tirto.id - Jusuf Kalla (JK) sampai detik ini adalah wakil presiden RI yang sah. Idealnya dia mendukung presiden sekarang, Joko Widodo, bahkan dalam statusnya sebagai kontestan Pilpres 2019. Soalnya, selain Wapres, JK juga berstatus Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf.
Tapi JK tak melulu melakukan itu. Dalam berbagai kesempatan ia berkebalikan dengan Jokowi atau tim sukses.
Pertengahan Januari lalu, dia mengkritik kebijakan LRT. Katanya LRT di luar kota itu tak perlu elevated. JK juga mengkritik proyek Trans-Sulawesi yang menurutnya tidak efisien. Menurutnya sebaiknya jalur itu dipakai untuk mengangkut batu bara dan komoditas lain dulu sebelum membawa manusia.
Ia juga mengatakan bahwa debat pilpres itu tak perlu ada kisi-kisi, sementara tim Prabowo-Sandi bilang tim sukses Jokowi-Ma'ruflah yang meminta kisi-kisi dalam debat putaran pertama.
Beda pendapat lain yang paling baru adalah soal tanah milik Prabowo.
Dalam debat kedua Pilpres 2019 yang dihelat Ahad (17/2/2019) lalu, Jokowi menyerang Prabowo dengan mengatakan, "Saya tahu Pak Prabowo memiliki lahan yang sangat luas di Kalimantan Timur, sebesar 220 ribu hektare, juga di Aceh Tengah 120 ribu hektare."
JK kemudian seperti membela Prabowo. Dia bilang pembelian lahan industri di Kaltim adalah atas izinnya ketika menjabat wapres untuk pertama kali.
"[Prabowo bayar] 150 juta dolar AS, itu yang dia beli itu [lahan] kredit macet. Dan tujuannya untuk ekspor. Saya bilang [ke Agus Martowardojo] 'ini ada jenderal yang menjadi pengusaha'. Saya kasih tahu Agus, saya telepon Agus, 'Agus, kasih ini tapi cash, tidak boleh ngutang lagi," kata JK kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Selasa (19/2/2019) kemarin.
Sikap demikian, dan posisinya sekarang, membuat JK bak kuda troya--merujuk pada orang yang ada dalam kelompok tapi justru menyerang kelompoknya sendiri.
Tapi TKN membantah itu. Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily mengatakan tak ada perbedaan pendapat antara JK dan Jokowi. Misalnya soal 'pembelaan' terhadap Prabowo. Menurutnya yang dimaksud oleh JK adalah PT Kiani, bukan lahan.
Jawaban ini hampir tak ada beda karena di PT tersebut lah Prabowo mendapat lahan 220 ribu hektar.
"Tidak kontradiktif pernyataan Pak JK karena kan menurut UU memang tidak ada yang salah," kata Ace kepada reporter Tirto, Rabu (20/2/2019).
Ace menegaskan JK bukanlah kuda troya atau penyusup yang mendukung Prabowo dan menjatuhkan Jokowi. "Jadi jangan desak-desak saya Pak JK berbeda dengan Pak Jokowi. Enggak. Enggak ada perbedaan. Enggak ada kontradiksi."
Jubir TKN lain, Arya Sinulingga, juga menilai JK tak menyerang kubu Jokowi-Ma'ruf, tetapi malah memberi konfirmasi bahwa apa yang disampaikan Jokowi adalah fakta.
"Jadi ini bukan isu enggak jelas. Pak JK juga mau menceritakan prosesnya," kata Arya kepada reporter Tirto.
Untungkan Prabowo
Terlepas dari motif politiknya, apa yang dikatakan JK secara tidak langsung menguntungkan Prabowo-Sandiaga Uno.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyatakan bahwa apa yang disampaikan JK memberi angin segar dan amunisi kepada Prabowo-Sandiaga. Secara tak langsung, misalnya, apa yang disampaikan JK menguatkan tindakan Prabowo yang mengakuisisi perusahaan beserta lahan demi kepentingan 'negara' daripada dikuasai asing.
Meski demikian, bagi Adi, sikap yang berseberangan dengan pemerintah bukan karena JK bertindak bak kuda troya, tapi semata atas dasar kejujuran.
"Dia saja mengkritik APBN dan infrastruktur, padahal posisinya sebagai pemerintahan," tegas Adi kepada reporter Tirto.
Apa yang dilakukan JK juga belum membahayakan TKN ataupun Jokowi. Bila disebut sebagai kuda troya, JK setidaknya harus memulai gerakan perlawanan.
"Kecuali JK melakukan deklarasi atau menggalang massa dukungan," pungkasnya.
JK sendiri mengatakan alasannya memang itu. Di Kantor Wapres, Selasa kemarin, dia bilang kritik-kritik yang kerap dia lontarkan semata "untuk kebaikan."
"Saya bicara apa yang menurut saya benar. Saya itu kalau menganggap sesuatu tidak sesuai, saya ngomong, tapi tetap dalam konteksnya," kata JK, seperti dikutip Antara.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino