Menuju konten utama

Kenali Penyebab Anak Suka Mengompol dan Cara Mengatasinya

Apa penyebab anak-anak suka mengompol dan bagaimana cara mengatasinya?

Kenali Penyebab Anak Suka Mengompol dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Ngompol

tirto.id - Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh orang tua adalah bayi atau anak-anak yang suka mengompol. Selain itu, anak yang “hobi” mengompol dapat menjadi pendiam, pemalu, dan rendah diri.

Mengompol bukan penyakit, melainkan suatu gejala dan kondisi, di mana keluarnya kencing tidak disengaja setelah anak berusia lima tahun. Di dunia kedokteran, mengompol biasa disebut sebagai enuresis, bedwetting, bed-wetting.

The International Children's Continence Societymenyebutkan bahwa terminologi enuresis bersinonim dengan intermittent nocturnal incontinence.

Menurut WebMD, ada 2 jenis mengompol: primer dan sekunder. Primer berarti mengompol yang telah berlangsung sejak anak usia dini tanpa istirahat.

Seorang anak dengan mengompol utama tidak pernah kering di malam hari untuk waktu yang lama.

Mengompol sekunder adalah mengompol yang dimulai setelah anak kering di malam hari untuk periode waktu yang signifikan, setidaknya 6 bulan.

Apa penyebab mengompol?

Dilansir dari Healthline, kondisi fisik dan psikologis dapat menyebabkan beberapa orang mengompol. Penyebab umum anak-anak dan orang dewasa mengompol meliputi:

- Ukuran kandung kemih kecil

- Infeksi saluran kemih (ISK)

- stres, ketakutan, atau rasa tidak aman

- Gangguan neurologis, seperti post-stroke

- Pembesaran kelenjar prostat

- Sleep apnea, atau abnormal berhenti bernapas saat tidur

- Sembelit

Ketidakseimbangan hormon juga dapat menyebabkan beberapa orang mengalami mengompol. Tubuh setiap orang membuat hormon antidiuretik (ADH).

ADH memberitahu tubuh Anda untuk memperlambat produksi urine semalaman. Volume urine yang lebih rendah membantu kandung kemih normal menahan semalaman.

Orang yang tubuhnya tidak menghasilkan ADH dalam jumlah cukup dapat mengalami enuresis nokturnal karena kandung kemih mereka tidak dapat menahan volume urine yang lebih tinggi.

Apa Penyebab Mengompol Primer?

Penyebabnya kemungkinan karena satu atau kombinasi dari yang berikut:

- Anak belum bisa menahan kencing sepanjang malam.

- Anak tidak bangun ketika kandung kemihnya penuh.

- Anak menghasilkan sejumlah besar urine selama sore dan malam hari.

- Anak memiliki kebiasaan toilet yang buruk di siang hari. Banyak anak terbiasa mengabaikan keinginan untuk buang air kecil dan menunda buang air kecil selama mungkin. Orang tua biasanya terbiasa dengan menyilangkan kaki, wajah tegang, menggeliat, jongkok, dan memegang pangkal paha yang digunakan anak-anak untuk menahan air seni.

Apa Penyebab Mengompol Sekunder?

Mengompol sekunder dapat menjadi tanda masalah medis atau emosional yang mendasarinya. Anak dengan mengompol sekunder jauh lebih mungkin untuk memiliki gejala lain, seperti mengompol di siang hari. Penyebab umum dari mengompol sekunder meliputi:

- Infeksi saluran kemih: Iritasi kandung kemih yang dihasilkan dapat menyebabkan rasa sakit atau iritasi dengan buang air kecil, dorongan kuat untuk buang air kecil (urgensi), dan sering buang air kecil (frekuensi). Infeksi saluran kemih pada anak-anak dapat mengindikasikan masalah lain, seperti kelainan anatomi.

- Diabetes: Penderita diabetes memiliki kadar gula yang tinggi dalam darah mereka. Tubuh meningkatkan produksi urine untuk mencoba menyingkirkan gula. Sering buang air kecil adalah gejala umum dari diabetes.

- Kelainan struktural atau anatomi: Kelainan pada organ, otot, atau saraf yang terlibat dalam buang air kecil dapat menyebabkan inkontinensia atau masalah kemih lainnya yang dapat muncul sebagai mengompol.

- Masalah neurologis: Kelainan pada sistem saraf, atau cedera atau penyakit pada sistem saraf, dapat mengganggu keseimbangan neurologis halus yang mengontrol buang air kecil.

- Masalah emosional: Kehidupan rumah yang penuh tekanan, seperti di rumah di mana orang tua berselisih, terkadang menyebabkan anak-anak mengompol. Perubahan besar, seperti mulai sekolah, bayi baru, atau pindah ke rumah baru, adalah tekanan lain yang juga dapat menyebabkan mengompol. Anak-anak yang dilecehkan secara fisik atau seksual terkadang mulai mengompol.

Bagaimana mengatasi anak yang mengompol?

Dilansir dari Antara, anak yang banyak mengompol di siang atau malam hari perlu dilakukan pemeriksaan: urinalisis, ultrasonografi (USG) ginjal dan kandung kemih, uroflowmetry, (video) urodynamics studies, intravenous urogram, uroflow-electromyography (EMG), voiding cystourethrography (VCUG), uretrosistoskopi (dengan pati-rasa), radionuclide renal study (untuk memeriksa fungsi ginjal), MRI punggung (bila perlu, atas indikasi).

Pemeriksaan biomarker copeptin penting sebagai dasar penegakan diagnosis mengompol di malam hari (nocturnal enuresis) dan pemahaman akan patofisiologi mengompol.

Foto rontgen dengan kontras merupakan pemeriksaan yang invasif dan menyakitkan anak, sehingga tidak direkomendasikan. Konsultasikan dahulu dengan dokter Anda untuk melakukan pemeriksaan sesuai indikasi.

Beberapa terapi perilaku (behavioral therapy) yang dapat rutin dilakukan selama enam bulan: biasakan anak untuk minum setidaknya 30 ml per Kg berat badan.

Anjurkan untuk buang air setidaknya setiap 2 jam sekali, atau beberapa kali selama hari-hari masuk sekolah.

Biasakan anak untuk tidak menahan kencing. Biasakan anak untuk sering beraktivitas fisik, jangan dibiasakan untuk duduk berlama-lama di depan televisi atau komputer. Bladder training exercises tidak direkomendasikan.

Anak yang mengompol lebih sukar dibangunkan secara periodik, oleh karena itu direkomendasikan jam alarm untuk membangunkan setiap 2-3 jam tidur, lanjutkan alarm therapy ini hingga 2-3 bulan.

Hukuman, hinaan, hardikan (humiliasi) tidak perlu dilakukan orangtua. Dry bed training tampaknya juga efektif untuk mengatasi mengompol pada anak.

Terapi mengompol malam hari, diberikan setelah usia anak 5-6 tahun. Terapi perilaku, seperti: motivasi, melatih dan membiasakan buang air dan minum secara teratur, dengan jam alarm, menanamkan sikap optimis.

Terapi mengompol siang hari, terutama pada anak dengan gangguan perhatian: perlu dukungan dan edukasi orang tua, pemilihan sekolah yang tepat, farmakoterapi (antidepresan trisiklik) yang biasa diberikan oleh psikiater anak.

Mengompol dapat dicegah dengan beberapa strategi dan pendekatan. Orang tua perlu kooperatif dengan anak. Tidak dianjurkan untuk memarahi anak.

Berikan hadiah (minimal pujian) bila anak berhasil "kering" atau tidak mengompol dalam satu malam. Batasi asupan cairan (terutama kafein) dan makanan menjelang tidur.

Disiplinkan anak untuk buang air dulu sebelum beristirahat atau tidur. Bila toilet jauh, maka orang tua perlu menyiapkan pispot (bejana kecil sebagai tempat kencing) di dekat tempat tidur anak.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN ANAK atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH