Menuju konten utama
Swedia Bebas Covid-19

Kenapa Swedia Deklarasi Pandemi Berakhir & Kontroversi Kebijakannya

Deklarasi pemerintah Swedia bahwa negaranya bebas Covid-19 menghadirkan kontroversi. Apa alasannya?

Kenapa Swedia Deklarasi Pandemi Berakhir & Kontroversi Kebijakannya
PM Swedia Magdalena Andersson. (AP Photo/Geert Vanden Wijngaert)

tirto.id - Di tengah meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron, awal Februari ini, Swedia mendeklarasikan bahwa negaranya sudah terbebas dari ancaman Covid-19. Kendati para ahli kesehatan banyak mengkritisi kebijakan tersebut, Swedia tetap bersikeras bahwa Covid-19 sudah tidak separah dulu lagi.

Pemerintah Swedia mencabut restriksi terhadap Covid-19 pada 9 Februari 2022. Berkat hal itu, orang-orang sudah bebas berkumpul di restoran, membuat kerumunan, tidak bekerja dari rumah lagi, hingga boleh tidak mengenakan masker.

"Sebagaimana yang kita tahu terkait pandemi [Covid-19], saya [berani] menyatakan bahwa ini sudah berakhir," ujar Menteri Kesehatan Swedia Lena Hallengren, dilansir The Strait Times.

Alasan deklarasi Swedia bebas Covid-19 karena banyak penelitian menunjukkan bahwa meskipun banyak orang terinfeksi Covid-19, terkhusus varian Omicron, gejalanya sudah lebih ringan dan tidak separah dulu lagi.

Berdasarkan data Worldometers, hingga sekarang kasus Covid-19 yang dialami Swedia mencapai 2,3 juta kasus. Angka itu terhitung 22,3 persen dari keseluruhan populasi penduduk Swedia yang berjumlah 10,3 penduduk.

Di sisi lain, lebih dari 73 persen dari keseluruhan populasi Swedia sudah divaksin. Kendati demikian, Perdana Menteri Magdalena Andersson menyatakan bahwa Swedia akan tetap mengingatkan masyarakat untuk mengambil tindakan waspada pada situasi tertentu, khususnya bagi penduduk yang belum divaksin untuk menghindari aktivitas kerumunan dalam ruangan (indoor events).

Kontroversi Penanganan Covid-19 di Swedia

Sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan pandemi Covid-19, penanganan Swedia terhadap Covid-19 terus menjadi kontroversi.

Berbeda dengan negara-negara lain yang ketat menerapkan protokol kesehatan, pemerintah Swedia lebih longgar menangani Covid-19, serta lebih memprioritaskan sektor ekonominya.

Restriksi sosial hanya sebatas melarang kerumunan besar dan membatasi perjalanan dari area yang berpotensi menularkan Covid-19.

Komisi Corona Swedia mempublikasikan laporan pada 15 Desember 2020 bahwa pemerintah Swedia telah gagal melindungi populasi lansia. Hampir setahun setelahnya, pada Oktober 2021, komisi yang sama menyatakan bahwa respons Swedia terhadap pandemi terlalu lamban atau "tidak bisa menghentikan atau tidak mampu membatasi penyebaran Covid-19 dalam negeri".

Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyinggung keputusan pemerintah Swedia sebagai kebijakan "prematur" untuk mendeklarasikan sudah bebas dari Covid-19. Padahal, kenyataannya kasus virus Sars-CoV-2 "masih terus meningkat di depan mata kita", sebagaimana dikutip dari The New York Times.

Sebaliknya, Menteri Kesehatan Swedia Swedia Lena Hallengren berujar bahwa meskipun Covid-19 masih ada, virusnya bukan ancaman lagi. "Covid-19 bukan kasus berbahaya bagi bagi masyarakat," ujar Lena Hallengren.

Kontroversi lain terhadap kebijakan ini adalah tes Corona terus dikurangi. Pemeriksaan terhadap Covid-19 kini jadi pilihan opsional, tidak lagi diwajibkan oleh pemerintah.

Dengan demikian, tidak ada yang benar-benar tahu berapa kasus Covid-19 yang menimpa Swedia yang sebenarnya.

Sebelum Swedia, dua negara Eropa juga sudah melonggarkan restriksi terhadap Covid-19 yaitu Denmark dan Norwegia. SBS memprediksi bahwa Inggris dan Finlandia akan mengikuti jejak Swedia dalam beberapa waktu ke depan.

Baca juga artikel terkait SWEDIA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya