tirto.id - Sistem imunitas memegang peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Sistem imunitas berfungsi sebagai pertahanan tubuh dalam melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan lainnya.
Dilansir dari Medical News Today, mereka disebut demikian karena sistem imunitas akan meningkatkan respons perlindungan ketika mendeteksi patogen seperti bakteri, virus, maupun parasit dalam tubuh. Ketika tubuh merasakan zat asing yang disebut sebagai antigen, sistem kekebalan bekerja untuk mengenali antigen dan memusnahkannya.
Setiap orang memiliki sistem imunitas yang berbeda-beda, namun seiring bertambahnya usia sistem imunitas menjadi lebih kuat. Hal ini karena orang dewasa cenderung lebih banyak terpapar patogen dan mengembangkan lebih banyak imunitas dan antibodi. Ini juga menjadi alasan mengapa anak-anak lebih sering sakit dibanding orang dewasa atau remaja.
Sel apa yang berperan dalam sistem imunitas?
Ada dua sel utama yang bertugas dalam sistem kekebalan tubuh manusia, yakni fagosit dan limfosit. Kedua sel ini sama-sama jenis dari sel darah putih atau yang juga disebut dengan leukosit. Fagosit secara umum bertugas untuk memecah patogen dan memakannya. Fagosit terdiri atas beberapa jenis, yakni neutrofil, monosit, makrofag, dan sel mast.
Sementara itu, limfosit bertugas untuk membantu tubuh mengingat patogen untuk berjaga apabila tubuh kembali diserang oleh patogen tersebut. Limfosit diproduksi di sumsum tulang. Limfosit yang hidup dan berkembang di sumsum tulang disebut sebagai limfosit B. Sementara itu, limfosit menuju ke timus dikenal sebagai limfosit T. Keduanya memiliki peran yang berbeda.
Limfosit B menghasilkan antibodi dan membantu mengingatkan limfosit T, sementara limfosit T menghancurkan sel-sel yang rusak di dalam tubuh dan membantu mengingatkan leukosit lainnya.
Apa saja jenis imunitas?
Pada dasarnya, manusia memiliki tiga jenis imunitas, yakni imunitas bawaan, imunitas pasif, dan imunitas adaptif.
Dilansir dari Kids Health, imunitas bawaan adalah imunitas yang dibawa manusia sejak lahir sebagai bentuk perlindungan umum. Sistem kekebalan ini akan menyerang benda asing di garis terdepan, termasuk penghalang eksternal tubuh. Contohnya, kulit yang bertindak sebagai penghalang untuk kuman masuk ke dalam tubuh.
Imunitas pasif merupakan imunitas yang dipinjam dari sumber lain. Imunitas pasif tidak bertahan selamanya. Kekebalan ini diperoleh manusia lewat ASI atau transfer antibodi ibu ke bayi melalui plasenta. Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari sejumlah ancaman infeksi di bulan-bulan pertamanya.
Sementara itu, imunitas adaptif merupakan imunitas yang terbentuk saat seseorang terserang penyakit atau melakukan vaksinasi. Pada kondisi tersebut tubuh manusia membangun sekumpulan antibodi yang bertugas untuk menyerang patogen. Imunitas adaptif juga dikenal sebagai memori imunologis karena sistem kekebalan kita mengingat musuh sebelumnya.
Hal ini karena ketika seseorang terinfeksi patogen dan menderita penyakit tertentu, sistem imunitas tidak hanya menyerang patogen tetapi juga mengingatnya. Begitu pula pada saat seseorang melakukan vaksin. Vaksin merupakan virus yang dilemahkan.
Sistem imunitas membutuhkan waktu beberapa saat untuk berkembang sehingga banyak ahli yang merekomendasikan pemberian vaksin, khususnya pada anak usia dini.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari