Menuju konten utama
Teks Khotbah Jumat

Khutbah Jumat Singkat Hari Ini: Indahnya Toleransi dalam Islam

Khutbah Jumat singkat terbaru tentang indahnya toleransi dalam agama Islam sesuai anjuran Rasulullah SAW.

Khutbah Jumat Singkat Hari Ini: Indahnya Toleransi dalam Islam
Ilustrasi toleransi dalam Islam. tirto.id/Fuad

tirto.id - Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu'alaikum warahmtullaahi wabarakatuh..

انّ الْحَمْدَللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسَتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Pada hari ini alhamdulillah kita bertemu kembali dalam majelis khotbah Jumat yang insya Allah dirahmati Allah SWT. Aamiin yaa robbal 'alamiin.

Hari ini Jumat, 24 Desember 2021, materi yang akan disampaikan mengenai indahnya toleransi dalam agama Islam.

Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pertama-tama yang ingin disampaikan kepada hadirim sekalian agar senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Seperti disampaikan pada doa di atas yang diambil dari surah Ali Imran ayat 102:

Yaaa ayyuhal laziina aamanut taqul laaha haqqa tuqootihii wa laa tamuuntunna illaa wa antum muslimuun

Yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."

Tujuan takwa di sini baik itu perkataan maupun perbuatan, dengan tujuan agar diri kita terjaga dari setiap perkataan yang menyakitkan dan perbuatan yang menyinggung orang lain.

Begitu pula takwa yang mendorong kita untuk selalu merasakan kehadiran Allah agar dekat dengan kita, sehingga diri ini tidak sedetik pun lalai dari mengingat-Nya. Aamiin allahumma aamiin.

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Islam sangat menganjurkan umatnya menjunjung sikap toleransi, tolong-menolong, hidup yang harmonis dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka.

Hal ini jelas disampaikan Allah SWT dalam firman-Nya:

لَا يَنۡهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يُقَاتِلُوۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوۡكُمۡ مِّنۡ دِيَارِكُمۡ اَنۡ تَبَرُّوۡهُمۡ وَ تُقۡسِطُوۡۤا اِلَيۡهِمۡ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُقۡسِطِيۡنَ‏

Laa yanhaakumul laahu 'anil laziina lam yuqootiluukum fid diini wa lam yukhrijuukum min diyaarikum an tabarruuhum wa tuqsituuu ilaihim; innal laaha yuhibbul muqsitiin

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Al-Mumtahanah:8)

اِنَّمَا يَنۡهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيۡنَ قَاتَلُوۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ وَاَخۡرَجُوۡكُمۡ مِّنۡ دِيَارِكُمۡ وَظَاهَرُوۡا عَلٰٓى اِخۡرَاجِكُمۡ اَنۡ تَوَلَّوۡهُمۡ‌ۚ وَمَنۡ يَّتَوَلَّهُمۡ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ

Innamaa yanhaakumul laahu 'anil laziina qootaluukum fid diini wa akhrajuukum min diyaarikum wa zaaharuu 'alaa ikhraajikum an tawallawhum; wa many yatawallahum faulaaa'ika humuz zaalimuun

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Al-Mumtahanah: 9)

Imam al-Syaukani, seperti dikutip dari laman NU Online, menjelaskan bahwa ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada kafir dhimmi.

Kafir dhimmi adalah orang-orang non-Muslim yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari perperangan dan tidak membantu non-Muslim lainnya dalam memerangi umat Islam.

Selain itu, dua ayat di atas juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang umat Islam untuk bersikap adil dalam bermuamalah dengan mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya, bahwa Allah tidak melarang umatnya untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi mereka dalam masalah agama, seperti berbuat baik dalam persoalan perempuan dan orang lemah.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Khotbah kali ini juga disampaikan sebagai pengingat kembali perihal pentingnya menjaga interaksi dengan masyarakat non-Muslim dan ini juga berhubungan dengan Hari Natal yang akan dirayakan oleh umat Non-Muslim besok hari, 25 Desember 2021.

