Menuju konten utama

Kenapa Gubenur Bali Wayan Koster Larang Anak Nonton Upin Ipin?

Alasan Wayan Koster minta anak-anak tidak menonton kartun Upin & Ipin.

Kenapa Gubenur Bali Wayan Koster Larang Anak Nonton Upin Ipin?
Ilustrasi Upin Ipin. Instagram/Les Copaque

tirto.id - Viral di media sosial ungkapan Gubernur Bali melarang anak untuk menonton serial kartun asal Malaysia, Upin & Ipin. Menurutnya, serial Upin & Ipin bukan produk budaya Indonesia dan tidak memiliki cerita yang jelas.

"Apa itu yang dari Malaysia itu, Upin Ipin ya. Jangan lagi nonton itu, enggak jelas itu apa itu, lebih baik kita bangun produksi yang berangkat pada tradisi dan budaya kita," ujar Koster dalam acara penyerahan hadiah Lomba Esai Film Jayaprana di Wantilan Kantor DPRD Bali pada Senin (14/8/2023).

Menurut Koster, ia merekomendasikan pelajar untuk menonton Jayaprana Layonsari, film yang diadaptasi dari cerita rakyat Bali.

"Titiyang [saya] minta adik-adik semua agar menonton film Jayaprana ini, supaya bisa menjadi inspirasi bagaimana menjalani kehidupan yang baik. Serta yang penting buat kita adalah ikut menjadi bagian dalam membangun dan memajukan kebudayaan Bali," ujar Wayan Koster.

Film Jayaprana ini menurut Koster sama halnya dengan melestarikan warisan budaya dan tradisi masyarakat Bali yang harus tetap dijaga dalam rangka membangun dan memajukan kebudayaan Bali.

Cerita Jayaprana Loyansari

Jayaprana Loyansari disebut-sebut sebagai kisah Romeo dan Juliet asli Bali. Film ini mengisahkan tentang seorang yatim piatu bernama Jayaprana yang mengabdi di istana.

Nyoman Jayaprana tumbuh besar di Desa Kalianget. Ia dikenal sebagai sosok yang rupawan dan memiliki senyum memikat.

Sementara itu, Loyansari atau Sekarsari adalah anak kepala desa. Ia memiliki rupa yang sangat cantik. Nama Layonsari artinya dalam bahasa Bali adalah mayat yang wangi.

Dua sejoli ini bertemu karena raja yang meminta Jayaprana untuk segera menikah dengan memilih gadis yang disukainya. Pilihan Jayaprana pun jatuh kepada Layonsari.

Akan tetapi, sang raja justru ikut terpesona dengan Loyansari ketika melihatnya dalam upacara pernikahan. Raja pun kemudian mengupayakan agar Jayaprana dan Loyansari berpisah.

Raja kemudian menjebak Jayaprana dengan menyuruhnya untuk pergi ke Teluk Terima. Di tempat itulah Jayaprana akhirnya dieksekusi atas permintaan raja.

Kematian itu menyisakan kesedihan mendalam bagi Loyansari hingga ia memutuskan untuk bunuh diri. Raja yang merasa sedih atas kematian Loyansari pun ikut bunuh diri.

Makam Jayaprana dan Layonsari kini terletak di kawasan hutan belukar Teluk Terima, Desa Sumber Klampok, Kecamatan Gerokgak atau sekitar 67 km sebelah barat Kota Singaraja.

Makam Jayaprana dan Layonsari dibentuk seperti pendopo. Kedua makam ditempatkan dalam satu ruangan tersendiri yg memiliki atap, dinding, dan pintu yg selalu terbuka setiap hari.

Di atas tiap-tiap makam terdapat patung kedua sejoli. Selain itu ada patung mini yang keduanya diabadikan dalam kotak kaca. Makam ini juga dipergunakan sebagai tempat pemujaan.

Pada hari raya keagamaan, Teluk Terima ramai dikunjungi oleh masyarakat yg mau bersembahyang, turis lokal maupun pelancong dari mancanegara.

Para pengunjung ramai berdatangan di hari-hari besar hindu seperti Purnama-Tilem, Galungan, Kuningan bahkan Pagerwesi.

Baca juga artikel terkait UPIN IPIN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya