Menuju konten utama

Keterbatasan & Kegagalan yang Membawa Panama ke Piala Dunia 2018

Di balik kisah heroik untuk tampil pada Piala Dunia perdananya, Panama memiliki cerita lain tentang sepakbolanya.

Keterbatasan & Kegagalan yang Membawa Panama ke Piala Dunia 2018
Skuat Timnas Panama.foto/shutterstock

tirto.id - Tinggal menghitung hari bagi Timnas Panama untuk memulai langkah mereka di Piala Dunia 2018. Negara yang kini menanjak ke peringkat 60 FIFA tersebut bakal melakoni debut pada turnamen sepakbola terbesar di dunia.

Di balik keberhasilan Panama, tak banyak yang mengetahui betapa serba terbatasnya situasi sepakbola di negara tersebut. Di negara lain seperti Inggris dan Spanyol, lumrah untuk melihat rivalitas United-City atau Barcelona-Real Madrid. Namun, hal demikian tak berlaku di Panama. Jangankan tensi panas antarklub, turnamen lokal di sana tak pernah bisa menyita jutaan, bahkan ribuan suporter.

"Klub di Panama bukan tim tradisional, mereka tak memiliki stadionnya sendiri. Anda [hanya] akan mendapati penonton sebanyak 50, 60, mungkin kadang 100. Ketika semifinal atau final, penonton akan lebih banyak," tutur eks pelatih Timnas Panama, Gary Stempel seperti dikutip ESPN.

Hal itu yang membuat kompetisi sepakbola di Panama, secara sekilas hampir tak mengundang gairah. Semua terasa berkebalikan dengan kebiasaan di negara-negara besar Eropa.

Namun siapa sangka, justru keterbatasan itu pula yang membuat kecintaan warga Panama terhadap Timnas sepakbolanya cukup tinggi. Semua orang, di setiap kota dan penjuru negeri seolah punya keterikatan kuat satu sama lain. Tak ada identitas klub yang membatasi pemain dan penonton sepakbola di Panama untuk bersatu.

"Di negara sepakbola, kecintaan pertama anda adalah klub. Gairah selalu Anda miliki setiap Sabtu sore bersama para penggemar lain. Panama tak punya itu. Kecintaan pertama orang Panama adalah pada Tim Nasional mereka," sambung Stempel yang kini melatih Timnas U-17.

Minimnya identitas kedaerahan dari pemain dan suporter sepakbola inilah menjadi faktor kunci kompaknya Timnas Panama, sehingga mampu menembus putaran final di Rusia. Skuat Panama saat ini didominasi pula oleh pemain senior yang memang sudah terbiasa bahu membahu memberikan yang terbaik bagi negaranya.

Kegagalan yang Membangun

Kiprah Timnas Panama untuk melewati kualifikasi Piala Dunia 2018 juga banyak dipengaruhi ketangguhan mental para pemainnya. Riwayat mencatat bahwa Panama sempat hampir melaju ke putaran final Piala Dunia 2014, namun kiprah mereka di babak kualifikasi saat itu dihentikan Amerika Serikat.

Sempat unggul 2-1 dari AS pada partai playoff, Timnas Panama akhirnya takluk 2-3 lantaran kelengahan yang berbuntut dua gol lawan di penghujung laga. Kegagalan ini memastikan AS lolos ke Brasil, sedangkan Panama harus gigit jari dan mengubur mimpi tampil di Piala Dunia perdananya.

Usai kegagalan tersebut, Timnas Panama berganti pelatih. Hernan Dario Gomez mengambil alih kursi kepelatihan, menggantikan arsitek sebelumnya, Dely Valdes. Di bawah tempaan Gomez, Panama menjelmas sebagai tim yang berani menghadapi kekalahan.

"Hal pertama yang saya lakukan untuk memulai Proses melatih Timnas Panama adalah dengan berkata pada para pemain seperti ini: bukan Amerika Serikat yang menggagalkan langkah kalian menuju Piala Dunia. Kalian tampil menyedihkan, dan Tuhan membuat kalian membayarnya dengan keluar dari playoff, " ujar Gomez mengenang periode awalnya melatih Timnas Panama.

Alih-alih menjadi pria yang menghibur anak asuhnya, Gomez menegaskan pada para pemain bahwa diri mereka sendiri yang menjadi penentu segalanya. Ia tak mengajak para pemain menghindari situasi menyedihkan. Baginya, segala yang ada harus dihadapi dengan badan tegak.

Langkah tersebut pada akhirnya membuat Timnas Panama bangkit dan membalaskan dendam dengan tuntas. Pada kualifikasi Piala Dunia 2018, giliran mereka yang menyingkirkan Amerika Serikat.

"Itu adalah kunci dari keberhasilan saat ini, bagaimana mereka tahu cara mengatasi kesalahan, bersatu seperti keluarga, dan menghentikan segala tekanan dari luar yang bermaksud melemahkan atau memecah belah," sambung Gomez.

Sementara itu, terlepas dari segala kegagalan pada 2014 lalu, eks pelatih Timnas Panama, Dely Valdes mengaku masih menyimpan harapan besar sebagai seorang yang mendukung negaranya. Menurut Valdes, tak ada satu pun warga negara Panama yang tak mendukung langkah skuat asuhan Hernan Dario Gomez.

"Secara pribadi, jika melihat bendera Panama dan mendengar lagu kebangsaannya [di Piala Dunia], saya mungkin akan menangis. Itu akan menjadi momen yang sangat indah," pungkas Valdes.

Pada Piala Dunia 2018, Timnas Panama yang tergabung di Grup G tak bisa bersantai. Mereka bakal bersaing dengan lawan berat seperti Belgia, Inggris, dan Tunisia. Pada laga pembuka, Roman Torres dan kawan-kawan dijadwalkan bersua Timnas Belgia di Fisht Stadium, Sochi, Senin (18/6/2018).

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Herdanang Ahmad Fauzan