tirto.id - “Masih banyak kekurangannya. Ke depan harus lebih siap lagi.”
Pernyataan seperti itu biasanya lumrah dikatakan setiap kali seseorang mengalami kegagalan. Namun, Marcus Gideon justru mengatakan itu setelah berhasil meraih kemenangan atas pasangan Tiongkok He Jiting/Tan Qiang, dengan skor 25-27, 21-17, dan 21-15. Tak main-main, bersama Kevin Sanjaya, pebulu tangkis berusia 27 tahun itu mengalahkan pasangan Tiongkok tersebut di babak final Fuzhou China Open 2018 pada Minggu (11/11). Yang lebih istimewa lagi, kemenangan itu membuat Minions meraih 8 gelar di sepanjang tahun 2018 ini: All England 2018, Indonesia Terbuka 2018, Jepang Terbuka 2018, Denmark Terbuka 2018, China Terbuka 2018, Indonesia Masters 2018, India Terbuka 2018, dan medali emas Asian Games 2018.
Apakah ada pasangan ganda putra lainnya yang pernah meraih prestasi sebanyak itu dalam satu kalender Federasi bulu tangkis Dunia (BWF) sebelumnya? Sejarah bulu tangkis mencatat: Kevin dan Marcus adalah satu-satunya.
Kevin dan Markus memang tak pernah puas setiap kali berhasil mencatatkan prestasi. Sehabis menang, selain mengatakan bahwa mereka senang, mereka hampir selalu memperlihatkan sikap seperti belum pernah meraih apa-apa. Kata-kata seperti “masih banyak kekurangan”, “masih banyak yang perlu kami perbaiki", hingga “ke depan harus lebih baik lagi” hampir selalu mereka ucapkan di dalam jumpa pers setelah pertandingan. Para jurnalis barangkali sampai bosan mendengarnya, tapi Kevin dan Marcus tetap tak pernah bosan mengatakannya.
Yang menarik, sikap Minions itu ternyata sangat bertolak belakang saat berada di atas lapangan. Kevin dan Marcus nyaris tidak terlihat sebagai pasangan yang rendah hati. Rasa percaya diri mereka begitu tinggi. Sebuah tingkat kepercayaan diri yang bisa membuat mereka dipandang arogan oleh para pemain lawan. Namun, sekali lawan diserang oleh rasa percaya diri itu, mereka tak akan pernah bisa keluar dari malapetaka. Pukulan-pukulan mereka tiba-tiba tak berarah, ide sulit muncul di kepala, dan angka demi angka dibuang sia-sia. Setelah itu, akhir pertandingan pun bisa ditebak dengan mudah: Kevin dan Marcus menang.
Sempat Tak Dianggap
Kevin dan Markus berpasangan karena musibah. Pada tahun 2015, Markis Kido, pasangan sekaligus senior Marcus, mengalami sakit pinggang dan menyuruh Marcus mencari pasangan lain. Marcus tak kunjung menemukan pasangan tepat, sampai akhirnya ia bertemu dengan Kevin Sanjaya, yang juga baru saja ditinggal Stevanus Gabriel karena sakit.
Semula, pasangan itu dinilai tidak menjanjikan – bahkan terkesan diremehkan. Postur Kevin dan Marcus menjadi salah satu penyebabnya. Tinggi Kevin hanya 1,7 meter, sementara Marcus dua centimenter lebih pendek. Selain itu, kedua pemain tersebut juga sempat kesulitan untuk beradaptasi.
Namun, keraguan itu akhirnya dibayar tuntas dengan kelebihan dua pemain itu yang tidak mampu dilihat orang-orang. Taufik Hidayat, legenda bulu tangkis Indonesia, pernah bilang bahwa duet ini merupakan pekerja keras. Di samping itu, Marcus dan Kevin adalah pemain yang gesit dan cerdas. Kelak, postur mereka yang mungil itu justru menjadi salah satu kelebihan mereka, membuat mereka mendapatkan julukan Minions dari para pecinta bulu tangkis Indonesia.
Menyoal adaptasi, menurut Marcus, mereka berdua lantas sering-sering ngobrol, berdiskusi, hingga pada akhirnya mampu nyetel dan menemukan gaya permainan yang cocok untuk mereka.
Dari situ, mereka kemudian berhasil meraih gelar China Thaipei Grand Prix 2015, gelar pertama bagi mereka. Seiring berjalannya waktu, trofi-trofi lainnya hanya menunggu waktu untuk digenggam. Pada tahun 2016 Minions berhasil meraih gelar superseries pertama mereka, yakni gelar Malaysia Terbuka 2016. Setelah itu, gelar Australia Terbuka 2016 dan China Terbuka 2016, yang berkelas superseries premier, juga berhasil mereka raih.
Meski begitu, Kevin dan Marcus baru benar-benar mendapatkan lampu sorot setelah memenangi All England pada 2017 lalu. Alasannya pun bisa dimengerti. Masa depan atlet bulu tangkis biasanya dapat dilihat dari pencapaian di turnamen bulu tangkis paling tua di dunia tersebut.
Herry IP, pelatih ganda putra Indonesia, adalah salah satu orang yang berpendapat seperti itu. Selain teknik, ia percaya bahwa mental bertanding akan bepengaruh besar terhadap hasil pertandingan. Jika seorang pemain bulu tangkis berhasil menjadi juara dalam gelaran yang menurut Herry sebagai “salah satu tempat ujian untuk pemain bulu tangkis” tersebut, tingkat kepercayaan diri mereka akan meningkat drastis.
Kala itu, di babak final All England 2017, Marcus dan Kevin berhasil mengalahkan pasangan China, Li Junhui dan Liu Yuchen, dua set langsung. Minions tak menyangkan bahwa berhasil jadi juara. Bagi mereka, itu seperti mimpi di siang bolong.
“Saya tidak mengharapkan bisa menang All England secepat ini; ini seperti sebuah mimpi yang berubah menjadi nyata,” tutur Kevin, dilansir dari The Jakarta Globe. Belum puas, pebulu tangkis berusia 23 tahun itu lantas menambahkan,”All England adalah mimpi masa kecil saya.” Sementara itu, Marcus hanya sedikit bicara, “Saya masih tidak percaya bahwa kami berhasil menjadi juara.”
Karena gelar tersebut, prestasi Kevin dan Marcus juga mengalami peningkatan tajam. Saat pertama kali berpasangan, mereka hanya berada di peringkat ke-125 dunia BWF. Namun, setelah menjadi juara All England, mereka nangkring di peringkat 1 dunia. Hebatnya, dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia, mereka memilih tetap merendah.
“Saat ini kalian menjadi tumpuan di sektor ganda putra, apakah kalian merasa terbebani?” tanya seorang pembaca CNN Indonesia.
“Masalah menjadi tumpuan, kita, ya, tidak mau ambil pusing. Kita harus tetap menjadi diri sendiri. Tetep selalu pengen ngasih yang terbaik... Ya, sama seperti sebelum-sebelumnya lah. Mau dianggap atau enggak, kita akan selalu bermain apa adanya," kata Kevin santai.
Seperti apa yang dibilang Herry IP: setelah menyelesaikan ujian di All England, rasa percaya diri Marcus dan Kevin jelas-jelas melonjak drastis. Alhasil: Minions menambah 5 gelar super series lagi di sisa 2017 lalu. Gelar-gelar itu pun bukan gelar sembarangan. Tiga di antaranya adalah turnamen super series dan satu di antaranya adalah gelar BWF Super Series Final 2017. Gelar-gelar itu lantas membuat Kevin dan Marcus semakin berdiri kokoh di peringkat 1 dunia BWF pada akhir 2017.
Setelah itu, kalender tahun 2018 dibuka. Marcus dan Kevin pun memulai perjalanan panjangnya untuk menciptakan sebuah catatan bersejarah yang lantas mendorong harian Jawa Pos membuat judul “Terbaik di Seluruh Era” pada Senin 11 November 2018 lalu. Kini mereka tinggal menatap dua target penting yang belum pernah mereka persembahkan untuk Indonesia: gelar BWF World Championship serta medali emas Olimpiade.
Kalian pasti bisa, Minions!
Editor: Nuran Wibisono