Karenanya, dengan ini diharapkan, dalam diri kita, tertanam sikap untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan mazhab yang diyakini.

Hadirin yang berbahagia, bentuk ketakwaan lain yang perlu kita tingkatkan adalah menghindari segala yang dilarang-Nya.

Salah satu hal yang dilarang adalah mengolok-olok orang lain dan segala hal yang berkaitan dengannya, termasuk agama.

Kita adalah manusia yang sejatinya diciptakan sama sebagaimana manusia lainnya. Tidak ada perbedaan di antara kita di hadapan-Nya kecuali ketakawaan kita.

Namun, siapa yang mampu menilai ketakwaan? Tidak ada lain, kecuali hanya Allah SWT. Manusia tidak berhak menilai seseorang baik atau buruk.

Apalagi sampai mengecap orang tersebut dengan stempel negatif dengan segala macam tuduhan atau ejekan yang justru menimbulkan kegaduhan, kontraproduktif.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Masih dari situs NU dalam artikel Muamalah dengan non-Muslim, agama Islam yang diajarkan Rasulullah saw adalah agama yang toleran dengan semua perbedaan.

Bahkan, Rasulullah saw mendirikan negara yang disebut Madinah, sebuah wilayah yang terdiri dari beragam suku dan agama.

Rasul tidak membedakan umat Islam dengan umat Nasrani maupun Yahudi. Semua di mata negara adalah sama.

Begitu di Indonesia saat ini. Selagi orang tersebut berstatus sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), mereka memiliki hak yang sama di hadapan negara, baik itu beragama Islam, Kristen, Konghucu, Buddha, Hindu, atau agama lainnya.

Mereka yang bersuku Dani, Asmat, Batak, Minang, Jawa, Sunda, ataupun Betawi juga tidak memiliki perbedaan di mata negara.

Nahdlatul Ulama bahkan telah mengeluarkan sebuah keputusan yang sangat penting dalam kontek hubungan masyarakat Muslim dan Non-Muslim di hadapan negara, yakni sama-sama warga negara (muwathin).

Dengan begitu, konsekuensi hukum yang didapat di antara semua warga sama, tanpa pandang bulu, agama ataupun suku.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT, oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai seorang Muslim untuk menjaga hubungan baik kita dengan sesama warga negara, terlebih terhadap tetangga kita, meskipun berbeda agama.

Sebab, mereka adalah orang terdekat kita. Jika terjadi sesuatu di rumah, tetangga inilah orang pertama yang perlu mengambil tindakan.

Sebagai ibrah, kita perlu belajar dari Imam Hasan al-Bashri. Selama 20 tahun, beliau menampung tetesan air seni tetangganya yang bocor di rumahnya.

Tetangganya yang non-muslim akhirnya mengetahui hal tersebut sudah terjadi 20 tahun tanpa pernah ada pembicaraan dari Sang Imam membuat hati non-Muslim tersebut terenyuh.

Sikapnya tersebut membuat tetangganya memeluk agama Islam. Perilaku Imam Hasan al-Bashri ini mengikuti sebuah hadis Nabi Muhammad saw yang Artinya:

“Siapa yang menyakiti orang kafir dhimmi (kafir yang tidak memerangi umat Islam), maka sungguh ia telah menyakitiku. Dan siapa yang menyakitiku, aku akan menjadi musuhnya di hari kiamat.”

Demikianlah khotbah Jumat yang dapat disampaikan pada hari ini. Semoga kita semua diberikan kemampuan oleh Allah SWT untuk senantiasa berlaku adil kepada siapapun tanpa pandang bulu.

Kita juga berharap agar Allah SWT memberikan kita sifat tidak tega untuk membenci apalagi menyakiti orang lain.

Aamiin allahumma aamiin.

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT SINGKAT atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom