tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebutkan kebijakan pemberian subisidi gas elpiji tiga kilogram sudah diterapkan sejak era Jusuf Kalla (JK) menjabat Wakil Presiden ke-10. Hingga saat ini, subsidi terhadap gas elpiji tiga kilogram pun tidak pernah dihentikan.
Hal ini dinyatakan Bahlil usai mendampingi Prabowo bertemu dengan JK di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (4/2/2025).
"Pak JK ngomong tentang elpiji bahwa elpiji ini terjadi di saat kebijakan beliau menjadi Wakil Presiden periode pertama dan sampai dengan sekarang subsidinya belum ada perubahan," ucap Bahlil di Istana Negara, Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Menurut Bahlil, subsidi gas elpiji tiga kilogram tidak pernah dicabut sejak era JK menjabat. Kala itu, kurs dolar Amerika Serikat (AS) masih Rp8 ribu atau berbeda jauh dengan kurs dolar AS saat ini mencapai dua kali lipat. Bahlil mengatakan, JK pun berpesan agar penataan subisidi gas elpiji tiga kilogram penting untuk dilakukan.
"Bayangkan, sudah 20 tahun subsidi elpiji ini belum ada perubahan. Di saat itu, kurs dolar, kata Pak JK, masih Rp8 ribu. Sekarang, sudah Rp16 ribu," tuturnya.
"Ya, Pak JK menyampaikan bahwa penataan itu penting, penataan itu penting," lanjut Bahlil.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, meminta pengecer gas elpiji tiga kilogram agar mendaftar sebagai sub-pangkalan resmi PT Pertamina melalui aplikasi Merchant App Pangkalan (MAP). Ia pun menambahkan, pengecer sudah bisa kembali berjualan gas elpiji tiga kilogram agar tak terjadi kelangkaan di antara masyarakat.
Menurut Hasan, dengan terdaftarnya pengecer di aplikasi MAP, harga gas elpiji tiga kilogram dapat dikontrol. Selain itu, penjualan gas tiga kilogram juga lebih tepat sasaran.
"Dengan terdaftar resmi di aplikasi MAP sebagai sub pangkalan, maka harga di tingkat konsumen bisa terjaga. Begitu pula distribusi gas elpiji tiga kilogram bisa disalurkan ke tangan rakyat yang benar-benar berhak mendapatkannya," urai dia.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Andrian Pratama Taher
