Menuju konten utama

Kobe Bryant: tentang Helikopter dan Kerja Kerasnya

Kobe Bryant mulai menggunakan helikopter setelah tingkat kemacetan di Los Angeles sudah tak bisa lagi ditolelir.

Kobe Bryant: tentang Helikopter dan Kerja Kerasnya
Los Angeles Lakers Kobe Bryant berbicara kepada wartawan saat konferensi pers di El Segundo, California, Selasa, 30 April 2013. AP / Damian Dovarganes

tirto.id - Lebih dari sepekan lalu dunia dikejutkan dengan tewasnya megabintang basket NBA, Kobe Bryant, bersama putri keduanya yang baru berusia 13 tahun, Gianni Bryant, akibat kecelakaan helikopter. Selain mereka terdapat pula beberapa korban lain: John Altobelli (pelatih kepala Orange Coast College Pirates) beserta keluarga, Keri dan Alyssa Altobelli, Sarah dan Payton Chester (pemain dalam tim basket yang dilatih Bryant), Christina Mauser (asisten pelatih Kobe di tim basket yang dilatihnya), serta sang pilot, Ara Zobayan.

Helikopter tipe Sikorsky S-76B yang ditumpangi rombongan tersebut sedianya akan membawa mereka ke Thousand Oaks, California. Namun, kabut tebal yang menyelimuti area perbukitan membuat navigasi helikopter rusak sebelum akhirnya terjatuh di Calabasas, California.

Kematian Kobe yang mendadak terasa menyayat bagi banyak orang. Ia adalah seorang legenda basket yang, menurut Chris Herring dari Fifty Thirty Eight, “tak akan pernah tergantikan”. Perpaduan antara bakat, kerja keras yang nyaris tanpa jeda, hingga jiwa kompetitif yang disetel mentok, membuatnya sukses bergelimang gelar: 5 cincin juara NBA, 4 gelar MVP All-Star, 2 gelar MVP final, hingga 1 gelar MVP reguler.

Robert, mantan pelatih fisik timnas basket Amerika Serikat, akan selalu ingat bagaimana Kobe mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade 2012.

Kala itu, dalam sebuah training camp di Las Vegas, Kobe akan bangun pada pukul empat pagi, mulai berlatih pada pukul setengah lima, berlatih sprint hingga pukul enam, berlatih beban hingga pukul tujuh, dan melakukan 800 tembakan dari pukul tujuh hingga pukul sebelas. Setelah semua selesai, barulah ia bergabung latihan bersama timnas Amerika hingga pukul satu siang.

Dan Kobe melakukan rutinitas itu semua setiap hari.

Sementara itu, dalam salah satu tulisan di The Players Tribune, Devean George, mantan rekan Kobe di LA Lakers, akan mengingat Kobe lewat cara agak lain: Kobe, demikian kenang George, adalah satu-satunya pemain Lakers yang bisa menghafal seluruh lirik lagu dalam album terbaru Jay-Z hanya selang satu hari setelah album tersebut diluncurkan ke pasaran.

Bagaimana caranya? Tidak ada yang tahu. “Itu luar biasa sekaligus tak masuk akal,” kata George.

Adapun, Brian Phillips, salah satu penulis olahraga kawakan di Amerika, tak akan pernah lupa bagaimana etos kerja keras Kobe. Dalam obituari untuk mendiang yang berjudul Kobe Always Showed His Work. So We Have to Remember Him, Too, Phillips menulis:

“Kobe selalu menilai bahwa basket adalah olahraga yang tidak bisa disetir seenak jidat oleh takdir. Bagi Kobe, juara adalah tentang 1000 repetisi latihan. Dan saat ia mampu terus berjalan di tengah lawan-lawan yang berjatuhan, itu karena kakinya 10.000 kali lebih teruji dari lawan.”

Helikopter: Perihal Waktu

Rick Reilly, kolumnis ESPN, mendapatkan kesan yang sama terkait betapa sakleknya Kobe dalam berlatih ketika mereka pertama bertemu tahun 2009. Ia tahu jarak antara Orange County, kediaman Kobe, ke Staples Center, markas LA Lakers, hanya satu jam perjalanan darat. Ia juga tahu, Kobe punya Ferrari yang bisa membabat jarak tersebut menjadi sepelemparan batu.

Namun, yang bikin Reilly jadi bertanya-tanya: mengapa Kobe kadang-kadang memilih naik helikopter untuk menempuh jarak sedekat itu?

Reilly bertemu Kobe pada hari Minggu, dan hari Minggu, kata sang legenda, sering kali membuatnya merasa khawatir. Setiap hari Minggu ia seharusnya menghabiskan waktu bersama kedua putrinya, 6 tahun dan 2 tahun, entah dengan menonton kartun atau pergi Disneyland. Sayangnya, pada Minggu itu ia tak bisa, sebab Lakers akan bertanding melawan Clippers dan Kobe biasa menyambut pertandingan dengan persiapan penuh.

Ia harus keluar dari rumah pada sekitar pukul tujuh pagi, melakukan latihan fisik pukul setengah delapan pagi, berlatih menembak pukul setengah sembilan pagi, berada di hotel pukul dua belas siang, berangkat menuju ke Staples Center pada pukul lima lebih sedikit, dan sesampainya di rumah lagi, ia jarang mendapati kedua anaknya masih terjaga.

Maka, jika ia punya kesempatan untuk membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anaknya sekaligus, ia akan memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya kendati ia harus naik helikopter sekalipun.

“Kadang-kadang,” kata Kobe, “Ada satu-dua yang benar-benar tak boleh Anda lewatkan.”

“Seperti apa?” tanya Reilly.

“Seperti pertandingan sepakbola anak perempuanku. Bagaimana seandainya aku melewatkan gol pertamanya?”

Petualangan Kobe bersama helikopter dimulai ketika tingkat kemacetan di Los Angeles sudah tidak bisa lagi ditolerir. Saat itu, katanya, macet seringkali membuatnya telat sampai ke rumah. Jika semula ia bisa sampai ke rumah dalam kurun waktu 30-40 menit, macet bisa membuatnya sampai rumah dalam waktu sekitar satu jam.

Masalahnya, waktu 10-20 menit ternyata sangat penting bagi Kobe. Ia punya dua kegiatan favorit yang tak bisa diganggu oleh kemacetan: menambah porsi latihan dan menjemput anak-anaknya pulang dari sekolah.

“Aku seringkali terjebak macet dan tak bisa menjemput anakku pulang dari sekolah. Maka, aku harus mencari cara agar aku tetap bisa berlatih secara fokus tapi tidak mengganggu waktuku bersama keluarga. Sejak itulah aku menggunakan helikopter, dan aku bisa pulang ke rumah dari tempat latihan hanya dalam waktu 15 menit,” kata Kobe, dilansir dari Essence.

Untuk itu, Sikorsky S-76B lantas menjadi pilihan Kobe. Helikopter mewah yang biasa digunakan mengangkut tamu-tamu VIP itu didesain nyaman, bisa menampung 12-13 orang penumpang, dan yang terpenting dapat membantu Kobe memanfaatkan waktu sebaik-baiknya—baik itu untuk basket atau keluarganya.

Membungkam Prediksi

Rob Pelinka, manajer umum LA Lakers, tahu betul kalau Kobe memang Kobe kerap menggunakan helikopter. Pada tahun 2017, ia pernah diajak Kobe terbang menggunakan helikopter, lebih tinggi dari gedung-gedung pencakar langit di kota Los Angeles. Namun, ketika semuanya tampak baik-baik saja, Kobe tiba-tiba melakukan manuver militer dan mematikan mesin di udara.

Kejadian itu bikin Pelinka kaget dan sempat membuatnya berpikir yang tidak-tidak — dari berpikir tentang kematian hingga kemungkinan terkena serangan jantung. Namun, setelah melihat Kobe tersenyum, ia tahu bahwa ia akan baik-baik saja.

Selain untuk memanfaatkan waktu dan sesekali menggoda Pelinka, Kobe terbiasa bepergian dengan helikopter agar kondisinya tetap bugar. Ia tahu bahwa karier basketnya tak akan bertahan selamanya dan cedera bisa membuat semuanya berakhir lebih cepat.

Maka, ketika ia mulai “kesakitan” saat berada di dalam mobil terlalu lama, helikopter bisa membuatnya terus melaju meskipun banyak orang mengatakan sebaliknya.

Infografik Kobe Bryant

Infografik Kobe Bryant. tirto.id/Sabit

Menurut Brian Phillips, dalam tulisannya di Grantland, banyak orang sebenarnya menilai bahwa Kobe seharusnya pensiun pada 2015, ketika usianya telah 36 tahun. Pasalnya, alih-alih menjadi juru selamat Lakers, ia justru lebih sering menjadi pesakitan.

Selain juga karena sering cedera, akurasi tembakannya juga kian menurun. Lakers juga lebih sering kalah. Banyak orang khawatir, jika Kobe terus bermain, ia akan kehilangan martabatnya sebagai pemain besar, jatuh secara mengerikan dan memalukan.

Namun, Kobe tak ambil pusing dengan anggapan orang. Setelah penampilan ampasnya di sepanjang musim 2014-2015, ia berhasil bangkit pada musim terakhirnya, musim 2015-2016. Meskipun ia rata-rata ia hanya mampu mencetak 17,3 angka, ia mampu tampil dalam 66 laga atau hampir separuh lebih banyak dibanding musim sebelumnya.

Dalam pertandingan terakhirnya menghadapi Utah Jazz di Staples Center, Kobe tampil menggila: mencetak 60 angka, membuat sebagian besar fans Lakers di Staples Center mengepalkan tangan ke udara.

Dalam laga yang berlangsung pada April 2016 itu, Kobe sudah berusia 37 tahun, tapi masih tampak seperti anak muda yang ganas dan bisa mengalahkan siapa saja: tembakannya akurat, lompatannya lebih tinggi daripada pemain lainnya, dan ia masih pantas untuk menjadi seorang juara.

Setelah laga itu Kobe pun mendapatkan pujian dari banyak orang, termasuk orang-orang yang sempat meragukannya.

Magic Johnson menyebutnya “sebagai pemain yang kehebatannya paling dekat dengan Michael Jordan.” Adam Silver, komisioner NBA, mengucapkan terima kasih “atas 20 tahun karier yang luar biasa dan penuh kenangan.” Sedangkan Chris Mannix mencuit:

“Bertahun-tahun dari sekarang, kita tak ingat Kobe Bryant yang rusak dan usang ini. Kita akan mengingatnya sebagai salah satu shooting guard terbaik sepanjang masa.”

Saat segala pujian untuknya belum selesai, pada Minggu (26/01/2020) yang naas itu, Kobe kembali terbang tinggi. Hanya saja, kali ini ia tak akan lagi kembali. Tak akan pernah terganti.

Baca juga artikel terkait KOBE BRYANT atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Eddward S Kennedy