandalkan kemampuan individu para pemain sulit berkembang dalam pertandingan tersebut.
Menariknya, saat menangani Gamba Osaka dari 2002 hingga 2011, Nishino mampu memperlihatkan kebolehannya dalam meracik taktik menyerang. Penampilan Gamba Osaka di liga Jepang tahun 2007 bisa menjadi rujukan. Saat itu, meski hanya mampu finish pada peringkat ketiga, Gamba Osaka menjadi tim paling tajam di liga dengan mencetak 71 gol dalam 34 pertandingan.
Satu musim setelahnya, meski keteteran di liga, Gamba Osaka berhasil meraih gelar Liga Champions Asia dengan mencetak 27 gol di sepanjang turnamen, dan berhasil mengalahkan Adelaide United dengan agregat 5-0 di pertandingan final.
Saat ini Nishino mencoba memadukan kedua gaya dengan karakter sepakbola Jepang, “Japanese style of play”, yang mengandalkan kecepatan, kelincahan, kerja keras, dan kedisiplinan. Sementara kerja keras dan kedisiplinan bisa diterapkan saat tim dalam fase bertahan, kelincahan dan kecepatan bisa menjadi senjata andalan saat menyerang.
Sayangnya, timnas Jepang ternyata belum mampu menerapkan keinginannya itu dengan baik. Mereka belum memiliki keseimbangan. Saat menyerang, pertahanan mereka rentan. Dan saat banyak bertahan, mereka tak tahu bagaimana caranya melakukan serangan.
Dengan pendekatan seperti itu, Nishino tentu tak boleh menerapkan taktik sembrono saat menghadapi Kolombia. Daripada kembali mencoba skema tiga bek yang digunakan saat kalah dari Ghana dan Swiss, Jepang lebih baik bermain dengan formasi 4-2-3-1, formasi yang mereka gunakan saat mengalahkan Paraguay pada awal Juni 2018.
Goku Sakai, Gen Shoji, Maya Yoshida, serta Yuto Nagatomo bisa menjadi pilihan di lini belakang. Dengan kecepatan yang dimiliki pemain-pemain sayap Kolombia, dua full-back Jepang, terutama Nagatomo yang kemungkinan akan berhadapan dengan Juan Cuadrado, harus hati-hati saat membantu serangan.
Sementara Hotaru Yamaguchi dan Makoto Hasebe bisa menjadi pilihan di depan garis pertahanan. Keduanya mempunyai kemampuan bagus dalam melindungi pertahanan tim. Di sini, konsentrasi Hasebe dalam melindungi pertahanan akan diuji langsung oleh James Rodriguez, playmaker Kolombia.
Di sektor gelandang serang, Jepang mempunyai banyak pilihan. Nishino bisa memainkan Kagawa, Honda, Gaku, Inui, dan Haraguchi. Dari gelandang-gelandang serang ini, Gaku, yang mempunyai kemampuan bertahan lebih baik dari gelandang serang Jepang lain, bisa dimainkan di sisi kiri untuk membantu Nagatomo membatasi pergerakan Cuadrado. Di sisi kiri dan posisi nomor 10, Nishino bisa memainkan Haraguchi dan Shinji Kagawa
Jika kondisi fit, terutama karena kemampuan bertahan, Okazaki akan menjadi pilihan tepat di lini depan. Ia akan sangat membantu transisi bertahan Jepang. Namun, Nishino bisa menggunakan Yuya Osako jika ingin menjembatani kreativitas para gelandang serang. Pasalnya, di antara penyerang Jepang lain, Osako yang paling mahir menahan bola.
Menanti Kombinasi Cuadrado, James Rodriguez, dan Falcao
Pada Piala Dunia 2014, Kolombia mampu tampil mengejutkan meski tak diperkuat oleh Radamel Falcao. Saat itu mereka terutama mengandalkan James Rodriguez dan Juan Cuadrado. Keduanya tampil apik di sepanjang turnamen. James Rodriguez bersama Thomas Mueller berhasil menjadi top skor turnamen dengan torehan 5 gol, Cuadrado berhasil menjadi pemain paling banyak mencatatkan assist pada Piala Dunia 2014 dengan 4 assist.
Kini Falcao bisa tampil, dan penggemar Kolombia tentu berharap timnya dapat finish lebih baik pada Piala Dunia kali ini, atau setidaknya bisa kembali menembus babak perempat final seperti 2014. Falcao masih belum kehilangan ketajamannya, sementara Cuadrado dan James Rodriguez sudah jauh berkembang daripada empat tahun lalu.
Dalam pertandingan pembuka melawan Jepang, ketiga pemain ini agaknya akan langsung menjadi andalan Pekerman. Bermain dengan formasi 4-2-3-1, James akan bermain di posisi nomor 10 untuk menyuplai Falcao. Jika diperlukan, ia bisa bermain sedikit ke belakang yang sering ia lakukan di Bayern Muenchen musim lalu.
Selain akan sangat berguna saat Kolombia ingin melakukan serangan cepat, James mampu tampil apik saat bermain di posisi nomor 8 itu. Di Bundesliga musim lalu, ia berhasil mencetak 6 gol dan mencatatkan 11 assist saat bermain di posisi tersebut.
Peran Rodriguez dalam menyuplai Falcao juga bergantung kinerja Carlos Sanchez, yang kemungkinan besar akan berperan sebagai holding midfielder Kolombia. Dalam skema Pekerman, Sanchez merupakan salah satu pemain kunci.
Selain bertugas mengatur tempo permainan tim, Sanchez bisa bermain lebih dalam, berdiri di antara dua bek tengah Kolombia, saat timnya melakukan build-up serangan dari lini belakang. Namun, Sanchez sepertinya tak akan leluasa melakukan tugasnya itu mengingat Jepang memiliki Shinji Okazaki yang bagus dalam mengganggu build-up serangan lawan.
Sementara Cuadrado akan sangat diandalkan di sisi kanan lini serang Kolombia. Terlebih, Pekerman memang gemar melakukan serangan dari sisi lapangan. Pada Piala Dunia 2014, pendekatan Pekerman itu sukses menghasilkan 4 assist yang dicatatkan Cuadrado.
Dengan Falcao, serta bantuan dari Santiago Arias, full-back kanan Kolombia, Cuadrado seharusnya mampu melakukan tugasnya sebaik pada Piala Dunia 2014. Artinya, jika tidak ingin dieksploitasi, Nagatomo harus sering mendapatkan bantuan, terutama dari pemain di depannya.
Bagaimana dengan Radamel Falcao? Sebagai target-man, Falcao tak akan banyak terlibat saat timnya membangun serangan. Meski begitu, dua bek tengah Jepang harus tetap mewaspadai setiap pergerakannya. Biar bagaimanapun, Falcao adalah salah satu pamungkas serangan terbaik Kolombia saat ini.
Menariknya, meski diunggulkan, Jose Pekerman memilih berhati-hati menjelang pertandingan. Dalam konferensi pers pada Minggu (17/6/18), ia mengatakan, ”Kami siap menghadapi kualitas Jepang. Di Piala Dunia tidak ada tim pertama, kedua, atau ketiga ... Itu semua berdasarkan pengalaman.”
Namun, pengalaman juga mengatakan bahwa dalam pertemuan terakhirnya pada Piala Dunia 2014, Kolombia menghabisi Jepang dengan skor 4-1.
Editor: Zen RS