Menuju konten utama

KKP Ungkap Asal Nama Susu Ikan sebagai Alternatif Susu Sapi

Susu ikan merupakan salah satu produk turunan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) dengan bentuk yang menyerupai susu bubuk berwarna putih.

KKP Ungkap Asal Nama Susu Ikan sebagai Alternatif Susu Sapi
susu ikan diluncurkan KKP dan Kementerian Koperasi-UMKM untuk dukung asupan protein masyarakat (FOTO/dokumentasi Humas Ditjen PDS). tirto.id/Nabila Ramadhanty

tirto.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjelaskan asal nama susu ikan yang sedang ramai dibicarakan saat ini. Susu ikan ramai dibicarakan usai disinggung Presiden terpilih, Prabowo Subianto, sebagai alternatif susu sapi untuk program makan bergizi gratis.

Susu ikan merupakan minuman protein salah satu produk turunan dari Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang diolah dan disajikan menyerupai susu. Produk ini merupakan salah satu hasil hilirisasi perikanan yang saat ini terus digalakkan KKP.

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistyo, menyampaikan nama susu ikan adalah label dari inovasi produk turunan HPI. Diberi nama susu ikan bertujuan mudah dikenal dan dikonsumsi masyarakat, karena bentuknya menyerupai susu bubuk.

“Jadi bukan dalam arti susu yang sebenarnya, melainkan susu analog hasil dari HPI," terang Budi melalui keterangan resminya yang diterima Tirto, Kamis (12/9/2024).

Adapun HPI, adalah ekstrak protein ikan hasil penelitian tim bioteknologi Litbang KKP tahun 2017 dengan memanfaatkan ikan rendah ekonomi, seperti ikan petek, ikan selar, ikan tamban, dan ikan belok. Industri ini akan menjadi faktor penting pemicu meningkatkan kesejahteraan nelayan.

“Waktu itu, kami menggandeng pelaku usaha hingga dapat diakselerasi skala industri sebagai solusi swasembada protein memanfaatkan produk laut nusantara” ujarnya.

KKP Produksi Susu Ikan

susu ikan diluncurkan KKP dan Kementerian Koperasi-UMKM untuk dukung asupan protein masyarakat (FOTO/dokumentasi Humas Ditjen PDS). tirto.id/Nabila Ramadhanty

Sebagai bagian dari hilirisasi perikanan, HPI hadir untuk menjawab tantangan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang ada kendala makan ikan.

Budi mengatakan keberadaan HPI sekaligus menjadi upaya meningkatkan asupan protein harian masyarakat yang saat ini baru berada di angka 62,3 gram atau kapita per hari masih di bawah rata-rata di negara Asean. Bahkan jauh dibanding negara maju yang lelah melampaui 100 gram/kapita/hari.

“HPI hadir sekaligus jadi upaya meningkatkan asupan protein masyarakat mendukung program Makan Bergizi Gratis sebagai langkah strategis mewujudkan generasi emas Indonesia dengan semangat merdeka protein 100 gram seperti negara-negara maju,” tuturnya.

Budi menerangkan, HPI yang menjadi bahan baku utama susu ikan, memiliki karakteristik multifungsi dan praktis, sehingga dapat mendorong terciptanya inovasi produk pangan lokal unggulan lainnya melalui fortifikasi bahan makanan dan minuman.

Dia juga mengatakan, KKP juga beberapa kali memamerkan demo penggunaan HPI pada jajanan seperti cookies, cilok, kue sus, roti gambang dan aneka jenang yang semuanya tinggi protein.

“Jadi tidak hanya jadi minuman berprotein atau yang kita kenal dengan susu ikan, tapi HPI bisa digunakan sebagai bahan tambahan pangan ke beragam makanan sehari-hari,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Budi memastikan saat ini pabrik HPI sudah ada di Indramayu dengan kapasitas 30 ton/bulan untuk produk susu ikan. Pabrik tersebut sudah berjalan sejak 2021.

Di saat yang sama, KKP akan berkoordinasi erat dengan Bappenas juga mendorong replikasi di berbagai daerah pesisir di Indonesia sebagai program hilirisasi perikanan dan upaya penurunan angka stunting.

Nantinya, pabrik pengolahan HPI ini juga akan hadir di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

“Tahun ini KKP dalam proses membangun percontohan pabrik pengolahan HPI di Pekalongan,” terangnya.

Sebagai informasi, susu ikan diluncurkan KKP dan Kementerian Koperasi-UMKM di Indramayu pada 2023. Peluncuran dilakukan menjelang momen HUT Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia.

Peluncuran produk susu ikan

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki (kiri) bersama Bupati Indramayu Nina Agustina (kanan) menunjukkan produk susu ikan di Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (15/8/2023). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.

Sebelumnya, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food tengah mengkaji alternatif susu ikan untuk pemenuhan kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Jika susu ikan dapat diproduksi secara masal, maka produk tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu pengganti susu sapi.

Alternatif ini dirasa perlu, mengingat Indonesia sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan susu sapi dalam negeri secara mandiri. Dalam laporan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bertajuk Narasi Tunggal Sapi Perah pada Maret 2024, selama periode 2017-2020 produksi susu segar nasional masih minim, jauh di bawah level konsumsinya.

Pada 2017, Indonesia hanya memproduksi 918,24 ribu ton susu segar, sedangkan total konsumsi atau permintaannya mencapai 4,27 juta ton. Untuk menutupi kekurangan pasokan tersebut, pada 2017 Indonesia mengimpor susu segar sekitar 3,36 juta ton.

Jika dihitung persentasenya, selama 2017-2020 produksi susu segar Indonesia hanya mencukupi sekitar 21-22 persen dari kebutuhan konsumsi nasional. Artinya sekitar 77-78 persen kebutuhan susu nasional dipenuhi melalui impor.

“Mungkin ada produk-produk alternatif sebagai pengganti susu dari sapi. Misalnya susu dari ikan, kan, ada juga. Saya belum tahu persisnya bagaimana, tapi dari ikan. Ini pernah disampaikan juga dari beberapa tokoh masyarakat,” ujar Direktur Utama ID Food, Sis Apik Wijayanto, saat ditemui awak media usai Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Dia mengatakan, susu ikan akan menjadi alternatif sembari pemerintah menyiapkan peternakan jumbo (mega farm) sapi perah.

Baca juga artikel terkait MAKAN BERGIZI GRATIS atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Flash news
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Bayu Septianto