Menuju konten utama
Al-Ilmu Nuurun

Kerimov Sosok Muslim di Balik Program Antariksa Soviet

Kerim Kerimov lahir dari keluarga Muslim jadi salah satu tokoh sentral pada program luar angkasa dan rudal balistik era Uni Soviet.

Kerimov Sosok Muslim di Balik Program Antariksa Soviet
Kerim Kerimov. FOTO/Istimewa

tirto.id - Yuri Alekseyevi Gagarin tercatat dalam sejarah sebagai orang pertama yang menggapai ke luar angkasa pada 1961. Gagarin telah menjadi kebanggaan bagi Soviet. Bahkan lembaga antariksa AS, NASA menuliskan namanya sebagai "First Man in Space".

Di balik capaian Gagarin yang membanggakan, ada peran penting orang di balik layar terutama sosok Kerim Kerimov. Kerim merupakan kunci sukses program antariksa dan rudal balistik yang dikembangkan Uni Soviet. Kerim Kerimov lahir di Baku, Azerbaijan, 17 November 1917 (ada versi 14 November) dari keluarga Muslim. Orang tuanya berdarah Azerbaijan dan Rusia. Ia menamatkan pendidikan tinggi dari Azerbaijan Industrial Institute pada 1942. Ia melanjutkan pendidikan ke Dzerzhinsky Artillery Academy, salah satu akademi militer Soviet. Di Artilley Academy ini Kerim merancang sistem sebuah kendaraan luar angkasa.

Langkah perdananya dimulai dari sebuah project 'A Shop for Production of Mortar,” dan menerima penghargaan “Red Star.” Ia masuk dalam program antariksa Soviet sebagai perwira artileri muda. Kerim mengambil bagian dalam inspeksi dan peluncuran roket Katyusha di akhir Perang Dunia II. Ia sudah terlibat dalam program peluncuran roket saat masih berusia 25 tahun.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Azerbaijan, Kerimov menceritakan pada awalnya Soviet menganggap penelitian tentang kedirgantaraan, roket atau luar angkasa sesuatu yang sia-sia dan membuang-buang waktu. Joseph Stalin-pemimpin Soviet kala itu sempat melakukan penangkapan terhadap kepala ilmuwan Mikolai Tupolev dan Sergei Korolev pada 1938 dan menjebloskan keduanya dalam penjara.

Stalin berubah pikiran saat mendengar tentara Jerman telah menghasilkan roket yang digunakan dalam pemboman London. Jerman menyerang Inggris dari jarak 300 km. Saat itu Stalin mulai menyadari potensi dari teknologi tersebut.

Ia pun membebaskan kedua ilmuan untuk bergegas ke Jerman dan mempelajari tentang roket.

Pada 1946, Kerim Kerimov salah satu bagian tim Soviet yang berangkat ke Jerman. Ternyata, tak hanya Rusia yang berminat mempelajari tentang roket, Amerika Serikat juga tertarik untuk mempelajari roket Jerman. Berbagai cara dilakukan oleh Soviet dan Amerika Serikat untuk mendapatkan data terkait tentang pengembangan roket Jerman. Amerika Serikat tampak agresif dengan langsung menarik Wernher von Braun ke Amerika Serikat untuk membantu pengembangan roket. Sedangkan Kerimov dan kawan-kawan langsung mempelajarinya di Jerman dengan dahulu mempelajari roket FAU II. Setelah selesai mereka pun kembali dan mulai merancang roket sendiri.

Awalnya Kerimov yang menjadi bagian dalam Strategic Missile Forces bertanggung jawab atas rudal balistik Soviet, tak tahu tentang perkembangan selanjutnya dari proyek roket. Ia dan rekan-rekannya hanya tahu bahwa tugas mereka adalah membuat roket. Semakin jauh jarak tempuh roket itu maka semakin baik. Roket Soviet yang mereka produksi pun dua kali lebih jauh dari yang dibuat Jerman, hingga menjangkau 600 km. Dua tahun kemudian Kerimov dan kawan-kawan memproduksi roket yang mampu mencapai 1.500 km. Saat itulah mereka mulai yakin bahwa roket antar-benua berjarak 10.000 km hanya tinggal menunggu waktu saja.

Pada 26 Agustus 1957, Soviet mengumumkan telah barhasil melakukan uji coba balistik antar-benua. Pengumuman itu menimbulkan kekhawatiran besar dari Amerika Serikat. Saat itu Soviet dan Amerika Serikat terlibat dalam berbagai perlombaan teknologi. Bagi mereka, kemajuan teknologi sebagai simbol keunggulan terhadap lawan. Amerika pun membangun misil yang memiliki kecepatan 2000 mil per jam dan siap diuji coba pada tahun yang sama.

Setelah menangani rudal balistik Soviet, Kerimov kemudian bekerja di bawah komando Korolov. Mereka berperan dalam mendorong penerbangan luar angkasa Soviet. Pada November 1957 atau beberapa bulan setelah uji coba balistik antar-benua, Soviet meluncurkan satelit Sputnik ke luar angkasa dari Kapustin Yar, pusat peluncuran roket pertama Soviet.

Saat itu kekhawatiran Amerika Serikat berubah menjadi ketakutan. Setelah memperkenalkan rudal balistik antar-benua dan satelit buatan manusia pertama, Kerimov diangkat dan masuk dalam Kementerian Pertahanan Soviet. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat peluncuran Kapustin Yar.

infografik kerim kerimov

Pada 1959 Kerimov ditunjuk sebagai Kepala Ministry's Space Objects Control Department. Posisi ini membuat Kerimov mengambil peran penting dalam mengawasi peluncuran kosmodrom rahasia Soviet. Saat itu ia diberi gelar Engineer-Colonel. Namun, Kerimov nyaris kehilangan hidupnya saat pada Oktober 1960. Adik laki-lakinya tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat dari Wina menuju ke Moskow.

Kerimov pun cuti beberapa hari untuk menghadiri pemakaman adiknya. Ia pun harus melewati peluncuran rudal balistik antar-benua yang terbaru (R-16). Namun, nahas kecelakaan terjadi dalam peluncuran R-16 sehingga 126 perwira dan insinyur termasuk komandan pasukan rudal strategis Soviet juga tewas dalam kejadian itu.

“Dalam keadaan normal, saya pasti berdiri tepat di samping Marsekal Nedelin (komandan rudal strategis Soviet),” kata Kerimov seperti dikutip dari Independent

“Itu adalah cara misterius bahwa kematian saudaraku pada dasarnya untuk menyelamatkan saya."

Kejadian itu tak memupus ambisi Soviet untuk mengembangkan teknologi terbaru antariksa. Setahun kemudian pada 1961, program luar angkasa Soviet mencapai puncaknya. Soviet meluncurkan pesawat luar angkasa berawak pertama pada 12 April 1961 dari pusat peluncuran Baykonur di Lenninsk dekat Laut Aral di Kazakhstan. Gagasan mengirim orang ke luar angkasa adalah ide dari Korolev tapi ada campur tangan Kerimov.

Kerimov bertanggung jawab dalam mengawasi Yuri Gagarin dan rekan-rakannya yang akan diterbangkan ke luar angkasa dari sebelum peluncuran hingga kembali ke Bumi hingga selamat. Keberhasilan ini membuat Kerimov mendapat gelar Jenderal dari pemerintah Soviet.

Pada 1966, Kerimov diangkat menjadi Kepala State Commission for Flight Testing of Soyuz Spacecraft. Di tangan Kerimov, sebanyak delapan penerbangan manusia ke luar angkasa “Vostok” berhasil diselesaikan. Namun tantangan itu datang. Misi antariksa Kerimov gagal ketika mengirim Vladimir Komarov. Awalnya, semua tampak normal tapi tak lama kemudian terjadi kerusakan mesin yang menyebabkan pesawat luar angkasa tak dapat dikendalikan lalu jatuh.

Parasut utama yang seharusnya terbuka pada jarak tujuh kilometer sebelum sampai ke tanah ternyata tak mau terbuka.

Sehingga tak ada yang dapat mengendalikan kecepatan pesawat, Koramov pun tewas. Soviet pun terpukul dengan tragedi Komarov, karena Amerika sedang gencar-gencarnya mempelajari dan menguasai teknik docking dan rendezvoues untuk program Gemini AS.

“Secara emosional, saya berada di bawah tekanan karena ini adalah pertama kalinya salah satu kosmonot kami meninggal. Dan ya, Barat (Amerika Serikat) memang mengetahui segalanya. Mereka bahkan membuat film tentang kerugian kami,” ujar Kerimov.

Tragedi kembali terjadi menimpa Soviet pada 1971. Saat itu Kerimov menerbangkan Dobrovolsky, Volkov dan Patseyev untuk melakukan penelitian 24 hari di stasiun orbital (Soyuz 10 dan Soyuz 11). Semua tampak normal dan penerbangan mendarat kembali ke Bumi dengan normal. Namun saat membuka pintu, mereka terkejut karena ketiga kosmonot itu telah tewas.

Mereka kemudian mengetahui bahwa mereka tewas karena katup pernapasan dibuka terlalu dini sehingga terjadi perbedaan tekanan di atmosfer dan tekanan darah kosmonot. Mereka beroperasi di tempat yang sempit dan mengenakan pakaian kosmonot, nihil dari perlindungan saat udara bocor. Soviet tetap berterima kasih kepada Kerimov. Ia diberi gelar Letnan Jenderal saat mampu menggabungkan dua pesawat ruang angkasa (Kosmos 186 dan Kosmis 188) di orbit. Sebelumnya ia pernah mendekatkan dua pesawat luar angkasa tetapi belum pernah menggabungkan dua pesawat luar angkasa.

Namanya tak begitu dikenal karena semasa ia bertugas, identitas tentang Kerimov dirahasiakan termasuk keterlibatannya dalam program misil Soviet pada Perang Dunia II. Ia tetap bangga menjadi “jenderal rahasia.” Setelah 1987, surat kabar Partai Komunis Pravda mulai mempublikasikan namanya termasuk jasa-jasanya dalam program antariksa Soviet.

Ia pensiun pada 1990. Masa-masa pensiunnya dihabiskan di sebuah peternakan. Pada 1995, Kerimov menulis sebuah buku berjudul The Way to Space: The Notes of the Chairman of the State Commission. Ia menulis setiap penerbangan luar angkasa yang dilakukan Soviet termasuk kekurangannya. Semuaya ditulis dengan lengkap mulai dari tanggal, waktu penerbangan, pendaratan mereka semuanya ditulis dalam buku tersebut.

Buku tersebut juga untuk menjawab desas-desus yang mengatakan bahwa Gagarin bukanlah kosmonot pertama yang pergi ke luar angkasa, dan itu dibantah oleh Kerimov. Semua perjalanan Gagarin dan rekan-rekannya tertulis dalam buku itu. Menurut Kerimov, banyak informasi yang dipublikasikan sebelumnya adalah hasil dari propaganda. Banyak kejadian yang belum diketahui publik sehingga ia memutuskan untuk menulis semua pengalamannya.

Meski sudah pensiun, ia juga masih sering memberi masukan kepada pemerintahnya terkait program luar angkasa. Ia pun menutup usia pada 29 Maret 2003 di Moskow, dan dikenang sebagai tokoh kunci kemajuan antariksa Soviet.

Sepanjang Ramadan, redaksi menayangkan naskah-naskah yang mengetengahkan penemuan yang dilakukan para sarjana, peneliti dan pemikir Islam di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kami percaya bahwa kebudayaan Islam—melalui para sarjana dan pemikir muslim—pernah, sedang dan akan memberikan sumbangan pada peradaban manusia melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Naskah-naskah tersebut akan tayang dalam rubrik "Al-ilmu nuurun" atau "ilmu adalah cahaya".

Baca juga artikel terkait AL-ILMU NUURUN atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Humaniora
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra