Menuju konten utama

Kinerja Keuangan BPJS Ketenagakerjaan pada 2017 Lampaui Target

Sebagian besar target kinerja keuangan BPJS Ketenagakerjaan selama 2017 tercatat melampaui target.

Kinerja Keuangan BPJS Ketenagakerjaan pada 2017 Lampaui Target
Seorang petugas memperlihatkan aplikasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mobile. Antara foto/abriawan abhe.

tirto.id - BPJS Ketenagakerjaan membukukan kinerja keuangan positif selama 2017. Direktur Keuangan BPJS Ketenagakerjaan, Evi Afiatin menyatakan banyak target capaian kinerja keuangan terlampaui.

Evi menjelaskan, berdasar hasil audit Kantor Akuntan Publik Kanaka Puradiredja dan Suhartono (anggota Nexia International), laporan keuangan BPJS Ketenagakerjaan mendapat predikat Wajar Tanpa Modifikasi (WTM).

"BPJS Ketenagakerjaan kembali mencatatkan kinerja keuangan yang menggembirakan untuk tahun 2017,” kata Evi di Menara Jamsostek, Jakarta, pada Selasa (8/5/2018).

Evi memaparkan pendapatan dana operasional pada 2017 terealisasi sesuai target, yakni Rp4,755 triliun. Adapun beban operasional hanya mencapai 81,18 persen dari perkiraan semula, yakni Rp4,936 triliun, atau sebesar Rp4,007 triliun.

Dia menambahkan realisasi penghasilan (beban) neto pada 2017 mencapai Rp1,299 triliun. Angka itu setara 439,82 persen dari target semula yang hanya Rp295,469 miliar.

Capaian hasil investasi neto di 2017 juga mencapai Rp672,714 miliar atau 119,45 persen dari target semula yang cuma Rp563,176 miliar.

Demikian pula total aset yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan pada 2017 telah mencapai Rp14,455 triliun. Angka itu setara 112,12 persen dari target yang hanya Rp12,892 triliun.

Untuk total dana investasi BPJS Ketenagakerjaan selama 2017, mencapai Rp10,786 triliun atau sebesar 137,82 persen dari target yang senilai Rp7,826 triliun.

Menurut Evi, pada 2017, aset BPJS Ketenagakerjaan dari Dana Jaminan Sosial (DJS) telah mencapai Rp312,309 triliun. Nilai tersebut adalah 106,17 persen dari target awal, yakni Rp294,164 triliun.

"Sehingga aset yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan sebesar Rp326,77 triliun," ujarnya.

Evi mengungkapkan bahwa aset DJS sebesar Rp306.3 triliun telah diinvestasikan pada 2017 dengan menghasilkan pendapatan investasi neto sebesar Rp27.3 triliun.

Investasi itu juga memberikan imbal hasil ke peserta Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 7,83 persen tanpa dikenakan pajak. Imbal hasil itu 3,83 persen lebih tinggi dari bunga deposito rata-rata perbankan pemerintah, yaitu 5 persen sebelum pajak atau 4 persen setelah pajak.

"Dari seluruh kriteria atas tingkat kesehatan keuangan BPJS maupuan DJS Ketenagakerjaan, yaitu rasio solvabilitas, likuiditas, BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional), maupun rasio ekuitas terhadap liabilitas tercatat melebihi batas minimal yang telah ditetapkan," ujar dia.

Saat ini, tercatat 44,99 juta pekerja terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Sebanyak 26,2 juta tenaga kerja merupkan peserta aktif dan 488.188 Pemberi Kerja aktif yang memberikan kontribusi iuran sebesar Rp56,4 triliun.

Sepanjang tahun 2017, BPJS Ketenagakerjaan juga telah membayar klaim atau pembayaran jaminan sebesar Rp25,2 triliun.

"Dan berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan oleh pihak independen, tingkat kepuasan peserta atas layanan BPJS Ketenagakerjaan sebesar 90,71 persen meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 88,20 persen," kata Evi.

Baca juga artikel terkait BPJS KETENAGAKERJAAN atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom