Menuju konten utama
Misbar

Knock Down The House: Kisah Alexandria Ocasio-Cortez Menuju Kongres

Kilas balik perjuangan Alexandria Ocasio-Cortez ke Kongres

Knock Down The House: Kisah Alexandria Ocasio-Cortez Menuju Kongres
Foto misbar Knock Down The House

tirto.id - Alexandria Ocasio-Cortez tengah bersiap di ruang ganti. Sembari menggambar alis, ia menuturkan di hadapan kamera bahwa merias diri bagi perempuan melibatkan banyak sekali keputusan seputar menampilkan diri pada dunia luar. Tak seperti laki-laki yang sudah memiliki standar baku berpenampilan, entah itu setelan jas formal atau kemeja cerah dengan lengan yang digulung.

Melihat kilas balik Alexandria Ocasio-Cortez (selanjutnya AOC) mencalonkan diri sebagai anggota Kongres membuat kita menyaksikan langsung bagaimana perempuan ini berjuang menghadapi banyak sekali tantangan sosial dan politik. “Orang bilang lawan-lawan politik takkan berhenti merongrong sampai aku tak lagi berani tampil lagi di publik.”

Knock Down the House (2019) mengajak penonton menyusuri jejak kampanye empat perempuan tangguh pada Pemilu Sela Amerika Serikat (Midterm Election) pada 2018. Ada AOC, keturunan imigran Amerika Latin di New York yang hidup dengan kondisi ekonomi pas-pasan dan segala keterbatasan akses fasilitas publik seperti kesehatan, pendidikan murah, hingga pekerjaan.

Ada pula kisah Amy Vilela di Las Vegas, Nevada, yang harus kehilangan putrinya di ruang gawat darurat karena ia tak dapat menunjukkan bukti asuransi. Lalu ada Paula Jean Swearingen, anak seorang penambang batu bara di Virginia Barat yang menyaksikan secara langsung bagaimana polutan dan limbah industri telah membunuh keluarga dan tetangganya. Juga ada Cori Bush, perawat dan juga pendeta di distrik St. Louis, Missouri yang geram atas pembunuhan remaja keturunan Afrika-Amerika oleh seorang polisi kulit putih pada 2014.

Mereka semua perempuan yang memutuskan untuk melawan, terlepas dari terbatasnya pengalaman atau modal yang dimiliki. Empat perempuan ini berjuang bersama gerakan akar rumput Brand New Congress dan Justice Democrats untuk menantang petahana Demokrat yang telah lama berkuasa di Kongres. Perjuangan mereka didokumentasikan oleh pasangan Rachel Lears dan Robin Blotnick. Lears duduk di bangku sutradara dan Blotnick bertugas sebagai editor.

Awalnya Lears sedang mencari kandidat untuk film dokumenternya, perempuan yang mencalonkan diri ke kongres dan berani menantang status quo. Saat itu pula, Brand New Congress dan Justice Democrats menghubunginya. Organisasi akar rumput tersebut tengah merekrut kandidat dari luar kongres untuk bersaing dengan para petahana yang dimodali korporasi-korporasi besar. Mereka menyortir sekitar 10.000 kandidat dan bersepakat mengirim cerita menarik untuk dijajaki Lears. Setelah melakukan wawancara video dengan puluhan karakter, Lears pun mengerucutkan pilihannya pada empat profil potensial.

AOC adalah kandidat yang paling disorot dalam dokumenter berdurasi 86 menit ini. Trailernya yang sudah lama muncul di Netflix mengumumkan:“Alexandria Ocasio-Cortez dan tiga perempuan lainnya yang maju ke Kongres”. Yang paling menonjol dalam trailer tersebut adalah AOC beserta pengalamannya sebagai bartender hingga masa kecilnya yang jauh dari berkecukupan. Di dalam film pun, penonton dibawa mengarungi kehidupan pribadi gadis dari Bronx, New York, itu. Penonton diajak bersimpati terhadap perjuangan AOC sekaligus bangga terhadap keberaniannya menantang Joe Crowley, politisi Demokrat yang sudah mewakili distrik ke-14 New York selama 12 tahun.

Cerita AOC terlihat paling menonjol di film karena kebetulan Lears juga tinggal di New York, sehingga memudahkan ia dan suaminya mendokumentasikan kegiatan gadis Bronx itu sejak awal masa kampanye. Tapi lebih dari itu, dia adalah ikon pembaharu politik Amerika dengan segala atributnya: sosialis, perempuan, kulit berwarna, dan kelas pekerja.

Namun, dominannya porsi cerita AOC pun tidak sia-sia. Ia membuktikan dirinya pantas mendapat sorotan. AOC adalah karakter yang berani berkonfrontasi langsung dengan Crowley. “Kesalahan besar jika kita tetap percaya bahwa pemimpin yang sama akan mengeluarkan kita dari semua kekacauan ini!” gugat AOC pada debat kongres, seminggu sebelum pemilu.

Kekacauan yang dimaksud AOC adalah hilangnya 10.000 kursi Demokrat di seluruh parlemen Amerika serta keoknya partai tersebut pada Pilpres 2016.

INFOGRAFIK Knock Down The House

undefined

Selama proses pembuatan film, Blotnick telah mengira AOC akan menjadi bintang. Pasalnya, sebulan setelah disumpah sebagai anggota kongres, AOC sudah membuat publik dan pemerintah oposisi tertegun. Dalam video berdurasi lima menit yang dimuat Independent, AOC yang menjadi anggota kongres termuda mengajak sejumlah anggota dewan pengawas keuangan kampanye politik untuk lebih berani bertindak untuk mengawasi aliran uang selama pemilu.

Gugatan AOC di Kongres lantas jadi viral dan membuat banyak orang sadar betapa bobrok sistem pemilihan di AS. AOC menyerang kebijakan terkait dana kampanye karena selama ini para pejabat politik AS rata-rata didanai perusahaan besar yang akhirnya berdampak pada terciptanya kebijakan pro-pemodal alih-alih pro-rakyat.

AOC juga memperkenalkan resolusi Green New Deal bersama Ed Markey dari Demokrat. Konsep Green New Deal sendiri telah ada selama satu dekade terakhir. Namun sejak AOC mempromosikannya, program pencegahan perubahan iklim dan ketimpangan ekonomi ini langsung populer. April lalu, AOC menarasikan sebuah film pendek karya Naomi Klein dan Avi Lewis berjudul A Message from the Future yang berisi visi masa depan program Green New Deal.

Knock Down the House tak luput merekam saat-saat menegangkan di mana para kandidat harus siap atas segala kemungkinan, termasuk kekalahan. Kemenangan AOC dan adegan ketika ia memandang Capitol Hill (tempat Kongres berkantor) dijajarkan dengan kesedihan Amy, Paula, dan Cori yang kalah di bilik suara. Lears sendiri awalnya tak memprediksi AOC menang. Namun kenyataan berkata lain. AOC memenangkan 57,13% suara sementara Crowley mendulang 42,50%.

Terlepas dari sentralitas persona AOC, Knock Down the House ini berhasil merekam perjuangan tidak hanya empat perempuan yang maju menentang petahana dan pemilik modal, tapi juga pekerjaan besar yang dilakukan Brand New Congress, Justice Democrats, dan juga tim kampanye di belakangnya. Dokumenter ini adalah sebuah catatan betapa pentingnya gerakan akar rumput mendorong orang-orang biasa yang minim karir politik namun punya visi yang kuat dan komitmen ke rakyat pekerja untuk merebut posisi-posisi strategis yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan kebijakan pro-rakyat

Baca juga artikel terkait RESENSI FILM atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Film
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Windu Jusuf