Menuju konten utama

Ketua Komis A DPRD DIY Minta UII Jelaskan Kegiatan Mapala

Eko Susanto menyayangkan proses rekrutmen anggota baru mapala yang berakhir dengan petaka, hingga mengakibatkan korban jiwa.

Ketua Komis A DPRD DIY Minta UII Jelaskan Kegiatan Mapala
Kerabat korban meningggal “The Great Camping” pendidikan dasar (diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Islam Indonesia (UII) Ilham Nurfadmi Listia Adi asal Lombok di rumah duka Rumah Sakit Bethesda, DI Yogyakarta, Selasa (24/1). Tiga mahasiswa UII yaitu Ilham Nurfadmi Listia Adi (20), Muhammad Fadhli (19), dan Syaits Asyam (19) meninggal dunia setelah mengikuti diksar Mapala UII di Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah pada 13-20 Januari 2017. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah.

tirto.id - Ketua Komisi A DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta Eko Suwanto mendesak Universitas Islam Indonesia (UII) memberikan penjelasan terbuka kepada publik menyusul tewasnya tiga mahasiswa yang mengikuti kegiatan pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam (mapala) di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Lebih lanjut Eko menjelaskan berkegiatan di alam bebas adalah hal yang positif dan bisa menumbuhkan kecintaan bagi kaum muda guna menjaga lingkungan sekitar agar lestari. Namun, yang sangat disayangkan adalah proses rekrutmen anggota baru yang justru berakhir dengan petaka, hingga mengakibatkan korban jiwa.

"Kami turut berduka cita yang mendalam atas kematian mahasiswa pecinta alam UII saat pendidikan dasar. Simpati dan doa juga disampaikan untuk keluarga almarhum diterima mulia di surga," kata Eko di Yogyakarta, dikutip dari Antara, Kamis (26/1/2017).

Oleh karena itu, Eko mendesak pimpinan UII untuk memberikan penjelasan terbuka kepada publik yang tentunya harus diikuti dengan evaluasi bersama, terkait pola-pola pendidikan dasar, materi kegiatan untuk proses rekrutmen anggota baru ke depan.

Eko juga menjelaskan kegiatan alam bebas memang butuh fisik yang prima dan latihan rutin agar bisa selamat dalam berkegiatan di lapangan. Namun Eko juga menyayangkan jika senior memberikan hukuman fisik di luar batas kewajaran. Rektorat juga tidak boleh lepas tangan.

"Peristiwa ini terjadi juga akibat lemahnya pendampingan dan pengawasan kegiatan ekstra kurikuler. Setelah meninggalnya mahasiswa STIP, lalu mahasiswa UII, Menteri seyogyanya lakukan evaluasi sistem pendidikan tinggi kita," kata politisi muda PDI Perjuangan ini.

Sebelumnya dilaporkan, menyusul tragedi tersebut, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Harsoyo memutuskan mengundurkan diri sejak dua hari lalu, Selasa (24/1/2017).

"Sebagai tanggung jawab moral atas kejadian ini saya mengundurkan diri sebagai rektor," ungkap Harsoyo, dalam jumpa pers yang dilaksanakan di Kantor Kopertis Wilayah V, Yogyakarta, Kamis (26/1/2017).

Ia mengaku pengunduran dirinya tanpa paksaan dari pihak manapun. Ia mengatakan bahwa kejadian ini merupakan tragedi memilukan yang seharusnya tidak terjadi, sebab sebelumnya kejadian seperti ini tidak pernah terjadi.

"Kecelakaan fatal pun belum pernah terjadi, tapi ini bahkan bukan kecelakaan, sudah ada yang meninggal," ujarnya.

Harsoyo mengakui ada indikasi kekerasan dalam acara pelaksanaan. Kekerasan itu dilakukan terhadap peserta pendidikan dasar yang ikut berlatih di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah. Sayangnya indikasi kekerasan tersebut belum dapat diungkap saat ini.

Meski sudah tidak aktif sebagai rektor, ia mengatakan akan tetap mengikuti proses tersebut sampai tuntas.

Baca juga artikel terkait KORBAN MAPALA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto